Demi Puaskan Suami, Begini Cara Mengatasi Vaginismus dengan Terapi
Yuk, atasi vaginismus ketika takut melakukan hubungan seks!
10 Januari 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Berhubungan seks bersama pasangan tentu menjadi sebuah kebutuhan untuk suami istri dalam meningkatkan kualitas hubungan keduanya. Namun, beberapa pasangan mengalami kesulitan ketika sedang ingin bercinta karena ada perempuan yang mengalami vaginismus.
Vaginismus adalah istilah dari kedokteran di mana ada kontraksi otot sekitar vagina yang terlalu berlebihan, sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang sangat mengganggu ketika sedang berhubungan seksual. Gangguan pada vagina perempuan ini seringkali membuat otot di sekitar vagina mengencang dengan sendirinya saat mengalami penetrasi seksual. Saat sesi bercinta dilanjutkan, maka perempuan akan mengalami rasa sakit dan nyeri.
"Vaginismus dikategorikan sebagai kontraksi otot yang tidak disadari dan tidak dapat dikendalikan. Ini akan terjadi secara terus menerus atau berulang di 1/3 daerah bagian luar vagina yaitu daerah perineum sampai otot levator ani dan otot pubococcygeus. Kontraksi otot yang berlebihan menyebabkan nyeri, sulit atau bahkan tidak dapat melakukan peneterasi saat berhubungan seksual. Hal ini terjadi karena otot puboccygeus berperan dalam proses buang air besar, buang air kecil, berhubungan seksual, orgasme dan proses melahirkan," ucap dr. Ni Komang Yeni, SpOG, spesialis Obgin pada Bamed Women’s Clinic saat acara seminar media mengenai vaginismus di kawasan Thamrin (27/11/2019).
Perempuan dengan gangguan vaginismus bisa memengaruhi gairah seksualnya, sehingga dapat menghambat ketika sang Suami ingin berhubungan seks.
Untuk Mama yang ingin mengetahui lebih banyak informasi lagi mengenai vaginismus, kali ini Popmama.com telah merangkumnya.
Kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan begitu saja nih, Ma!
1. Apa saja faktor umum seseorang mengalami vaginismus?
Vaginismus seringkali diabaikan dan pada kenyataannya masih banyak perempuan Indonesia yang diam-diam mengalami permasalahan ini. Sebagian di antara mereka masih enggan atau malu untuk terbuka karena dianggap berbeda, cacat atau tidak bisa disebut sebagai perempuan seuntuhnya karena kurang mampu melayani kebutuhan seks pasangan.
Tak jarang beberapa perempuan pun malu untuk berkomunikasi dengan pasangan mengenai permasalahan yang dihadapinya, sehingga kualitas hubungan suami istri menjadi buruk.
Ketika ditemui dalam acara seminar media mengenai vaginismus, dr. Ni Komang Yeni, SpOG juga mengatakan bahwa ada tiga faktor penyumbang paling umum sehingga seseorang bisa mengalami vaginismus antara lain:
- Ketakutan akan seks yang menyakitkan.
- Keyakinan bahwa melakukan hubungan seks itu tidak benar atau sesuatu hal yang memalukan.
- Adanya pengalaman trumatis seperti hal-hal yang tidak menyenangkan ketika berhubungan seks.
Editors' Pick
2. Gangguan vaginismus pada perempuan bisa dipicu dari faktor fisik dan psikologis
“Penyebab Vaginismus dibagi menjadi dua, penyebab organik atau fisik dan penyebab anorganik atau psikologis," kata dr. Ni Komang Yeni, SpOG.
Menurutnya, vaginismus bisa disebabkan karena adanya faktor fisik seperti mengalami infeksi oleh daerah genital atau adanya trauma pada saat melahirkan. Selain itu, sensivitas yang meningkat pada serabut syaraf di mulut vagina bahkan efek samping dari obat tertentu termasuk kemoterapi pun bisa menjadi pemicunya.
Tak hanya faktor fisik, gangguan vaginismus juga bisa disebabkan karena adanya faktor psikologis. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai pemicu vaginismus, yaitu:
- Memiliki orientasi seks yang berbeda.
- Mengalami tingkat stres yang berlebihan.
- Sempat ada riwayat karena mengalami pelecehan seksual atau rasa trauma saat berhubungan seks sebelumnya.
- Adanya rasa cemas, termasuk ketika harus berpisah dengan orangtua khususnya sang Mama ketika sudah resmi menikah.
- Tidak memiliki rasa kepercayaan terhadap pasangan pasangannya sendiri termasuk ketika sedang melakukan hubungan seksual.
- Munculnya berbagai reaksi negatif yang berlebihan terhadap stimulasi seks, seperti ketika pasangan berusaha memeluk atau menciumnya.
