Cara Mengatasi Perbedaan Pola Asuh Anak dengan Orangtua
Sering berselisih pendapat soal pola asuh dengan orangtua? Mungkin ini yang harus Mama lakukan
25 Desember 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Perbedaan pendapat soal pola asuh anak memang pasti terjadi antara Mama dan orangtua. Tak jarang Mama dan orangtua atau mertua berselisih pendapat soal bagaimana mengurus anak dengan baik.
Menjadi seorang ibu memang tidak mudah, karena tidak ada panduan pasti bagaimana caranya menjadi seorang ibu yang baik.
Maka dari itu orangtua seringkali memberi berbagai macam saran dan petuah karena mereka sudah berhasil melewati masa-masa mengurus anak, dan terbukti anak mereka telah tumbuh menjadi pribadi yang sehat dan berhasil.
Sebenarnya tidak ada yang salah dan benar, Ma.
Cara orangtua memang mungkin lebih kolot, tapi terkadang memang lebih jitu dan tepat dibanding teori yang ada saat ini.
Tapi kebalikannya, ada beberapa pola asuh, yang memang tidak cocok lagi jika diberlakukan saat ini, dan Mama perlu pintar memilih-milih mana yang terbaik untuk anak Mama.
Namun, bagaimana menyingkapi perbedaan pola asuh ini supaya tidak terjadi konflik?
1. Komunikasikan dengan orangtua
Cara pertama adalah dengan mengkomunikasikan dengan orangtua tentang cara pola asuh yang Mama ingin terapkan pada si Kecil.
Jika orangtua merasa anak yang manja harus dipukul atau dibentak supaya menjadi patuh dan taat, Mama bisa sampaikan jika Mama memiliki cara sendiri untuk menghadapi anak yang manja.
Tentu didikan keras dan didikan tegas tidak akan sama, lagipula setiap anak memang dilahirkan berbeda tidak ada yang sama.
Mama bisa menjelaskan, setiap didikan pasti memiliki sisi positif dan negatif, dan apa yang ingin Mama tanamkan pada anak sudah Mama pertimbangkan baik dan buruknya.
Editors' Pick
2. Modifikasi pola asuh
Mungkin pola asuh yang diterapkan oleh orangtua memang tidak selalu buruk untuk dicoba, yang perlu Mama lakukan hanya memodifikasinya.
Misalnya, Mama ingin si Kecil selalu makan di meja makan, dan makan sendiri. Sedangkan neneknya tidak mau berlama-lama menunggui si Kecil makan sendiri, lagipula makan sendiri akan menjadi jauh lebih berantakan dan banyak makanan yang terbuang dibandingkan dimakan oleh dirinya sendiri.
Hal seperti ini bisa dimodifikasi. Mungkin Mama dapat memberikan si Kecil makanan yang dapat ia pegang, seperti kacang panjang rebus, atau wortel rebus, tapi sambil ia juga disuapi makanan oleh Mama sendiri.
Hal ini benar untuk menjaga gizi si Kecil tetap terjaga tapi ia tetap dibiarkan mandiri sendiri memegang makanannya sendiri.
Sesekali pun Mama juga dapat memberi sendok pada si Kecil supaya ia menyuapkan makanannya sendiri ke dalam mulutnya.
Namun, persoalan makan harus di meja makan dan harus sambil duduk jika memang harga mati. Mama dapat mengkomunikasikannya dengan orangtua ya.
3. Negosiasi
Terkadang, kakek dan nenek sangatlah memanjakan cucunya, jauh melebihi ketika dulu mereka merawat Mama, setuju nggak nih Ma?
Nah, jika kakek dan nenek seringkali memberi hadiah ketika si Kecil memintanya pada kakek dan neneknya, bahkan membelikan hadiah tanpa occasional tertentu, atau misalnya mereka sering membelikan es krim atau permen, Mama dapat melakukan negosiasi dengan orangtua Mama.
Boleh memberi hadiah, tapi hanya jika si Kecil ulangtahun, mendapat nilai bagus, atau saat sedang hari raya besar saja. Atau boleh membelikan permen atau es krim tapi seminggu sekali saja.
Pastikan Mama butuh dukungan dari orangtua supaya hal itu dapat berjalan lancar.
Misalkan Mama menitipkan si Kecil pada kakek dan neneknya akan lebih baik jika Mama sudah menyiapkan makanan dan cemilan yang disukai dan boleh dikonsumsi oleh si Kecil dibandingkan si Kecil mengonsumsi permen dan es krim terlalu sering.
4. Satu peraturan yang disepakati
Yang paling berat adalah jika Mama masih tinggal satu atap dengan orangtua. Apalagi jika si Kecil ditinggal bekerja dan jauh dari pengawasan, tentu kakek neneknya akan menggunakan caranya, cara yang mereka ketahui dalam mengurus anak untuk diterapkan pada cucunya. Dan segala cara akan mereka lakukan untuk menyenangkan cucunya, bahkan jika itu harus bersinggungan dengan aturan yang sudah Mama buat.
Jika hal ini yang terjadi, Mama dapat menetapkan satu peraturan yang sudah disepakati pada orangtua.
Orangtua tentu akan mengerti, dan karena di posisi ini Mama masih meminta pertolongan pada mereka, Mama juga tidak dapat semata-mata memarahi orangtua jika peraturan itu dilanggar. Yang terpenting peraturan-peraturan itu masih bisa dimodifikasi dan masih ada cara lain yang bisa Mama lakukan untuk mengakali supaya si Kecil tetap tumbuh seperti yang Mama inginkan.
Satu hal yang perlu diingat, jangan mendebat kakek dan nenek di depan anak ya, Ma! Karena si Kecil bisa jadi tidak patuh atau malah melakukan hal yang Mama lakukan pada kakek neneknya.
5. Habiskan waktu dengan Si Kecil lebih banyak
Apabila si Kecil setiap hari dititipkan oleh kakek dan nenek karena faktor Mama harus bekerja, pastikan setelah pulang kerja, atau di weekend Mama banyak menghabiskan waktu dengan si Kecil.
Mama dapat menanyakan kegiatannya hari ini dengan kakek dan neneknya, dan saat quality time ini adalah saat dimana Mama dapat menanamkan dan mengajarkan banyak hal pada si Kecil.
Jadi, meski setiap hari mungkin ia terbiasa dengan peraturan kakek dan neneknya, ia juga tahu apa peraturan yang Mama terapkan pada mereka juga.
Di umur 4-5 tahun, si Kecil biasanya sudah bisa membedakan mana peraturan yang Mama buat mana yang neneknya buat.
Meski kekurangannya mungkin si Kecil akan mencari pelampiasan pada kakek neneknya ketika Mama melarangnya, namun setidaknya si Kecil tetap tumbuh sesuai yang Mama bentuk.
Nah, walaupun mungkin banyak sekali perbedaan pola asuh antara Mama dan orangtua, tapi Mama yang tentunya lebih mengenal karakter anak Mama sendiri.
Jadi, semakin banyak Mama habiskan waktu dengan si Kecil akan semakin Mama paham juga cara mengatasi si Kecil, dan tahu pendidikan yang terbaik untuknya.