Waspada, Pola Asuh Hyper Parenting Bikin Anak Tak Bahagia
Kenali dampak dan cara mengatasinya ya, Ma!
10 November 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memiliki anak sehat dan memiliki karakter yang terbaik tentu menjadi idaman banyak orangtua. Anak-anak pun ingin kedua orangtuanya mengasuh mereka dengan penuh cinta dan kasih sayang agar menciptakan keluarga yang bahagia.
Namun, terkadang dalam penerapan pola asuh tanpa disadari ada beberapa sikap yang sedikit melenceng hingga menganggu perkembangan psikologis anak dan membuat mereka tidak bahagia. Bahkan ada orangtua yang terlalu mengekang dan menuntut anak-anaknya, sehingga berdampak buruk pada perkembangan mereka.
Salah satu yang menjadi perhatian banyak orang yakni hyper parenting sebagai sebuah penerapan pola asuh kurang terkontrol dan dicap berlebihan.
Apa itu Hyper Parenting?
Hyper parenting adalah sebuah penerapan pola asuh yang seringkali dilakukan di luar kontrol, meskipun orangtua memiliki tujuan agar anak-anaknya bisa memiliki pencapaian terbaik. Dalam pola pengasuhan hyper parenting, orangtua hanya ingin anaknya terlihat sempurna dan dituntut sukses tanpa memikirkan perasaan anak.
Padahal tuntutan dengan terus menganggap anak dapat menganggu kesehatan mentalnya. Tanpa disadari hyper parenting yang dilakukan pada anak-anak yang sudah sekolah dapat membuat mereka tidak bebas bermain karena waktunya dihabiskan untuk les serta kegiatan tambahan lainnya.
Sama seperti pola asuh lainnya tipe hyper parenting pun memiliki ciri-ciri tersendiri, seperti:
- Orangtua memiliki rasa cemas berlebihan terhadap sesuatu yang sedang dialami oleh anaknya. Dalam tipe ini, orangtua seolah ingin selalu memastikan si Kecil tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang dilarang olehnya.
- Orangtua sangat detail seperti harus mengetahui dan memastikan kondisi anak-anaknya setiap saat.
- Orangtua mudah sekali frustasi dan menganggap dirinya gagal dalam mendidik ketika perkembangan anaknya tidak sesuai keinginan.
- Orangtua seringkali berperilaku tidak masuk akal dengan meminta anak melakukan berbagai kegiatan tanpa melihat kondisi tubuhnya.
Dengan berbagai perilaku yang diperlihatkan orangtua melalui hyper parenting, tanpa disadari pelan-pelan dapat mengganggu perkembangan anak. Perlu diketahui bahwa hyper parenting yang dilakukan orangtua dapat membuat anak merasa kelelahan secara emosi, sosial dan fisik.
Tak hanya itu, hyper parenting dapat meningkatkan depresi pada anak dan membuatnya kurang percaya diri setiap kali ingin berpendapat. Sebelum hyper parenting terus terjadi dan berdampak buruk, maka perkembangan anak semakin lama akan terganggu.
Untuk mengatasi penerapan hyper parenting agar tidak terjadi di rumah, kali ini telah merangkumnya Popmama.com beberapa tipsnya. Semoga bisa membantu ya, Ma.
1. Berikan kesempatan anak memiliki keleluasaan dalam menentukan pilihannya
Setiap orang memiliki pilihan tersendiri, termasuk anak-anak. Sebuah pilihan juga bisa membantu anak berproses dalam hidup sebagai sebuah pembelajaran.
Jika biasanya, Mama berusaha langsung menentukan pilihan anak tanpa pernah mengerti perasaannya maka ini perlu diubah. Sesekali perbolehkan anak untuk menentukan pilihannya sendiri karena memang mereka berhak mendapatkan hak tersebut.
Meskipun anak diberikan kesempatan atas pilihannya, Mama tetap perlu hadir untuk mengarahkan segala prosesnya. Pendampingan tetap diperlukan agar anak-anak mengerti kalau setiap pilihan selalu memiliki konsekuensi tersendiri.