Story of Kale: When Someone’s in Love bercerita tentang Kale dan Dinda, pasangan yang berusaha memberi yang terbaik untuk kekasihnya.
Konflik yang terjadi pun cukup beragam mulai dari berupaya untuk membahagiakan pasangannya, menyembuhkan luka dan berdamai dengan trauma.
Walau bercerita tentang Kale dan Dinda, namun karakter keduanya pun terbentuk dari masa kecil yang kurang baik. Ada peran dari masing-masing kedua orangtua mereka, sehingga Kale dan Dinda tumbuh menjadi pribadi yang begitu dekat dengan permasalahan toxic relationship.
Disimak baik-baik dari pengalaman hidup Kale dan Dinda yuk, Ma!
1. Sejak kecil, Kale sudah memiliki keluarga yang dipenuhi toxic relationship
Instagram.com/storyofkale
Film yang diangkat dari spin-off karakter Kale yang diperankan oleh Ardhito Pramono di Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini memang memberikan pesan tersendiri dari sisi parenting.
Walau tidak terlalu dominan diceritakan, namun masa kecil dari Kale dan Dinda yang pernah berada di keluarga yang dipenuhi toxic relationship memengaruhi keduanya saat sudah dewasa.
Dalam cerita film Story of Kale: When Someone’s in Love, sosok Kale di masa kecil melihat serta merasakan perpisahan yang terjadi antara kedua orangtuanya.
Perpisahan tersebut membuat karakter Kale merasa ketakutan, ini karena tidak ingin rasa sakit yang dialami oleh sang Papa juga dirasakan olehnya saat berpisah dengan Dinda.
Dari film Story of Kale: When Someone’s in Love, ada sebuah pembelajaran bahwa cinta yang terlalu besar pada akhirnya dapat membuat seseorang terpaksa kehilangan dirinya sendiri.
2. Seperti yang dialami oleh Kale, perpisahan orangtua bisa memiliki dampak ke anak
Instagram.com/storyofkale
Belajar dari film Story of Kale: When Someone’s in Love, Mama bisa mempelajari perkembangan karakter dari Kale ketika membina hubungan bersama Dinda.
Perpisahan orangtua membuat Kale tumbuh menjadi sosok yang posesif, obsesif, selalu curiga, sangat cemburu dan mampu bersikap kasar saat berpacaran bersama Dinda.
Sikap Kale terbangun dari masa kecilnya yang buruk, sehingga tidak ingin kejadian orangtuanya kembali terulang.
Hal ini bisa ditarik simpulan bahwa sosok Kale saat membina hubungan bersama Dinda masih tidak bisa menyikapi perpisahan orangtuanya, sehingga menciptakan trauma atau luka batin tersendiri.
Editors' Pick
3. Toxic relationship yang diperlihatkan orangtua di rumah dapat memengaruhi pemahaman anak ke depannya
Instagram.com/storyofkale
Belajar dari cerita Kale dan Dinda, toxic relationship yang terjadi pada keluarga masing-masing bisa memengaruhi pemahaman keduanya di masa depan.
Bukan tidak mungkin kalau anak-anak melihat ketidakharmonisan dari orangtuanya mampu menciptakan luka batin, sehingga berpengaruh terhadap perkembangan karakternya. Sebelum ini terjadi, ada baiknya suami istri lebih bijak apabila sedang berkonflik dengan pasangannya.
Pastikan perkembangan mental anak tetap diperhatikan dengan baik.
4. Anak bisa mencontoh orangtuanya sebagai korban atau pelaku tindak kekerasan
Instagram.com/jurnalkale
"Dia nggak kasar kok. Dia begitu kalau cuma lagi emosi doang, memang aku yang salah," ucap Dinda dalam salah satu scene.
Ma, perlu dipahami bahwa ada konsep The Power of Control Wheel yang bisa dilihat dari karakter Dinda di film Story of Kale: When Someone’s in Love. Karakter dari Dinda ini berkembang karena melihat hubungan orangtuanya yang tidak sehat.
