7 Cara Membesarkan Anak Setelah Menghadapi Perceraian
Perceraian memang tidak mudah bagi kedua pasangan, begitu juga dengan anak
31 Oktober 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Perceraian tampaknya sudah menjadi hal yang biasa dijumpai di masyarakat. Akhirnya, anak selalu menjadi korban atas perceraian yang dialami oleh kedua orangtua mereka. Tidak sedikit pula, anak korban perceraian menjadi trauma dan tidak percaya dengan sebuah pernikahan sehingga mereka memutuskan untuk tidak menikah.
Bagi Mama yang mungkin sedang dalam proses perceraian atau telah bercerai dengan suami, penting untuk diperhatikan juga kondisi kesehatan mental, sosial dan emosi anak-anak.
Jangan sampai anak-anak menjadi trauma karena perceraian.
Mama harus memastikan, di masa depan, anak-anak memiliki kehidupan yang bahagia, sehat mental dan fisik serta tidak mengalami trauma untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis.
Untuk itu Popmama.com telah merangkum 7 cara membesarkan anak pasca perceraian.
1. Berusaha menjalin hubungan baik dengan mantan suami demi anak-anak
Jangan sampai meluapkan kekesalan Mama terhadap mantan suami di depan anak-anak. Bagaimana pun kalian tetap orangtua mereka dan justru menjelek-jelekkan mantan suami di depan anak-anak akan berdampak buruk untuk kondisi psikologinya.
Jangan pula menjadikan anak-anak menjadi sebagai penasihat atau orang kepercayaan Mama.
Bila perlu, Mama bisa menggunakan konselor sehingga Mama bisa curhat dan mendapatkan nasihat bijak darinya.
2. Ceritakan kondisi sebenarnya tetapi batasi sesuai dengan umur mereka
Sebaiknya menceritakan kondisi sebenarnya, bahwa Mama dan Ayahnya tidak bisa tinggal bersama lagi. Akan tetapi mereka tidak perlu tahu detailnya mengapa perceraian ini bisa terjadi.
Mereka lebih butuh diyakinkan bahwa meskipun orangtuanya bercerai, mereka tetap akan mendapatkan 100% kasih sayang dari kedua orangtuanya.
Editors' Pick
3. Izinkan jika mereka bersedih
Merasa sedih paska bercerai tidak hanya dirasakan Mama dan mantan suami, namun anak-anak pasti juga merasakan hal yang sama. Itu normal, kok, Ma.
Tahapannya biasanya penyangkalan, marah, tawar menawar dengan keadaan, sedih dan penerimaan. Level kesediannya pun setiap anak berbeda-beda.
Baca juga:
4. Konsultasi ke psikolog
Ada beberapa anak yang bisa menerima dengan perceraian kedua orangtua mereka namun, tidak sedikit anak yang mengalami stres berat paska orangtuanya bercerai.
Jadi, Mama sebagai orangtuanya harus lebih peka melihat tingkah laku anak-anak paska perceraian terjadi. Jika perlu, berkonsultasi ke psikolog untuk menghadapi anak juga penting dilakukan.
5. Jangan katakan hal-hal buruk tentang mantan suami
Apabila perceraian ini karena KDRT, selingkuh, suami tidak memberi nafkah atau masalah lain yang membuat Mama sakit hati, sebaiknya Mama tidak perlu mengumbar kejelekan mantan suami di depan anak-anak.
Bagaimana pun anak-anak mempunyai rasa sayang yang sama terhadap Mama dan Papanya. Jika mengatakan keburukan ayahnya di depan anak-anak hanya akan membebani anak-anak secara emosional.
6. Pertahankan konsistensi dan rutinitas
Jika Mama dan Papa memiliki kesepatakan soal pengasuhan anak, sebaiknya bekerja sama dan sepakat mengenai rutinitas yang dilakukan anak-anak sebelum kalian bercerai.
Jadi saat anak-anak menginap di salah satu rumah kalian, mereka punya peraturan yang sama, misal menetapkan waktu tidur, membatasi main game, atau pun menentukan film yang diperbolehkan.
7. Belikan buku tentang cara menghadapi perceraian orangtua
Di pasaran banyak yang beredar buku tentang menghadapi perceraian orangtua yang memang ditujukan untuk anak-anak. Namun, Mama harus memastikan bahwa buku tersebut sesuai dengan usai anak.
Dengan demikian pikiran anak-anak juga lebih terbuka dan lebih tahu bagaimana menghadapi perceraian orangtua mereka serta melanjutkan hidup mereka tanpa terpengaruh dengan kondisi orangtuanya.
Nah, itulah 7 cara mendidik anak usai perceraian. Meskipun begitu, perceraian sebaiknya bukan menjadi pilihan untuk menyelesaikan masalah dalam rumah tangga.
Jika ada masalah, cobalah untuk berkomunikasi dengan suami mencari solusi bersama. Sejatinya, pernikahan merupakan sebuah wadah untuk belajar menjadi pribadi yang lebih bisa menghargai, sabar dan bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.