"Faktor psikologis merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan pada penderita vaginismus. Hal ini dikarenakan perempuan dengan vaginismus akan sulit baginya untuk dapat melakukan penetrasi bersama siapapun atau dengan hal apapun. Merasa nyaman adalah kunci dari keberhasilan berhubungan seksual bagi seorang perempuan normal,” tambahnya.
3. Gangguan vaginismus dapat dilakukan dengan terapi diri sendiri
Vaginismus sudah termasuk penyakit yang dikategorikan sebagai Disfungsi Seksual dan dengan kemajuan teknologi kedokteran saat ini, sehingga permasalahan tersebut dapat diatasi. Dibutuhkan tim dokter untuk mengatasi Vaginismus, terutama kolaborasi antara Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi serta Kedokteran Jiwa (Psikiater).
Gangguan vaginismus membuat beberapa orang merasa malu untuk berkonsultasi mengenai kesehatannya ke dokter. Padahal dalam jangka panjang, vaginismus yang tidak ditangani secara tepat dapat perlahan-lahan menurunkan kualitas hidup perempuan.
Bila malu untuk terbuka mengenai masalah kesehatannya sendiri ke dokter, maka ada terapi yang bisa dilakukan sendiri. Ada beberapa usaha alias terapi sendiri yang bisa diterapkan oleh perempuan dengan gangguan vaginismus antara lain:
- Mulai menggunakan pelumas ketika sedang berhubungan seks bersama pasangan.
- Melakukan olahraga yang mampu membuat otot panggul dan seputar vagina lebih rileks.
- Mencoba memasukkan 1 jari untuk membiasakan diri relaks saat penetrasi.
- Tetap berusaha untuk relaks dalam mengatasi rasa takut ketika penetrasi.
- Berpatisipasi dalam aktivitas yang menyenangkan untuk mengurangi stres, sehingga lebih bisa menikmati ketika sedang melakukan sesi bercinta.
Baca juga: Bukan Operasi, Ini Pengobatan Vaginismus yang Bisa Dilakukan di Rumah
4. Gangguan vaginismus bisa diatasi dengan bantuan profesional secara lebih serius
Jika vaginismus sudah begitu menganggu kehidupan rumah tangga karena selalu mempermasalahan hubungan seks yang semakin kurang menyenangkan, maka ada baiknya untuk segera berkonsultasi dan meminta bantuan profesional.
Pemeriksaan genital ke dokter perlu dilakukan dalam mengatasi permasalahan vaginismus termasuk dalam mengetahui adanya kelainan organik. Perlu diketahui bahwa pemeriksaan genital sendiri mampu menjelaskan berbagai tingkat kecemasan yang sedang terjadi seperti dapat ditemukan derajat nyeri dari ekspresi verbal, ketidaknyamanan hingga penolakan, menarik diri atau berteriak.
Lalu, ada juga beberapa jenis terapi yang bisa dilakukan oleh perempuan dengan gangguan vaginismus, seperti:
- Progressive relaxation biasanya digunakan untuk mengatasi kecemasan, dengan menggunakan jari sendiri sebagai ‘vaginal trainer’. Dari penelitian yang berkembang, terapi ini mampu berguna untuk relaksasi otot. Hal ini dikarenakan adanya ‘self control’, sehingga mampu mengubah persepsi saat penetrasi.
- Desensitisation dilakukan sebagai proses di mana perempuan secara bertahap mampu mengatasi kecemasannya dengan memasukkan vaginal trainers bertingkat ke dalam vaginanya. Ukurannya perlu dimulai dari yang paling kecil, lalu berkembang dari waktu ke waktu untuk ukuran yang lebih besar. Hal ini membantu untuk mengetahui ukuran penis yang dirasa masuk serta membuatnya merasa nyaman.
- Biofeedback biasanya akan dilakukan untuk vaginismus primer dan sekunder. Terapi ini berguna dalam melepaskan ketegangan otot dasar panggul, paha dan perut.
Selain itu, perempuan dengan gangguan vaginismus pun bisa melakukan terapi Physiotherapy dan Hypnotherapy. Rujukan ke psikolog disarankan ketika dirinya mengalami kecemasan atau masalah kesehatan mental lain.
Sangat dianjurkan untuk selalu membuat catatan harian di rumah untuk mengetahui kemajuan selama terapi ya, Ma.
Itulah beberapa informasi menarik mengenai vaginismus yang dapat menurunkan kualitas hubungan pasangan suami istri.
Semoga informasinya bermanfaat!
Baca juga: Bercinta Terasa Sulit dan Menyakitkan, Ketahui Apa Itu Vaginismus