Baru Memiliki Anak, Hati-Hati Depresi Akibat Dad Shaming
Ada yang pernah mendapatkan kata-kata negatif dari orang lain?
14 Agustus 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sosial media seringkali dijadikan album digital bagi para orangtua, termasuk mengabadikan setiap momen perkembangan dan pertumbuhan anaknya. Bahkan seorang Papa pun banyak membagikan berbagai momen serta pola pengasuhan dari hari ke hari bersama si Kecil.
Meskipun begitu dengan mudahnya orang lain menuliskan sebuah komentar di media sosial tak jarang terkesan menyudutkan atau mengarah ke dad shaming.
Padahal setiap orangtua memiliki cara tersendiri untuk mengasuh anak dan keluarganya di rumah, namun pesatnya perkembangan teknologi membuat seseorang semakin mudah berkomentar mengenai apapun yang telah diunggah oleh orang lain.
Permasalahan dad shaming tidak hanya bisa terjadi di kalangan artis dan media sosial saja, kondisi ini juga dapat dirasakan melalui lingkungan sekitar seperti teman, tetangga dan lingkungan keluarga secara langsung.
Untuk yang ingin mengetahui informasi lebih lengkap mengenai dad shaming, kali ini Popmama.com telah merangkumnya agar menjadi lebih jelas.
Wajib disimak ya!
Editors' Pick
1. Apa itu dad shaming?
Dad shaming adalah sebuah masalah saat seseorang mendapatkan berbagai kritik atau komentar negatif mengenai pola pengasuhan yang diberikan kepada anaknya. Sama seperti mom shaming, tekanan dari orang lain alias dad shaming ini membuat seseorang menjadi tertekan hingga depresi apalagi jika dirinya baru saja menjadi orangtua.
Dilansir dari Psychology Today, adanya dad shaming ini dapat berpengaruh terhadap rasa kepercayaan seseorang bahkan kesejahteraan anak-anaknya di rumah. Ada sebuah survey dari Universitas Michigan yang mengatakan bahwa ada 32 persen seorang yang baru menjadi Papa mengalami dad shaming. Hal ini dikarenakan seringkali dirinya mendapat kritik terlalu kasar atas pola pengasuhan yang diterapkan ke anak-anaknya mereka di rumah.
Dad shaming yang dialami oleh banyak orangtua bisa disebut sebagai tindakan bullying karena berpengaruh terhadap kesehatan mental orangtua saat mengasuh anak.
Kalau sudah berujung depresi, tentu ini dapat memengaruhi kondisi keluarga di rumah.
2. Dad shaming dapat mengarah ke tindakan bullying dan cyberbullying
Peran menjadi seorang Papa dalam mengasuh anak tentu tidak mudah dan sangat penting bagi pertumbuhan anak, ditambah harus bekerja untuk menghidupi keluarga. Adanya kritikan pedas seperti dad shaming tentu akan menganggu pola pikir serta perasaan mereka.
Dad shaming tidak hanya dialami oleh orang-orang terkenal seperti artis saja, namun seringkali terjadi pada siapa saja di kehidupan sehari-sehari terutama untuk yang baru menjadi orangtua dan memiliki anak pertama. Tanpa disadari dad shaming juga dapat menimbulkan rasa stres, depresi hingga putus asa saat harus mengurus anak.
Korban dari dad shaming bisa merasa dipermalukan dan tersudutkan apalagi saat sudah masuk ke dalam kasus cyberbullying di media sosial. Seseorang terkadang menyalahkan pola asuh orangtua seperti gaya bermain atau caranya mendisiplinkan anak mereka.
Beberapa kalimat negatif yang mengarah ke dad shaming dan berkontribusi membuat dirinya kurang percaya diri saat mengurus anak antara lain:
- "Masih kecil kok sudah dikasih makanan padat?"
- "Anaknya keliatan kurus beberapa bulan setelah, nggak pernah dikasih makan ya?"
- "Emang boleh gendong anak seperti itu?"
- "Hati-hati kalau lagi gendong, nanti anaknya jatuh!"
Ada yang pernah mendapatkan perkataan ini dari orang lain?
3. Dukungan istri terhadap suami yang mengalami dad shaming
Kritik yang mengarah ke dad shaming bisa dilontarkan orang lain dalam bentuk candaan. Dad shaming sebagai sebuah kritik negatif bisa terjadi dalam bentuk verbal maupun tidak verbal.
Saat mendapatkan kritik pedas, tak jarang seseorang menjadi kurang percaya diri atau bahkan bertengkar dengan pasangannya sendiri. Sebelum pasangan menjadi depresi akibat dad shaming, Mama sebagai seorang istri perlu memberikan dukungan terhadap pola asuh atau apapun yang dilakukan oleh pasangan seperti:
- Membantu pasangan mencari berbagai informasi lebih lanjut mengenai pengasuhan yang baik.
- Mengembalikan semangat pasangan yang mulai tidak percaya diri saat tetap menjadi orangtua.
- Konsultasi bersama dengan orangtua atau mertua mengenai pola pengasuhan, bahkan bisa juga dengan psikolog anak.
- Saling berdampingan saat mengurus dan membantu memantau perkembangan anak.
Itulah beberapa rangkuman mengenai dad shaming, semoga informasi kali ini bisa membantu. Berusahalah untuk tetap menjadi diri sendiri dalam membesarkan si Kecil dan tidak perlu menanggapi berbagai komentar negatif yang terkesan menyudutkan.
Tetap semangat mengurus si Kecil!
Baca juga:
- Jangan Katakan 5 Kalimat Ini Pada Teman yang Sedang Depresi
- Meira Anastasia, Istri Ernest Prakasa Curhat Soal Depresi Postpartum
- Tak Hanya Istri, Suami Juga Bisa Terkena Depresi Pasca Persalinan