Salah satu putra terbaik Indonesia, Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng kini telah berpulang menghadap yang Maha Kuasa dan kembali bertemu belahan jiwanya. Habibie bertemu kembali dengan perempuan yang sempat dijuluki 'Gula Jawa' sampai akhirnya diubah menjadi 'Gula Pasir'.
Sama seperti perjalanan cinta pasangan lain, Habibie dan Ainun memiliki kisahnya tersendiri yang hingga saat ini memberikan banyak pembelajaran bagi banyak orang.
"Seorang pria tidak akan pernah menjadi seorang pria yang besar tanpa adanya perempuan hebat di sisinya yang selalu memberi dukungan dan harapan dalam setiap langkah dan keputusan yang diambil," - Habibie.
Kata-kata kutipan dari Habibie ini seolah mengingatkan kalau kehadiran Hasri Ainun Besari sebagai pasangan hidup begitu berarti untuknya.
Bagi Habibie, setiap kehadiran Ainun dapat membantunya untuk memberikan dukungan, harapan hingga sebuah langkah dalam memutuskan sesuatu.
Kisah mereka abadi dan banyak memberikan inspirasi, tentang arti kasih sayang, tentang arti saling menghargai.
Inilah kisah perjalanan cinta dari pasangan Habibie dan Ainun sewaktu masa SMA hingga dibuatkan sebuah Monumen Cinta Sejati Ainun Habibie, kali ini Popmama.com telah merangkum ceritanya.
1. Habibie dan Ainun saling mengenal sejak bangku SMA
klimg.com
Habibie dan Ainun sudah saling mengenal saat usia 12 tahun. Mereka bersekolah di SMA yang sama. Keduanya dikenal sebagai siswa dan siswi yang cerdas.
Habibie adalah kakak kelas Ainun, satu tingkat di atas Ainun. Walau sering dijodohkan oleh teman-teman sekolahnya, namun Habibie muda rupanya masih belum memiliki ketertarikan pada lawan jenis. Begitu pun dengan Ainun.
Kecerdasan dari Habibie dan Ainun menjadi salah satu kesamaan yang membuat keduanya sering dijodohkan.
Habibie pun seringkali meledek Ainun dengan sebutan, "Jelek, gendut kayak gula Jawa.” Julukan 'Gula Jawa' pun semakin melekat dengan Ainun sewaktu masa-masa SMA.
Sering diledek oleh Habibie mungkin kadang membuat Ainun kesal, namun Ainun tidak pernah marah karena panggilan tersebut meski sebutan 'Gula Jawa' sedikit terdengar aneh baginya.
2. Seperti memang sudah berjodoh, Habibie dan Ainun kembali bertemu saat dewasa
Perpusnas.go.id
Setelah lulus SMA, Habibie sempat menempuh pendidikan jurusan teknik mesin di Institut Teknologi Bandung. Namun tak sampai satu tahun, Habibie pergi meninggalkan Indonesia karena memilih untuk berkuliah di Jerman sementara Ainun berkuliah di Universitas Indonesia (UI).
Hampir 8 tahun berkuliah di negeri orang dan tak bertemu dengan Ainun, akhirnya Habibie kembali ke Tanah Air.
Ketika pulang ke Indonesia, Habibie dan Ainun pun kembali dipertemukan, seolah alam memang mendukung atas perjodohan keduanya.
Pertemuan keduanya pun membuat Habibie terkejut saat melihat perubahan Ainun setelah tumbuh dewasa, bagi Habibie Ainun begitu memesona.
Seperti jodoh yang dipersatukan, Habibie pun luluh melihat perubahan Ainun dan benih-benih cinta keduanya mulai tumbuh.
Jika awalnya Habibie memberikan julukan 'Gula Jawa' untuk Ainun, di pertemuan ini akhirnya julukan untuk Ainun berubah menjadi 'Gula Pasir'.
Editors' Pick
3. Hubungan asmara Habibie dan Ainun berlabuh hingga di pernikahan
kebudayaan.kemdikbud.go.id
Hubungan Habibie dan Ainun yang semakin dekat pun berlanjut hingga ke jenjang pernikahan. Pada tanggal 12 Mei 1962, Habibie menikahi Ainun di Rangga, Malela, Kota Bandung.
