7 Cara Berpartisipasi Menghapus Budaya Kekerasan yang Bisa Mama Ikuti
Dimulai dari yang paling mudah dulu yuk Ma!
8 Maret 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Menghapus budaya kekerasan bukan hanya tugas pemerintah saja, setiap orang bahkan semua perempuan Indonesia perlu terlibat. Kita bisa memulainya dari lingkungan terdekat.
Pada kegiatan Women's March Jakarta 2018 yang berlangsung Sabtu (3/3), telah disampaikan 8 tuntutan perempuan dan setiap perempuan Indonesia juga bisa ikut berpartisi.
“Mengajak masyarakat berpartisipasi aktif menghapus praktik dan budaya kekerasan berbasis gender di lingkungan hukum, kesehatan, lingkungan hidup, dan pekerjaan,” demikian salah satu dari tuntutan perempuan tahun ini.
Baca Juga: 8 Tuntutan di Hari Perempuan Internasional yang Perlu Mama Tahu
Bertepatan dengan Hari Perempuan Sedunia yang dirayakan setiap tanggal 8 Maret, Mama juga bisa ikutan memberi dukungan.
Berikut ini 7 cara berpartisipasi dalam menghapus budaya kekerasan yang bisa Mama lakukan di kehidupan sehari-hari:
1. Memberi izin "periode leave"
Jika kamu tidak pernah mengalami sakit perut saat pertama datang bulan, bukan berarti orang lain juga tidak mengalaminya. Bagi Mama yang menjabat sebagai atasan, sebaiknya memahami bawahan yang izin tidak dapat hadir ke kantor yang disebabkan haid pertama.
Katanya, sebagian orang bisa mengalami nyeri luar biasa saat hari pertama haid. Harap maklum ya.
2. Memberi promosi jabatan tanpa diskriminasi gender
Mempromosikan bawahan berarti kita membantu mensejahterakan keluarganya melalui jalan kariernya. Wah, ini kebaikan yang luar biasa dari atasan untuk bawahannya.
Nah, tapi dalam pemilihan karyawan yang ingin dipromosikan sebaiknya bukan dipilih berdasarkan gendernya saja, tapi lebih kepada kualitasnya.
Hindari berpikiran seperti, "ah dia kan perempuan, punya anak lebih dari satu, sudah pasti susah untuk bertanggung jawab untuk soal pekerjaan."
Stop berpikiran seperti itu!
Seorang working mama itu tahu betul caranya memiliki dan mengatur tanggung jawab ganda di dalam kehidupannya.
Menurut Ibu Mari Elka Pangestu, "Perusahaan yang memiliki 60 persen karyawan perempuan, maka bisnisnya akan bagus," demikian yang disampaikan Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI periode 2011-2014.
Jangan lupa, Mama juga bisa mengingatkan ini ke orang-orang di sekitar Mama. Termasuk Si Papa yang juga seorang atasan di kantornya.
Baca Juga: 7 Cara Menyeimbangkan Waktu Bekerja dan Keluarga untuk Working Mom
Baca Juga: 7 Perjuangan Working Mom Hadapi Anak yang Bangun Dini Hari
Editors' Pick
3. Apa yang perlu dilakukan jika melihat KDRT di lingkungan kita?
Bicara tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), Mama perlu mengetahui ini!
Mengutip dari situs hukumonline.com, pasal 15 UU KDRT berbunyi:
“Setiap orang yang mendengar, melihat, atau mengetahui terjadinya kekerasan dalam rumah tangga wajib melakukan upaya-upaya sesuai dengan batas kemampuannya untuk:
- Mencegah berlangsungnya tindak pidana
- memberikan perlindungan kepada korban
- memberikan pertolongan darurat
- membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan.”
Nah, jadi kalau Mama mendengar dan melihat KDRT, segeralah lapor ke RT. Ini adalah hal dasar yang harus kamu lakukan.
Terkadang mencampuri urusan rumah tangga orang memang membuat kita merasa sungkan. Tapi demi keselamatan istri dan anak di keluarga tersebut, sudah jadi kewajiban kita untuk saling menolong.
Inilah yang bisa Mama lakukan untuk berpartisipasi dalam menghapus budaya kekerasan di lingkungan hukum, sesuai kemampuan Mama tentunya.
