Eksklusif: Psikolog Ungkap Cinta di Balik Jalani Lebaran Tanpa Mudik
Tak melakukan mudik, bukan berarti tidak cinta keluarga
23 Mei 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tidak mudik sekarang jadi salah satu bentuk cinta kita kepada orang-orang terdekat.
Begitulah sebuah kata-kata yang diucapkan oleh Ajeng Raviando, M.Psi, Psikolog sebagai salah satu pengingat ketika melakukan sesi Popmama Talk: #Popmama Ngabuburit dengan tema "Tips Enjoy Meski Lebaran Tak Bisa Mudik" pada Jumat (22/5/2020).
Mengingat Lebaran tahun ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Ajeng mengingatkan bahwa semua ini tetap perlu disyukuri dengan hati yang ikhlas.
Menurutnya adaptasi dengan pandemi Covid-19 menjadi sebuah kunci, sehingga bisa belajar hidup bersama situasi saat ini.
Jika Mama ingin mengetahui penjelasan terkait bentuk cinta di balik alasan Lebaran tanpa adanya mudik tahun ini, Popmama.com telah merangkum informasinya.
Yuk Ma, sama-sama memaknai Lebaran kali ini dengan penuh rasa syukur walau tidak melakukan mudik!
Editors' Pick
1. Ada cinta di balik alasan tidak menjalani mudik di tengah pandemi
Menurut Ajeng sebagai psikolog memang dibutuhkan kekuatan mental yang baik untuk menerima ketika menjalani Lebaran tanpa mudik ke kampung halaman.
Mengingat kondisi saat ini sedang tidak memungkinkan untuk mudik, sebaiknya menerima kenyataan memang sangat diperlukan.
"Janganlah mengeluh, jadilah tangguh ketika menjalani ini semua. Walau jauh di mata, namun keluarga besar di kampung halaman masih terasa dekat di hati," ucap Ajeng.
Walau tidak mudik, namun Mama sekeluarga bisa membuat kegiatan baru yang menyenangkan selama menjalani Lebaran di rumah.
2. Silaturahmi secara virtual bisa menjadi pengalaman baru yang menyenangkan
Menjalani Lebaran di rumah hanya bersama dengan keluarga kecil tentu menjadi momen yang baru pertama kali dijalani oleh semua orang.
Masih meluasnya penyebaran Covid-19 di Indonesia membuat pemerintah memberikan imbauan larangan mudik agar menurunkan angka pasien positif. Walau tidak bisa mudik dan bertemu dengan keluarga terdekat, namun silaturahmi secara virtual masih bisa dilakukan di rumah masing-masing.
Sebagai psikolog, Ajeng mengingatkan bahwa tidak bisa mudik tahun ini bisa memicu rasa sedih dan kecewa. Ini menjadi perasaan yang wajar karena situasinya benar-benar berbeda, hanya saja kesedihannya tidak perlu terlalu lama.
"Usahakan tidak perlu sedih terlalu berlarut-larut karena hanya akan memicu stres. Terlalu sedih di situasi seperti sekarang juga bisa menjadi beban, sehingga tidak bahagia menyambut Lebaran," ucap Ajeng.
Perlu dipahami bahwa silaturahmi secara virtual juga bisa menjadi momen baru yang menyenangkan. Walau cara silaturahmi berbeda, namun ini menjadi pilihan di masa pandemi.
Selama melakukan silaturahmi virtual, Mama bisa mengajak keluarga besar untuk menggunakan dresscode khusus selama momen Lebaran.
"Berjauhan bukan berarti tidak mengetahui kondisi semua keluarga. Virtual silaturahmi justru bisa menciptakan berbagai hal bersama, walau harus merayakan Lebaran di rumah masing-masing," kata Ajeng.