Jika Mama perhatikan, Argo sebagai pelaku toxic relationship mampu menggunakan kekuasaan dan kontrolnya untuk memanipulasi korban. Apabila ini terus berangsur lama, maka kesehatan mental korban akan terganggu.
Ketika anak melihat hubungan yang kurang harmonis dari kedua orangtuanya, maka ia bisa mencontoh karakter pelaku atau korban dari hubungan toxic relationship.
Dinda tumbuh menjadi sosok perempuan yang meniru sang Mama sebagai korban kekerasan. Dari sang Mama, Dinda menganggap bahwa kekerasan yang dilakukan oleh pasangan itu wajar terjadi dalam sebuah hubungan.
5. Apabila ada perpisahan, seharusnya perkembangan mental anak perlu dijaga
Instagram.com/jurnalkale
Belajar dari Kale yang memiliki luka batin karena perpisahan orangtuanya, Mama perlu ingat bahwa seharusnya perkembangan mental anak perlu dijaga. Mengingat bahwa mental akan membentuk karakter anak seiring bertambahnya usia.
Apabila ada perpisahan yang terjadi pada orangtua, seharusnya hubungan dengan anak tetap perlu dijaga dengan baik.
Hal ini bertujuan agar anak-anak tidak terus tumbuh dengan rasa trauma dan luka batin di dalam hatinya.
Bagaimana Pandangan Psikolog Mengenai Toxic Relationship yang Berdampak pada Kesehatan Mental Anak?
Instagram.com/jurnalkale
Popmama.com telah mewawancarai Alexandra Gabriella A., M.Psi, Psi., C.Ht, C.ESt sebagai psikolog klinis yang paham terhadap kesehatan mental.
Terkait toxic relationship, Alexa memang sangat menyayangkan apabila anak menjadi korban. Mengingat karakter anak-anak bisa berisiko menjadi buruk seiring bertambah usianya.
"Kondisi hubungan orangtua tentu akan membentuk persepsi anak terhadap sebuah hubungan saat usianya sudah dewasa, termasuk pernikahan. Anak akan melihat peran kedua orangtuanya, apakah hangat, saling hangat, saling menghormati dan saling mendukung," ucap Alexa.
Ada banyak hal yang dipelajari oleh anak di masa kecilnya, sehingga saat dewasa nanti akan diaplikasikan kepada pasangannya. Apabila momen yang tercipta terkesan negatif, maka seseorang akan mempunyai hubungan yang kurang baik terhadap pasangan mereka.
Berikut Alexa telah memaparkan beberapa hal yang perlu dipahami oleh orangtua ketika memiliki konflik bersama pasangannya, antara lain:
Hindari bertengkar besar di depan anak
Menurut Alexa, pertengkaran kecil yang ditutupi dengan rekonsiliasi dapat membantu anak belajar bahwa dalam hidup ada konflik serta perlu diselesaikan dengan baik. Namun, jika pertengkaran hebat terjadi pada orangtua akan dapat membuat mereka trauma.
Hindari menjelek-jelekan pasangan di depan anak
"Biar bagaimana juga, ia merupakan Mama atau Papa dari anak-anak kita. Kalau sudah begitu, anak akan merasa mereka tidak disayang atau tidak penting," ucap Alexa.
Tidak meminta anak untuk memihak salah satu orangtuanya
Ketika pasangan suami istri memiliki konflik, alangkah baiknya untuk tidak mencari dukungan dari anak untuk menjatuhkan salah satu pihak. Menurut Alexa, penting sekali untuk fokus bahwa masalah ini merupakan masalah suami dan istri. Usahakan tidak melibatkan anak.
Nah, itulah beberapa pembelajaran film Story of Kale: When Someone’s in Lovedari sisi parenting. Bila Mama tidak ingin menciptakan karakter anak-anak seperti sosok Kale dan Dinda, maka bisa menerapkan tips dari Alexa ketika sedang berkonflik dengan pasangan.
Semoga informasi terkait film terbaru dari Ardhito Pramono ini bisa bermanfaat ya, Ma.