Saat menggelar akad nikah, Habibie dan Ainun menggunakan adat Jawa dan resepsi diadakan keesokan harinya dengan adat Gorontalo. Setelah resmi menikah, Ainun ikut ke Jerman karena suaminya harus menyelesaikan pendidikan S3.
"Saya tidak bisa menjanjikan banyak hal. Tapi yang jelas, saya akan menjadi suami yang terbaik untuk Ainun,” begitu janji Habibie ketika sudah sah menjadi pasangan suami istri.
Menurut BJ Habibie, laki-laki itu harus selalu bertanggung jawab atas setiap keadaan yang terjadi terhadap orang yang sangat dicintai.
Dari pernikahan Habibie dan Ainun, pasangan ini dikaruniai dua putra bernama Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
4. Kesetiaan Habibie saat menemani Ainun sakit hingga tutup usia
batampos.co.id
Sama seperti rumah tangga lain, perjalanan cinta Habibie dan Ainun tidak selamanya mulus. Kedua pasangan ini sama-sama memiliki kesetiaan yang tinggi.
Mungkin Mama pun sudah mengetahui kalau Ainun begitu setia apalagi menemani suaminya saat menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak 1978 dan kemudian menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia saat krisis moneter tahun 1998.
"Saya berkeyakinkan bahwa Ainun diciptakan dan dilahirkan untuk saya dan saya untuk Ainun," begitulah salah satu kutipan dari kata-kata Habibie.
Selain setia menemani, Habibie dan Ainun saling mendukung pasangannya saat masa-masa sulit.
Cobaan berat pasangan ini dilalui ketika Ainun dinyatakan menderita kanker ovarium pada tahun 2010. Bahkan ketika sempat menjalani perawatan eksklusif di Jerman, Habibie selalu setia mendampingi sang Istri.
Kala itu, Habibie menunggu dengan setia di rumah sakit dengan didampingi kedua anaknya. Rasa cemas memenuhi dada ketiganya. Mereka seperti berharap ada kabar indah, seluruh keluarga berdoa kondisi Ainun bisa segera membaik namun kenyataannya berbanding terbalik.
Habibie dan Ainun harus terpisah untuk selamanya, Ainun meninggal dunia pada 22 Mei 2010 di Klinikum Großhadern, München, Jerman.
Setelah dokter mengabarkan ke Habibie dan kedua anaknya, tangis itu pun pecah. Bukan hanya keluarga Habibie, Indonesia pun berduka karena kepergian Ainun, mantan Ibu Negara Republik Indonesia ketiga.
5. Habibie selalu mengunjungi makam Ainun
jpnn.com
Kepergiaan sang Istri tentu membuat Habibie merasa terpukul apalagi keduanya sudah bersama kurang lebih selama 48 tahun. Setelah Ainun meninggal dunia, cinta Habibie tak pernah berhenti karena dirinya selalu mendoakan dan mengunjungi makam Ainun.
"Andaikata sampai waktunnya (meninggal dunia), saya tahu yang akan menemui pertama bukan hanya ibu saya, tapi Ainun, hei sekarang kamu di sini," ujar BJ Habibie di acara Mata Najwa, episode Habibie Mengaku Pernah Takut Mati, diunggah pada 27 Juni 2016.
Begitu cintanya sangat besar pada Ainun. Itulah keindahan cinta sejati diantara keduanya.
Setiap hari Jumat, Habibie atau ajudannya selalu rutin datang ke makam sang Istri di Taman Makam Pahlawan Kalibata dengan membawa bunga sedap malam yang menjadi bunga kesukaan Ainun. Selain itu Habibie juga selalu sering menaruh hijab Ainun di bawah bantalnya saat sedang tidur.
Kesetiaan Habibie kepada Ainun memberikan banyak pembelajaran yang bisa dipetik untuk seluruh pasangan di Indonesia.
6. Habibie sempat mengalami psikosomatik malignant usai kepergian Ainun
Instagram.com/chafrederica
Ainun yang berpulang untuk selama-lamanya di tahun 2010 membuat Habibie merasa terpukul hingga mengalami depresi. Beberapa hari setelah Ainun meninggal, Habibie sempat terkena psikosomatik malignant. Perlu Mama ketahui bahwa ganguan ini terjadi pada pikiran hingga memengaruhi kondisi fisiknya.
