Menjadi orangtua bukan berarti serba benar. Seringkali, anak dianggap memiliki banyak kesalahan dan dosa pada orangtuanya. Nyatanya, hal ini bisa terjadi kebalikannya.
Ini dikarenakan orangtua juga punya kewajiban yang harus dipenuhi kepada anaknya. Jika tidak, maka Mama atau Papa telah bersalah karena tidak memenuhi tanggung jawab.
Agar tidak salah langkah, yuk ketahui dosa apa saja yang bisa dilakukan orangtua terhadap anak.
Memiliki anak bukan sekadar melahirkan dan menyusui saja. Banyak keperluan mereka yang harus dipenuhi orangtuanya. Terutama saat mereka masih kecil dan belum bisa menolong dirinya sendiri.
Salah satu dosa orangtua terhadap anak adalah menelantarkan anak. Seperti yang diungkapkan dalam hadist HR Abu Daud dan Nasa'i:
"Seseorang dikatakan telah cukup berbuat dosa bila mana menelantarkan orang-orang yang menjadi tanggungannya"
Apa saja hal yang dianggap menelantarkan anak? Banyak sekali, Ma. Bahkan beberapa dianggap hal sepele.
Tidak memberikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya. Seperti contoh, membiarkan anak terlalu banyak bermain gadget dan tidak menstimulasinya sesuai umur. Atau, memberikan makanan seadanya dengan alasan Mama tak ada waktu, malas memasak, atau tidak sempat mencari makanan sehat.
Jika anak sakit, matanya sudah minus, atau ada gangguan dalam perkembangannya karena ditelantarkan orangtua, maka itu menjadi dosa Mama dan Papa.
Begitu juga kebutuhan kasih sayang anak. Tidak cukup memberikan perhatian dan kasih sayang karena alasan sibuk juga dianggap menelantarkan anak.
Jadi, jangan diulangi, ya!
2. Memberikan pernyataan negatif pada anak
freepik/peoplecreations
Perkataan orangtua adalah doa bagi anaknya. Jika Mama terus-menerus memberikan pernyataan negatif, maka ia akan menjadi apa yang Mama katakan dan inilah dosa orangtua yang lainnya.
Beberapa contoh yang mungkin sering dilakukan adalah mengatakan bahwa anak tersebut nakal atau tidak bisa diatur. Atau, menyebut anak bawel atau cerewet saat sedang senang bicara. Padahal, ini adalah tahapan perkembangan yang baik pada anak.
Menurut para psikolog, anak-anak cenderung mencontoh orangtuanya. Di mana, orangtua adalah role model atau sosok yang disayang dan dikagumi anak.
Saat anak dianggap tidak menurut atau sulit diatur, mungkin Mama harus berkaca, bukannya memberikan pernyataan negatif pada mereka.
Editors' Pick
3. Terlalu mengekang anak
Freepik
Banyak yang salah beranggapan bahwa, orangtua harus mengatur segalanya untuk anak. Alhasil, Mama dan Papa menjadi orangtua yang otoriter dan terlalu mengekang anak.
Pada sebuah penelitian oleh dr Mai Stafford dari University College London, terlihat bagaimana orangtua yang mengekang anak memengaruhi kesehatan mental anak.
Penelitian ini dilakukan pada 5.000 orang yang lahir pada tahun 1946. Mereka diteliti bagaimana cara diasuhnya pada waktu kecil dan efeknya pada diri mereka bertahun-tahun kemudian.
Hasilnya, orangtua yang mengutamakan kehangatan dan respon positif menghasilkan anak yang lebih bahagia dan sehat mentalnya. Sementara orangtua yang mengekang dan otoriter menghasilkan anak yang tidak bahagia dan tidak puas pada hidupnya.
Lihat kan, dosa kecil yang terjadi sekarang bisa berefek besar di kemudian hari.
4. Tidak membekali diri saat menjadi orangtua
Freepik/Prostooleh
Menjadi orangtua bukanlah hal yang bisa dilakukan tanpa ilmu. Seperti saat kamu ingin masuk sekolah atau universitas, harus memiliki ilmu yang cukup untuk bisa melewati ujian masuk.
Begitu juga saat memiliki anak, Mama tidak bisa puas dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki saat ini saja. Harus lebih banyak mencari tahu dan menuntut ilmu tentang parenting.
Dengan begitu, anak bisa diurus dan diasuh dengan baik dan benar.
