Punya Permasalahan Mental, Rachel Vennya dan Niko Tetap Sejalan
Psikolog pun ungkap tips hidup harmonis, walau pasangan suami istri memiliki permasalahan mental
24 April 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pasangan Rachel Vennya dan Niko Al-Hakim yang sudah memiliki dua orang anak akhirnya membahas mengenai kondisi permasalahan mental mereka berdua.
Permasalahan mental yang dimiliki oleh Rachel dan Niko sudah dilalui sejak bertahun-tahun lalu.
Rachel pun sempat membuat instalasi Raven Is Odd sebagai salah satu project skripsi yang telah direalisasikan ke dunia nyata menjadi sebuah Art Exhibition.
Konsep yang dibuat mengenai kesehatan mental karena dirinya memang telah didiagnosis Bipolar Disorder dan Niko didiagnosis memiliki Generelized Anxiety Disorder (psikosomatis).
Kondisi tersebut yang membuat pasangan suami istri ini membuat sebuah instalasi bertema kesehatan mental, sehingga banyak orang mulai paham dan mengerti akan pentingnya terkait kondisi psikis diri sendiri serta orang terdekat.
"Kami akan bercerita apa yang kami rasakan, termasuk bagaiamana cara kami berusaha menerima serta berteman dengan Bipolar Disorder dan Generelized Anxiety Disorder," ucap Rachel dalam unggahannya.
Melalui unggahan sang Suami, Niko sudah tidak sabar untuk berbagi cerita mengenai sisi lain terkait kesehatan mental yang dirasakan oleh dirinya sendiri dan Rachel. Sebuah pembicaraan yang menarik, namun belum pernah keduanya bahas di publik.
"Aneh ya kok dua pasangan yang mentalnya “beda” bisa menyatu?" tulis Niko.
Pengalaman yang dialami oleh Rachel dan Niko tentu juga bisa terjadi pada pasangan lain, maka dari itu Popmama.com telah mewawancarai Alexandra Gabriella A., M.Psi, Psi., C.Ht, C.ESt sebagai psikolog profesional yang mengerti mengenai kesehatan mental seseorang.
Simak beberapa informasi mengenai tips hidup harmonis, walau pasangan suami istri sama-sama memiliki permasalahan mental.
Editors' Pick
1. Apa itu Generelized Anxiety Disorder (GAD)?
Melalui unggahan pribadinya di Instagram, Niko mengatakan bahwa dirinya memiliki Generelized Anxiety Disorder. Hanya saja, banyak sekali orang awam yang hanya mengenal kondisi anxiety sebagai salah satu permasalahan mental.
Generelized Anxiety Disorder adalah gangguan kecemasan kronis yang ditandai dengan rasa khawatir secara berlebihan. Jenis gangguan kecemasan yang dapat terjadi pada semua usia ini dapat berlangsung secara persisten dan cenderung tidak terkendali. Kecemasan kronis ini pun dapat terjadi secara terus-menerus, sehingga dapat menganggu aktivitas keseharian.
Beberapa orang yang memiliki gangguan kecemasan kronis ini tidak mampu mengungkapkannya kepada orang lain. Alexandra juga mengatakan bahwa Generelized Anxiety Disorder berbeda dengan kecemasan yang terjadi pada kehidupan sehari-hari.
"Perbedaannya berada pada intensitas, durasi dan dampak yang terjadi ketika menjalani kehidupan sehari-hari. Selain itu, kecemasan yang muncul pada orang-orang dengan Generelized Anxiety Disorder bersifat menyeluruh atau pada sebagian besar aspek hidupnya dipikirkan serta dipertimbangkan dengan rasa cemas," jelas Alexandra.
Contohnya saja, jika seseorang harus berada di tengah pandemi Covid-19 tentu ada perasaan cemas yang wajar.
Hanya saja, orang-orang dengan Generelized Anxiety Disorder biasanya memiliki rasa cemas yang berlebihan. Porsi kecemasannya akan terlihat berbeda sekali dari orang lain.
Berikut beberapa gejala Generelized Anxiety Disorder yang terjadi pada orang dewasa menurut DSM V, antara lain:
- Memiliki kekhawatiran atau kecemasan yang intens mengenai beragam topik serta tidak spesifik. Kondisi ini telah terjadi paling tidak selama 6 bulan berturut-turut.
- Kekhawatiran yang terjadi seolah terasa sulit sekali untuk dikendalikan. Topik yang menjadi kecemasan pun bisa berubah-ubah dengan cepat.
- Rasa cemas itu juga akan muncul dengan adanya paling tidak ada tiga dari ciri gejala fisik atau kognitif. Mulai dari gelisah terus menerus, mudah tersinggung atau terganggu, mengalami kesulitan tidur, rasa sakit atau pegal-pegal di otot, perasaan lelah seperti tak bertenaga, sulit berkonsentrasi bahkan terasa pikiran kosong.
Demi dapat memahami kondisi yang terjadi pada diri sendiri, sebaiknya carilah bantuan secara profesional bersama psikolog. Konsultasi dengan profesional tentu akan membantu kondisi kesehatan mental menjadi lebih baik.
2. Bagaimana caranya pasangan suami istri yang memiliki permasalahan mental bisa terus hidup harmonis?
Sebagai seorang psikolog, Alexandra mengatakan bahwa pasangan yang sama-sama memiliki permasalahan mental perlu saling memahami. Ketika telah memahami dan mengerti kondisi satu sama lain, maka membantu pasangan berproses serta akan lebih saling menjaga.
"Usahakan untuk tidak selalu menafsirkan apa yang dikatakan sebagai sesuatu yang benar terjadi. Kemarahan, kata-kata kasar ataupun respon yang kurang enak didengar bisa jadi hanyalah respon dari kondisi emosional yang sedang menyerang," kata Alexandra.
Alexandra juga mengatakan kepada pasangan suami istri yang memiliki permasalahan mental untuk tidak ragu-ragu dalam mengucapkan maaf dan rasa berterima kasih. Apalagi ketika keberadaan pasangan selalu membuatmu bahagia karena selalu memberikan pendampingan.
Meskipun sama-sama ada permasalahan mental, bukan berarti tidak bisa menjadi terapis untuk pasangan.
"Jadilah terapis bagi pasangan, tetapi tetap menyadari kondisi yang sedang terjadi pada diri sendiri. Bila kondisi sendiri sedang tidak memungkinan, maka ada baiknya meminta bantuan ke orang lain seperti keluarga, sahabat dekat yang bisa dipercaya atau tenaga profesional," jelas Alexandra.
3. Pesan dari psikolog saat pasangan suami istri sama-sama memiliki permasalahan mental
Terkait dengan kondisi ketika pasangan suami istri sama-sama memiliki permasalahan mental ketika sedang membina sebuah keluarga, Alexandra memberikan sebuah pesan untuk bisa saling memahami dan mengerti kondisi satu sama lain.
"Sebagai pasangan, kalian harus bisa saling menjaga," ucap Alexandra.
Janganlah ragu juga mencari pertolongan profesional karena tidak selamanya pasangan dan kamu sendiri berada dalam kondisi yang mumpuni untuk saling membantu.
"Hendaknya saling mengenali simptom satu sama lain, sehingga bisa menjadi gambaran untuk mengingatkan bahwa pasangan sedang mengalami gejala yang tiba-tiba saja muncul. Bisa juga dengan menggunakan kode berupa kata-kata, kartu berwarna atau apapun yang bisa mengomunikasikan dengan cepat mengenai gambaran kondisi yang sedang dirasakan saat itu," jelasnya.
Alexandra juga mengatakan jika gangguan tersebut mulai muncul khususnya kondisi yang berhubungan dengan emosional, sebaiknya dapat mempelajari teknik-teknik yang bisa membantu meringankan gejala emosi tersebut.
"Hal ini tentu akan membantu karena bisa langsung menerapkannya di saat gejala emosional itu tiba-tiba saja menyerang," tutupnya.
Itulah yang informasi mengenai kondisi ketika pasangan suami istri sama-sama memiliki permasalahan mental.
Walau kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja, namun bukan berarti dalam membina sebuah hubungan keluarga yang tetap harmonis.
Jika Mama serta pasangan memiliki kondisi dengan permasalahan mental masing-masing, maka tak perlu khawatir. Bijaklah dalam memahami kondisi emosi dari diri sendiri dan pasangan.
Percayalah bahwa setiap pasangan pun memiliki cara tersendiri dalam menyelesaikan masalah mereka.
Baca juga:
- 7 Potret Menggemaskan Aurorae Chava, Anak Kedua dari Rachel Vennya
- Diberikan Penghargaan MURI, Rachel Vennya Menolak. Apa Alasannya?
- Curhat di Instagram, Rachel Vennya Sempat Melakukan Terapi Emosi