6 Dampak Buruk Poligami Terhadap Kesehatan Keluarga
Poligami menyebabkan sejumlah masalah kesehatan fisik dan mental
16 April 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sampai saat ini masih banyak pemikiran menyimpang mengenai poligami sebagai salah satu sunah Nabi Muhammad yang harus diikuti. Padahal jelas poligami yang beliau lakukan bukan untuk mengejar kesenangan duniawi semata.
Di Indonesia sendiri, sejumlah kalangan dengan tegas menolak poligami. Tak jarang banyak yang menyebutkan bahwa poligami bukan tradisi suatu agama, melainkan bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) karena tak sedikit kasus poligami berujung pada kekerasan secara fisik atau verbal.
“Poligami yang tidak dilaksanakan dengan kesiapan, pemikiran matang dan pengetahuan yang cukup dari berbagai pihak dapat berisiko menjadi awal mula terjadi berbagai perlakuan salah," kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga dalam acara diskusi ilmiah pada Rabu (16/4/2021).
Selain itu, poligami juga menyebabkan sejumlah dampak buruk terhadap kesehatan fisik dan mental keluarga. Kira-kira apa saja ya? Yuk, simak rangkuman Popmama.comdari acara Diskusi Ilmiah bertajuk 'Poligami Di Tengah Perjuangan Mencapai Ketangguhan Keluarga'.
1. Laki-laki yang berpoligami rentan mengalami penyakit jantung dan hipertensi
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa laki-laki yang menikah secara poligami dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan yang menyebabkan kematian, di antaranya penyakit darah tinggi, stroke dan jantung koroner.
Hal ini karena suami tidak mampu mengelola stres yang berkepanjangan akibat pembagian tanggung jawab terhadap para istri dan anak-anaknya.
"Makin banyak istri makin stres dan sering menjadi pemicu penyakit jantung dan hipertensi," ujar Dr. dr. Rahmat Sentika Spa, Mars dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
2. Istri yang dimadu akan mengalami stres dan gangguan kecemasan
Perempuan yang dimadu rentan mengalami masalah pada kesehatan mentalnya, di antaranya depresi, gangguan psikosomatis, kecemasan berlebih dan paranoid.
"Poligami menyebabkan perempuan mendapatkan kekerasan psikis atau jadi tertekan, salah satunya karena merasa tidak diperlakukan dengan adil," kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga.
Akibat perlakuan tidak adil yang diterima, terutama untuk istri pertama rentan mengalami emosi negatif. Hal ini sering terjadi cekcok, permusuhan, kecemasan dan paranoid.
"Istri pertama akan 4 kali lebih menderita dibanding istri kedua, ketiga dan keempat," begitupun kata dokter Rahmat Sentika dalam acara diskusi yang sama.
Hal ini dikarenakan kebutuhan istri pertama mulai diduakan seiring dengan kehadiran para istri-istri selanjutnya dalam keluarga mereka.
Editors' Pick
3. Anak bisa kehilangan cita-cita dan harapan
Selain banyak merugikan pasangan perempuan, anak-anak yang lahir dari pernikahan secara poligami juga akan berimbas pada kesehatan mentalnya. Pencapaian akademik menjadi rendah dan anak berpotensi kehilangan daya juang dalam meraih cita-cita mereka.
"Anak-anak juga menderita, sehingga kehilangan daya juang dalam memenuhi cita-cita dan harapannya untuk maju," kata Meutia Hatta, Guru Besar Antropologi Universitas Indonesia.
Lebih lanjut ia memaparkan, anak-anak akan lebih sering merasa frustasi dan kecewa akibat kondisi keluarganya, sehingga menghambat kemampuan anak untuk berprestasi di sekolah.
Apalagi jika laki-laki yang berpoligami belum mapan secara finansial, bahkan dalam beberapa kasus ada anak-anak yang sampai putus sekolah karena tidak ada biaya. Hal ini lantaran penghasilan sang Papa harus dibagi-bagi untuk memenuhi kebutuhan para istri serta anak-anaknya yang banyak.
4. Anak semakin jauh dengan sang Papa
Peran seorang Papa dalam keluarga poligami sangat sedikit untuk anak-anaknya. Dengan istri yang lebih dari satu, seorang laki-laki akan memiliki banyak anak.
Hal ini membuat interaksi Papa semakin terbatas dengan setiap anaknya secara personal. Artinya ketimbang turun tangan langsung untuk mendidik hal positif, keterlibatan sang Papa hanya sebatas pendisiplin saja untuk anak-anaknya.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Meutia Hatta menyoroti iklan poligami di media sosial yang menggambarkan suksesnya seorang suami yang menjalankan poligami dengan empat istri dan 25 anak.
"Apakah suami itu ingat tanggal lahir tiap istrinya dan tanggal pernikahan dengan tiap istrinya? Apakah dia ingat tiap tanggal lahir dari 25 anak itu? Peristiwa-peristiwa tentang dirinya dengan setiap anak, apakah dia ingat?" katanya.
Menurut Meutia, praktik poligami akan menghambat terbentuknya keluarga ideal dan harmonis yang berperan dalam mendidik anak-anak. Padahal keluarga seperti itu merupakan landasan awal pembentukan karakter anak.
5. Risiko penyakit menular yang akan dialami suami dan para istri
Dilihat dari kehidupan seksualnya, poligami artinya berganti-ganti pasangan. Tak menutup kemungkinan suami maupun semua istrinya akan berisiko terkena penyakit menular seksual.
Di antaranya penyakit kutil kelamin (condiloma acuminata), kencing nanah (gonore), chlamydia trachomatis serta HIV dan AIDS.
6. Kecenderungan terkait pemahaman poligami bisa menurun ke anak
Poligami juga bisa memberikan dampak jangka panjang pada anak, penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan poligami sudah ada sejak lahir sebagai suatu kebiasaan hidup yang diturunkan.
Dengan kata lain jika papanya melakukan poligami, maka tak menutup kemungkinan jika anak laki-lakinya nanti menirunya. Anak pun akan merasa bahwa berpoligami sah-sah saja dilakukan.
Itulah beberapa dampak poligami untuk kesehatan keluarga, mulai dari suami, para istri dan anak-anak. Sebaiknya pertimbangkan kembali kesiapan kalian sebelum mau dipoligami ya, Ma!
Baca juga:
- Belajar dari Aisha Weddings, Ini Syarat & Hukum Poligami di Indonesia
- Waspada Predator Anak Perempuan! Promosi Poligami Online Bertebaran
- Menurut Psikolog, Ini Dampak Psikologis Poligami pada Anak!