Dari mana saja ilmu parenting? Yang pertama adalah dari agama. Kemudian bisa dari ilmu lainnya. Banyak terapan ilmu parenting yang bisa Mama pilah pilih untuk diaplikasikan dalam rumah.
Beberapa ilmu parenting lainnya adalah bagaimana memberi stimulasi motorik dan sensori yang tepat, bagaimana siklus tidur dan makan anak, lalu, bagaimana cara menguatkan bonding antar anak dan orangtua.
Anak berhak mendapat yang terbaik dari orangtuanya dan Mama harus memenuhi diri dengan ilmu agar pengasuhan bisa berjalan dengan maksimal.
5. Sering membandingkan anak dengan yang lain
Freepik/freepik
Setiap anak hadir dengan keunikannya masing-masing. Seorang anak bisa baca dari umur 4 tahun, sementara yang lainnya, sudah memiliki kemampuan motorik hebat di umur yang sama.
Sehingga, jika kerap membandingkan anak dengan anak lain atau saudara kandungnya, bukanlah hal yang tepat. Lebih parah, ini bisa memengaruhi caranya memandang diri sendiri.
Jika anak memandang dirinya rendah karena dianggap tidak becus oleh orangtuanya, ini menjadi dosa orangtua.
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Family Psychology mengungkapkan bahwa membandingkan anak bisa membahayakan mereka seumur hidup.
Menurut pakar parenting dr Justin Coulson, membandingkan anak sama seperti mengajarkan mereka bahwa hidup adalah kompetisi. Ia akan selalu menganggap ada orang lain yang lebih baik dari dirinya.
Alhasil, bisa merusak harga diri, mengurangi motivasi, dan meningkatkan kecemasan pada anak.
6. Mengabaikan pendapat anak
Freepik/Karlyukav
Banyak orangtua menyangka bahwa merekalah yang harus didengarkan, tak peduli dengan apa yang diungkapkan oleh anak. Ini bisa jadi dosa orangtua kepada anak.
Dilansir dari Psychology Today, orangtua harus bisa mengajarkan pada anak cara mengekspresikan perasaannya yang nantinya bermanfaat bagi kehidupannya.
Hal ini bisa dimulai dengan mendengarkan apa pendapat anak, sekecil apapun mereka. Terlebih, mungkin pendapat mereka terdengar aneh menurut orang dewasa, namun tetap harus dihargai.
Orangtua yang mendengarkan pendapat anak memberikan pengertian dan contoh cara berkomunikasi yang baik pada anak. dengan begitu, mereka bisa mengaplikasikannya pada lingkungan sosialnya.
Jika pendapatnya kerap diabaikan, ia bisa tumbuh menjadi pribadi yang kurang rasa percaya diri, pembangkang, tidak dekat secara emosional dengan orangtuanya, dan kesulitan dalam berteman. Jika sudah begini, jadi salah siapa?
7. Menuntut anak jadi dewasa sebelum waktunya
Freepik/Cookie-studio
Apapun yang terjadi pada orangtuanya, bukanlah tanggung jawab anak. Jika Mama dan Papa ada masalah dan anak jadi korbannya, maka ini jadi dosa orangtua terhadap anak.
Begitu juga jika memberikan tanggung jawab berlebih pada anak, maka itu bisa memengaruhi perkembangan emosionalnya.
Seorang anak yang juga masih kecil tidak punya tanggung jawab menjaga adiknya. Yang bertanggung jawab adalah orangtuanya. Maka, salah jika memaksa anak pertama menjaga adiknya.
Begitu juga jika Mama sibuk terpuruk dengan masalah inner child dan kemudian menyeret anak bersama. Ia akan tumbuh menjadi anak yang sangat peduli dan merasa bertanggung jawab dengan keadaan orangtuanya. Tak perlu merasa bangga, karena hal ini adalah sesuatu yang salah.
Menurut seorang psikoterapis berlisensi di Miami, AS, Whitney Goodman, LMFT, anak yang dewasa sebelum waktunya cenderung memiliki luka emosional yang dalam dan tersimpan hingga dewasa. Ia tak bisa menyeimbangkan antara tanggung jawab yang terstruktur dengan waktunya untuk bermain dan bersenang-senang.
Jangan seret anak ke dalam masalah Mama atau Papa. Si Kecil tak punya tanggung jawab apa-apa dengan masalah ini.
Itulah beberapa dosa orangtua terhadap anak yang bisa dihindari dari sekarang. Tak ada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik.