Tangis Noah Pecah di Depan Makam Ashraf Sinclair, BCL Terus Menguatkan
Peluk dan cium dilakukan BCL untuk Noah di depan makam Ashraf
19 Februari 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kepergiaan Ashraf Sinclair tentu menjadi sebuah pukulan serta duka mendalam untuk Bunga Citra Lestari dan Noah Sinclair. Tangis putra kecil Ashraf dan BCL sempat pecah seolah ingin meluapkan kesedihannya atas kepergiaan sang Papa.
BCL dan Noah yang sama-sama mengenakan pakaian putih saat mengantarkan Ashraf ke tempat peristirahatan terakhirnya di San Diego Hills, Karawang, Selasa (18/2/2020).
Sebagai seorang istri yang begitu mencintai suaminya, BCL masih berusaha untuk mencerna apa yang terjadi di hari duka itu. Apalagi kepergiaan dari sang Suami untuk selama-lamanya begitu mendadak.
Di samping Noah, BCL terlihat berusaha tegar dihadapan Noah yang ketika itu terus menangis setelah jenazah Ashraf masuk ke dalam liang lahat.
Walau masih sedih atas kepergian suami tercinta, BCL terus menguatkan Noah dengan sebuah pelukan dan ciuman.
Perasaan duka yang dialami oleh Noah pasti tidaklah mudah ya, Ma. Apalagi kehilangan orangtua sekaligus Papa terhebat di dalam hidupnya.
Dalam kejadian yang menimpa BCL dan Noah ini, ditinggalkan orang tersayang tetap akan menimbulkan sebuah luka. Walaupun tidak kelihatan, bukan berarti luka itu tidak ada. Itulah mengapa trauma psikologis disebut sebagai invisible wound.
Perlu diketahui bahwa trauma psikologis itu terbentuk atas bagaimana seseorang memaknai secara personal kejadian yang sedang menimpanya, bahkan tak jarang ia tidak mampu mengelola perasaannya sendiri ketika menghadapi kejadian tersebut.
Membahas mengenai fase berduka agar tak berujung trauma pada anak, kali ini Popmama.com akan memberikan beberapa informasi dari Psikolog Alexandra Gabriella A., M.Psi, C.Ht. secara eksklusif agar proses berduka bisa dilalui dengan baik hingga dapat menjalani kehidupan lagi.
Sebagai psikolog, Alexandra menjelaskan bahwa terbentuknya trauma itu lebih dipengaruhi oleh persepsi dan pengelolaan emosi, sehingga ada baiknya kedua hal inilah yang perlu dibantu untuk anak-anak ketika sedang mengalami fase berduka.
Untuk lebih lengkapnya, ini beberapa hal yang perlu dilakukan!
1. Berusaha tetap menemani dalam masa duka
Kehilangan seseorang yang dicintai untuk selama-lamanya secara mendadak tentu menjadi sebuah pukulan berat. Hal inilah yang membuat proses seseorang dalam menerima perasaan duka tidaklah mudah.
Dalam menerima proses duka, seseorang termasuk anak-anak membutuhkan waktu yang tak sebentar. Saat proses penerimaan diri terhadap kenyataan ini terus berlangsung, ada baiknya memang tetap ditemani oleh orang-orang terdekat seperti orangtua dan keluarga.
Terkadang seseorang yang sedang berada di dalam masa duka akan sulit menyadari bahwa perasaan sakit dan sedih ini seolah akan berlangsung selamanya. Padahal kondisi yang terjadi padanya selama fase berduka berlangsung hanya bersifat sementara.
Menemani saat anak mengalami masa duka penting sekali untuk dilakukan.
Editors' Pick
2. Mengajak anak untuk mengenal emosinya selama fase berduka
Selama menjalani masa duka biasanya anak akan terlihat lebih menutup diri, kecewa dan sedih atas semua yang sedang terjadi padanya.
Dalam situasi seperti ini orangtua perlu bijak menanggapi perasaan anak. Perlu sekali menghindari kata-kata seperti: “Cup… cup… Yuk, sudah diam dan berhenti menangisnya!” Kalimat tersebut memang berusaha menghentikan tangisan anak, namun ini justru kurang tepat karena di dalam hatinya masih ada rasa duka.
Ketika itu juga anak seolah dipaksa berhenti saat dirinya sedang ingin mengekspresikan perasaan negatif yang sedang dirasakan. Itu berarti Mama tidak membiarkan anak-anak melatih kecerdasan emosinya selama fase berduka.
Ada baiknya saat anak-anak sedang kecewa atau sedih, cobalah untuk mengutarakan “Mama sepertinya melihat kamu sedang sedih hari ini? Bolehkah Mama tahu apa yang sedang terjadi?” Kalimat seperti ini bagus diutarakan kepada anak agar dirinya mau terbuka dan menceritakan apa yang sedang terjadi.
"Ingatkan dirinya kalau reaksi sedih, kecewa dan marah ini memang wajar terjadi saat kehilangan orang terkasih. Namun, perlu diingat kalau perasaan ini akan berlalu dan harus menjalani hidup normal kembali," kata Alexandra.
Orangtua perlu sekali membantu anak untuk mengekpresikan segala emosi negatif selama sedang berduka. Hal ini wajar dan perlu dilakukan, sehingga anak pun mampu melewati segala perasaan negatif di dalam dirinya.