Menurut berita yang berkembang, Habibie sempat bertingkah seperti anak kecil usai ditinggal oleh belahan jiwanya. Habibie pun mendapatkan 4 saran dari dokter mengenai cara pengobatan agar dirinya bisa sehat seperti semula.
Empat saran dari dokter yang diberikan oleh Habibie seperti harus masuk rumah sakit jiwa, tinggal di rumah dengan pengawasan dokter, mencurahkan isi hati ke orang terdekat atau dengan cara menyelesaikannya sendiri. Habibie pun menuliskan perasaan cintanya kepada Ainun melalui sebuah catatan pribadi.
Catatan pribadi yang dituliskan oleh Habibie berubah menjadi buku dan diselesaikannya hanya dalam waktu 2 bulan saja. Curahan hati mengenai Ainun membuat kondisi Habibie membaik hingga akhirnya bisa menerima kepergian sang Istri dengan ikhlas.
7. Habibie menuliskan sebuah surat untuk mendiang istrinya
Instagram.com/inijedar
Buku yang dituliskan oleh Habibie sebagai proses terapi saat terkena psikosomatik malignant akhirnya diangkat ke layar lebar di tahun 2012. Tak heran kalau kisah cinta keduanya juga diabadikan dalam sebuah film berjudul “Habibie dan Ainun” memberikan kesean tersendiri untuk para penikmat film.
Habibie juga sempat menuliskan sebuah surat untuk mendiang istrinya. Berikut sebuah kutipan puisi dari Habibie untuk Ainun yang sangat mengharukan:
Kita tetap manunggal, menyatu dan tak berbeda sepanjang masa. Ragamu di Taman Pahlawan bersama para Pahlawan Bangsa lainnya. Jiwa, roh, batin dan nuranimu telah menyatu denganku. Di mana ada Ainun ada Habibie, di mana ada Habibie ada Ainun. Tetap manunggal dan menyatu tak terpisahkan lagi sepanjang masa. Titipan Allah bibit cinta Ilahi pada tiap insan kehidupan di mana pun. Sesuai keinginan, kemampuan, kekuatan dan kehendak-Mu Allah. Kami siram dengan kasih sayang, cinta, iman, taqwa dan budaya kami. Yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi sepanjang masa. Allah, lindungi kami dari godaan, gangguan mencemari cinta kami. Perekat kami menyatu, menunggal jiwa, roh, batin dan nurani kami. Di manapun dalam keadaan apapun kami tetap tak terpisahkan lagi. Seribu hari, seribu tahun, seribu juta tahun sampai akhirat!
Itulah beberapa perjalanan cinta dari Habibie dan Ainun yang selalu dikenang sepanjang masa. Melalui kisah mereka, ada banyak pembelajaran yang bisa dipetik seperti berusaha setia di masa-masa sulit pasangan hingga bentuk kasih sayang yang abadi.
Bahkan kisah cinta Habibie dan Ainun diabadikan melalui monumen yang dinamakan Monumen Cinta Sejati Ainun Habibie. Momumen tersebut berbentuk patung Habibie yang mengenakan jas dan kacamata, sementara Ainun memakai kerudung sekaligus menggengam setangkai bunga.
Monumen ini diresmikan langsung oleh Habibie bersama Agus Arifin Nu’mang sebagai Wakil Gubernur Sulawesi Selatan dan Wali Kota Parepare Taufan Pawe di alun-alun Kota Parepare, Sulawesi Selatan pada tanggal 12 Juni 2015. Bahkan di monumen ini, Mama dapat menemukan berbagai puluhan foto-foto perjalanan hidup dari Habibie dan Ainun.
Kini salah satu putra terbaik bangsa ini, Habibie telah berpulang menemui Sang Pencipta dan kembali bertemu belahan jiwanya. Semoga segala prestasi dan kenangan manis dari kisah cinta sejati dari pasangan Habibie dan Ainun bisa menjadi inspirasi tersendiri bagi kita semua.