4 Perbedaan The Architecture of Love Versi Film dan Novel
Hadirnya karakter baru di dalam film mampu menguatkan alur cerita
29 April 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Buku best seller dari Ika Natassa sering kali diadaptasi menjadi film yang begitu menyentuh hati. The Architecture of Love (TAoL) menjadi karya Ika Natassa yang kesekian kalinya untuk diadaptasi menjadi film.
Mengisahkan tentang penulis bernama Raia Risjad yang sedang mengalami writers block dan lari dari getirnya masa lalu. New York menjadi lembaran baru bagi Raia. Ia pun membuka kisah barunya saat bertemu dengan sang arsitek, River Yusuf. Keduanya diketahui sama-sama memiliki trauma di masa lalu.
Kira-kira seperti apa perbedaan antara film dan novel The Architecture of Love? Marilah simak penjelasan dari Popmama.com terkait beberapa perbedaan The Architecture of Love versi film dan novel secara lebih detail.
Yuk, disimak perbedaannya bagi yang penasaran!
1. Hadirnya karakter baru untuk menguat alur cerita di film
Diadaptasi dari novel Ika Natassa, tentu saja ada beberapa perbedaan hasil dari pengembangan naskah dan alur plot isi film The Architecture of Love. Hal itu terlihat bagaimana hadirnya karakter baru di film The Architecture of Love, yaitu Diaz.
Karakter Diaz turut menguatkan cerita dalam film The Architecture of Love. Khususnya saat Diaz terlibat dalam kehidupan barunya Raia di New York.
“Karakter Diaz itu tidak ada di dalam novel. Karakter ini (Diaz) memang di-develop oleh Mas Alim,” ungkap Omar Daniel yang memainkan peran sebagai Diaz di Epicentrum XXI, Kamis (25/4/2024).
Editors' Pick
2. Terdapat pengembangan alur cerita yang di luar novel The Architecture of Love
Beberapa film yang diadaptasi dari karya novel biasanya terdapat pengembangan alur cerita. Hal ini juga dilakukan di film The Architecture of Love yang disampaikan langsung oleh Ika Natasaa. Ia menyampaikan perihal adanya pengembangan plot cerita di dalam film.
“Ada beberapa alur cerita yang di dalam film itu di luar novel. Tapi hal tersebut dilakukan untuk menyampaikan pesan dan emosi yang sesuai porsi tanpa ada yang ditahan-tahan. Dengan begitu, porsi setiap adegannya pas dan tersampaikan,” ungkap Ika Natassa saat berbagi kisahnya tentang film The Architecture of Love.