Benarkah Teman Penting bagi Penderita Gangguan Mental? Ini Kata Ahli
Ahli kesehatan mental ungkap seberapa pentingnya sosok teman bagi penderita gangguan mental
11 Oktober 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Beberapa waktu lalu, publik dihebohkan dengan meninggalnya mahasiswa UGM akibat bunuh diri. Sebelum tewas loncat dari lantai 11 sebuah hotel di Yogyakarta, korban diketahui pernah mencoba hal serupa di gedung kampus.
Kisah ini dituturkan oleh salah satu teman korban melalui akun Twitternya, @friendofxanax. Kala itu, pemilik akun tersebut dihubungi oleh pihak akademik kampus sebagai salah satu teman yang dipercaya oleh korban.
Kehadiran pemilik akun di lokasi berhasil mencegah korban melakukan aksi nekatnya. Berkaca dari kisah tersebut membuat publik menyadari besarnya peranan teman bagi penderita gangguan mental.
Lantas, benarkah peranan teman sangat dibutuhkan oleh penderita gangguan mental? Berikut Popmama.com telah merangkum pendapat ahli terkait dengan hal tersebut.
Simak informasinya di bawah ini ya, Ma!
Editors' Pick
Sosok Teman Diperlukan Penderita Gangguan Mental
Ahli kesehatan mental Dr. Sandersan Onie, Founder Emotional Health for All (EHFA) dan President, Indonesian Association for Suicide Prevention mengungkapkan penderita gangguan mental sangat membutuhkan support group.
Supportgroup bisa berasal dari lingkungan sekitar, salah satunya adalah teman. Menurut aktivis HAM dan penggiat inklusi Dr. Bahrul Fuad, M.A., teman menjadi sosok yang berperan sebagai tempat untuk bercerita bagi penderita gangguan mental.
“Orang dengan gangguan mental sebenarnya butuh teman untuk sharing,” ungkap Bahrul Fuad dalam webinar Jelang Deklarasi Relio-Mental Health Indonesia yang diselenggarakan oleh EHFA, Senin (10/10/2022).
Cara Dukung Penderita Gangguan Mental sebagai Teman
Meski memiliki pemahaman minim, Dr. Sandersan mengungkapkan bahwa orang awam tetap bisa mendukung penderita gangguan mental sebagai teman. Bahkan, Mama juga bisa memberi bantuan kepada teman yang ingin bunuh diri.
"Bagian kita sebagai mental health support bukan sebagai ahli (tetapi) sebagai orang awam adalah kita mendengarkan, men-support, dan kita care dengan cara yang kita tahu,” ungkap Sandersan dalam webinar.
Selain itu, Dr. Sandersan juga melarang untuk ceramahi, mengajari, atau bahkan marah-marahi teman yang sedang terguncang emosionalnya.
Pasalnya, bantuan secara emosional dari sosok teman kepada penderita gangguan mental sangatlah penting.