4. Apa yang perlu dilakukan jika melihat pelecehan seksual terhadap perempuan?
Di tempat kerja, di lingkungan rumah, di transportasi umum, di jalanan ramai bahkan di gang senggol sekalipun, pelecehan seksual bisa terjadi.
Orang lain bisa menghargai kita, jika cara berpakaian kita, cara bicara kita, dan cara kita memperlakukan orang lain penuh sopan santun.
Setuju nggak Ma?
Lalu, bagaimana jika kita melihat pelecehan seksual terhadap perempuan di depan mata kita?
Langkah-langkah yang perlu dilakukan korban:
- Membuat catatan kejadian (tanggal, jam, saksi)
- Bicara kepada orang lain tentang pelecehan seksual yang terjadi
- Memberi pelajaran kepada pelaku
- Melaporkan tindakan pelecehan seksual
- Mencari bantuan/dukungan kepada masyarakat.
5. Stop mengganggu hak kesetaraan bagi perempuan dengan label negatif
Seringkali ada obrolan, "pantas saja dia diganggu di tengah jalan, pakaian pasti menggoda," atau "anak siapa yang menjadi korban pelecehan? ..... oh dia, ya pantes."
Stop melontarkan kata-kata yang melabelkan perempuan lain dengan konotasi negatif. Tidak ada orang yang ingin diperlakukan seperti itu.
Bagaimana jika Mama sendiri atau anak mama yang mengalami itu? Tentu Mama tidak ingin kan?
Apa salahnya kalau kita saling mengingatkan dengan cara yang baik? Termasuk untuk mengingatkan orang-orang yang kebiasaan mencap orang lain tanpa mengetahui sesuatu dengan jelas terlebih dulu.
6. Bagaimana jika ada perempuan menjadi objek bullying di lingkungan kita?
Kadang, orang melakukan tindak bully tanpa menyadarinya. Percaya nggak Ma?
Misal, memberi sapaan pengganti dengan sesuatu yang menggambarkan bentuk tubuh seseorang, "eh ndut," atau "halah keling."
Mungkin kamu pernah melakukan atau mengalaminya.
Mengomentari bentuk tubuh seseorang sesuka hati kita, bisa jadi contoh kecil dari tindak bully jika objek atau orang tersebut tidak berkenan. Hati orang siapa yang tahu Ma?
Lebih parahnya lagi kalau perempuan tersebut, diperlakukan tidak baik oleh banyak orang, bahkan sampai membuatnya merasa tertekan, ketakutan dan susah melupakan kejadian tersebut. Ini bahaya lho Ma!
Baca Juga: Dear Mama, Kamu Harus Menyadari Bahwa Dirimu Berharga
7. Bagaimana dengan korban pemerkosaan?
Semoga di lingkungan kita tidak ada yang mengalami hal ini. Tapi sebenarnya amsih banyak perempuan yang mengalami kekerasan, pelecehan seksual, kemudian berakhir dengan pemerkosaan.
Lindungin diri Mama dan anak-anak dari kejahatan fisik, seksual, sekaligus mental semacam ini.
Jika mengetahui ada kejadian demikian, apa yang perlu kita lakukan? Mungkin Mama perlu mengetahui hal ini, dan memberitahukan kepada perempuan yang menjadi korban tersebut.
Perempuan yang menjadi korban perkosaan sebaiknya melakukan beberapa hal berikut:
- Jangan mandi atau membersihkan kelamin sehingga sperma, serpihan kulit ataupun rambut pelaku tidak hilang untuk dijadikan bukti
- Kumpulkan semua benda yang dapat dijadikan barang bukti, misalnya: perhiasan dan pakaian yang melekat di tubuh korban atau barang-barang milik pelaku yang tertinggal. Masukkan barang bukti ke dalam kantong plastik.
- Segera lapor ke polisi terdekat dengan membawa bukti-bukti yang sudah disimpan tadi, dan sebaiknya dengan keluarga atau teman.
- Segera hubungi fasilitas kesehatan terdekat (dokter, puskesmas, rumah sakit) untuk mendapatkan surat keterangan yang menyatakan adanya tanda-tanda persetubuhan secara paksa (visum)
- Meyakinkan korban perkosaan bahwa dirinya bukan orang yang bersalah, tetapi pelaku yang bersalah.
Itulah yang bisa Mama lakukan untuk mendukung dan berpartisipasi aktif dalam menghapus budaya kekerasan. Mana yang paling mudah untuk Mama ikuti?