Kumpulan Puisi di Film AADC, Kembali Mengenang Cinta dan Rangga
Beberapa puisi yang ada di AADC merupakan karya sastrawan tanah air
2 Desember 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) dan sekuelnya Ada Apa Dengan Cinta 2, bukan hanya dikenal karena kisah cintanya yang memikat, tetapi juga karena puisi-puisi indah yang ditampilkan.
Puisi-puisi dalam film ini sebagian besar diciptakan oleh Aan Mansyur dan beberapa oleh penyair ternama seperti Sapardi Djoko Damono dan Chairil Anwar. Hadirnya puisi tersebut juga mampu memberikan kedalaman emosional dan refleksi mendalam tentang cinta, kehilangan, dan kehidupan.
Karya-karya ini akan kembali mengenang puisi-puisi yang ada di film AADC dan AADC 2. Setiap puisi bukan hanya menghiasi narasi cerita, tetapi juga menggugah perasaan serta memberikan makna lebih pada perjalanan cinta Cinta dan Rangga.
Seperti apa puisinya? Yuk, rangkuman dari Popmama.com terkait kumpulan puisi di film AADC. Beberapa puisi di film AADC begitu romantis dan melankolis lho, Ma.
Kumpulan Puisi di Film AADC
1. Aku Ingin Pergi Selamanya – Rako Prijanto
Ketika tunas ini tumbuh
Serupa tubuh yang mengakar
Setiap napas yang terembus adalah kata
Angan, debur dan emosi bersatu dalam jubah berpautan
Tangan kita terikat, Lidah kita menyatu
Maka setiap apa yang terucap adalah sabda pandita ratu
Hahhh di luar itu pasir, di luar itu debu
Hanya angin meniup saja lalu terbang hilang tak ada
Tapi kita tetap menari, menari cuma kita yang tahu.
Jiwa ini tandu, maka duduk saja
Maka akan kita bawa semua
Karena kita adalah satu
2. Tentang Seseorang – Rako Prijanto
Ku lari ke hutan, kemudian menyanyiku
Ku lari ke pantai, kemudian teriakku
Sepi-sepi dan sendiri
Aku benci
Aku ingin bingar
Aku mau di pasar
Bosan aku dengan penat
Dan enyah saja kau pekat
Seperti berjelaga jika ku sendiri
Pecahkan saja gelasnya biar ramai
Biar mengaduh sampai gaduh
Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok keraton putih
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya, biar terdera
Atau aku harus lari ke hutan lalu belok ke pantai?
Editors' Pick
3. Ada Apa Dengan Cinta – Rako Prijanto
Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi karna cinta
Digenangi air racun jingga adalah wajahmu
Seperti bulan lelap tidur di hatimu
Yang berdinding kelam dan kedinginan
Ada apa dengannya
Meninggalkan hati untuk dicaci
Lalu sekali ini aku melihat karya surga
Dari mata seorang hawa
Ada apa dengan cinta
Tapi aku pasti akan kembali
Dalam satu purnama
Untuk mempertanyakan kembali cintanya.
Bukan untuknya, bukan untuk siapa
Tapi untukku
Karena aku ingin kamu, itu saja.
4. Tidak Ada New York Hari Ini – M. Aan Mansyur
Tidak ada New York hari ini
Tidak ada New York kemarin
Aku sendiri dan tidak berada di sini
Semua orang adalah orang lain
Bahasa Ibu adalah kamar tidurku
Kupeluk tubuh sendiri
Dan Cinta, Kau tak ingin aku
mematikan mata lampu
Jendela terbuka
dan masa lampau memasukiku sebagai angin
Meriang. Meriang. Aku meriang.
Kau yang panas di kening, kau yang dingin dikenang
5. Ketika Ada yang Bertanya tentang Cinta – M. Aan Mansyur
Ketika aku bertanya kepadamu tentang cinta
kau melihat langit membentang lapang
menyerahkan diri untuk dinikmati, tapi menolak untuk dimiliki
Ketika kau bertanya kepadaku tentang cinta,
aku melihat nasib manusia
terkutuk hidup di bumi
bersama jangkauan lengan mereka yang pendek
dan kemauan mereka yang panjang
Ketika aku bertanya kepadamu tentang cinta,
kau bayangkan aku seekor burung kecil yang murung
bersusah payah terbang mencari tempat sembunyi
dari mata peluru para pemburu
Ketika kau bertanya kepadaku tentang cinta
aku bayangkan kau satu-satunya pohon yang tersis
kau kesepian dan mematahkan cabang-cabang sendiri
Ketika ada yang bertanya tentang cinta,
apakah sungguh yang dibutuhkan adalah kemewahan kata-kata
atau cukup ketidaksempurnaan kita?
6. Batas – M. Aan Mansyur
Semua perihal diciptakan sebagai batas
Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain
Hari ini membelah membatasi besok dan kemarin
Besok batas hari ini dan lusa
Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota,
bilik penjara, dan kantor wali kota,
juga rumahku, dan seluruh tempat di mana pernah ada kita
Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta
Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi dipisahkan kata
Begitu pula rindu
Antar pulau dan seorang petualang yang gila
Seperti penjahat dan kebaikan dihalang ruang dan undang-undang
Seorang ayah membelah anak dari ibunya dan sebaliknya
Atau senyummu dinding di antara aku dan ketidakwarasan
Persis segelas kopi tanpa gula pejamkan mimpi dari tidur
Apa kabar hari ini?
Lihat tanda tanya itu
Jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi
7. Akhirnya Kau Hilang – M. Aan Mansyur
Akhirnya kau pergi dan aku akan menemukanmu di mana-mana
Di udara dingin yang menyusup di bawah pintu
Atau di baris-baris puisi lama yang diterjemahkan dari bahasa
Di sepasang mata gelandangan yang menyerupai jendela berbulan-bulan tidak dibersihkan
Atau di balon warna-warni yang melepaskan diri dari tangan seorang bocah
Akhirnya kau pergi dan aku akan menemukanmu di jalan-jalan
Atau bangku-bangku taman yang kosong
Aku menemukanmu di salju yang menutupi kota
Seperti perpustaan sastra
Aku menemukanmu di gerai-gerai kopi, udara, dan aroma makanan yang keluar atau terlalu matang
Aku menemukanmu berbaring di kamarku yang kosong
Saat aku pulang dengan kamera di kepala
berisi orang-orang pulung yang tidak ku kenal
Kau sedang menyimak lagu yang selalu kau putar
Buku cerita yang belum kelar kau baca
Bertumpuk bagai kayu lapuk di dadaku
Tidak sopan kataku mengerjakan hal-hal tapi tetap kesedihan
Akhirnya kau hilang, kau meninggalkan aku
Dan kenangan ini satu-satunya akar getah yang tersisa
Nah, kira-kira seperti itulah rangkuman terkait kumpulan puisi film AADC. Bagaimana, Ma? Romantis banget ya semua puisinya.
Baca juga:
- 5 Puisi Cinta Karya Buya Hamka, Penuh Makna Mendalam
- 7 Puisi Jalaluddin Rumi Cinta dan Harapan, Romantis Banget
- 5 Puisi Cinta Kahlil Gibran yang Menyayat Hati