Waspada! Alami Nyeri saat Berhubungan Intim? Mungkin Itu Dispareunia!

Sering dialami oleh perempuan lho, Ma

6 Oktober 2020

Waspada Alami Nyeri saat Berhubungan Intim Mungkin Itu Dispareunia
Freepik/cookie_studio

Hubungan intim yang seharusnya menjadi kenikmatan bagi pasangan suami istri tapi karena rasa nyeri intens membuat aktivitas biologis itu berubah menyakitkan.

Mama mengalami hal serupa? Merasakan sakit yang berulang ketika berhubungan intim dengan pasangan? Waspada, kondisi ini bisa jadi dispareunia. Dispareunia atau nyeri saat berhubungan intim dapat terjadi sebelum, selama, atau bahkan setelah berhubungan intim dengan pasangan.

Menurut American Academy of Family Physicians (AAFP) memperkirakan 20 persen perempuan   di Amerika mengalami dispareunia, lho!

Penasaran mengapa hal ini bisa terjadi? Simak ulasan dari Popmama.com ini ya, Mama! 

1. Apa yang menyebabkan dispareunia?

1. Apa menyebabkan dispareunia
Freepik/Doucefleur

Menurut artikel dalam “Can Fam Physician” tahun 1985 menjelaskan jika dispareunia dapat terjadi karena beberapa kondisi terutama yang berkaitan dengan sistem reproduksi.

Dilansir Medical News Today penyebab dispareunia sangat beragam mulai dari faktor fisik, faktor psikologis, atau kombinasi keduanya. Lokasi nyeri dapat membantu mengidentifkasi penyebab dispareunia dari segi faktor fisik tertentu.

  • Faktor fisik (nyeri masuk), kemungkinan disebabkan karena vagina kering, vaginismus, cedera genital, peradangan, iritasi, serta gangguan kulit tertentu. Sementara itu, pada kasus yang jarang terjadi kelainan saat lahir digadang-gadang dapat menjadi penyebab dispareunia seperti agenesis vagina (vagina tidak berkembang sepenuhnya) dan selaput dara imperforata (selaput dara menghalangi lubang vagina).
  • Faktor fisik (nyeri di bagian dalam), kemungkinan disebabkan oleh kondisi medis seperti cystitis, interstitial cystitis, endometriosis, fibroid rahim, sindrom iritasi usus besar, penyakit radang panggul, prolaps uteri, dan kista ovarium. Selain itu perawatan medis seperti operasi panggul, histerektomi, dan beberapa perawatan kanker dapat menyumbang terjadinya dispareunia.
  • Faktor psikologis, cenderung melibatkan sisi emosional dan psikologis seperti kecemasan, depresi, takut, dan stres. Menurut sebuah artikel dalam “Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich” tahun 2015 melaporkan bahwa dispareunia terkait dengan kovariat psikopatologi, terutama depresi. Faktor psikologis seperti ini dapat mempengaruhi gairah seksual dan mendorong seseorang mengembangkan vagina kering atau vaginismus. Sedangkan stres dapat memicu pengetatan otot dasar panggul sehingga timbul rasa nyeri ketika berhubungan intim. Riwayat pelecehan seksual juga dapat menyebabkan dispareunia.

2. Rasa nyeri saat berhubungan intim menjadi gejala utama dispareunia

2. Rasa nyeri saat berhubungan intim menjadi gejala utama dispareunia
Freepik

Nyeri akibat dispareunia mungkin dapat terjadi di lubang vagina atau area dalam panggul. Rasa nyeri yang dirasakan biasanya disertai sensasi sakit, terbakar, berdenyut, atau bahkan robek lho, Ma!

Dispareunia dapat terjadi secara lokalisasi atau mungkin juga lebih luas. Terkadang, ketidakpuasan dan ketidaktertarikan dapat terjadi ketika berhubungan intim akibat nyeri yang dirasakan.

Editors' Pick

3. Siapa yang berisiko mengalami dispareunia?

3. Siapa berisiko mengalami dispareunia
Freepik/Racool_studio

Baik wanita atau pria dapat mengalami dispareunia akan tetapi kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita lho, Ma!

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) diperkirakan 75 persen wanita mengalami dispareunia pada suatu waktu dalam kehidupan mereka. Seseorang berisiko tinggi mengalami dispareunia jika:

  • Berada pada tahap pascamenopause;
  • Mengalami inveksi virus atau bakteri;
  • Konsumsi obat-obatan tertentu yang dapat menyebabkan vagina kering.

4. Bagaimana dispareunia didiagnosis?

4. Bagaimana dispareunia didiagnosis
Freepik/Racool_studio

Mengetahui riwayat kesehatan pasien dan melakukan pemeriksaan tertentu dapat dilakukan dokter untuk mengidentifikasi penyebab nyeri. Untuk membantu dokter dalam mendiagnosis dispareunia, Mama bisa menjelaskan lokasi nyeri, intensitas nyeri, dan waktu nyeri yang dialaminya.

Tidak menutup kemungkinan riwayat reproduksi dan pengalaman seksual pasien juga bisa membantu dokter mendiagnosis dispareunia.

Pemeriksaan lain seperti pemeriksaan panggul dapat dilakukan dokter untuk memeriksa tanda-tanda infeksi atau kelainan struktural. Sementara ultrasonografi panggul dapat membantu dokter mengetahui apakah ada kelainan struktural, kista, fibroid rahim, atau endometriosis pada pasien.

Tes lain seperti tes urine, tes alergi, tes kultur, dan konseling juga mungkin akan dilakukan oleh pihak profesional dalam mendiagnosis dispareunia.

5. Perawatan dilakukan untuk meringankan penyebab yang mendasari dispareunia

5. Perawatan dilakukan meringankan penyebab mendasari dispareunia
Pexels/Jonathan Borba

Pilihan untuk perawatan dispareunia yang paling umum yakni konseling dan opsi pengobatan. Jika Mama mengalami dispareunia akibat peristiwa traumatis, pelecehan seksual, atau masalah emosional maka konseling dapat dipilih untuk membantu meringankan penyebab dari faktor yang mendasari.

Sementara itu, pasangan suami istri juga bisa memilih konseling sebagai alternatif untuk mengatasi masalah emosional dari hubungan intim yang menyakitkan atau masalah komunikasi.

Opsi pengobatan seperti penggunaan obat topikal dan konsumsi obat (ospemifene) mungkin akan direkomendasikan dokter. Perawatan lainnya yaitu terapi desensitisasi atau terapi seksual juga bisa disarankan oleh dokter.

6. Menerapkan gaya hidup sehat untuk meminimalkan dispareunia

6. Menerapkan gaya hidup sehat meminimalkan dispareunia
Freepik/lookstudio

Mungkin kita sudah familier dengan pernyataan “lebih baik mencegah daripada mengobati”, bukan? Menghalau terjadinya nyeri saat berhubungan intim tentu dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup sehat khususnya dari segi perilaku seksual.

Nyeri yang dirasakan saat berhubungan intim dapat diminimalkan dengan penggunaan pelumas berbahan dasar air, pemanasan lebih lama untuk mendorong sekresi pelumas alami tubuh, pemilihan posisi seksual yang nyaman, dan menjaga komunikasi dengan pasangan.

Selain itu yang tidak kalah penting adalah menjaga kesehatan reproduksi dengan salah satunya melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Ada baiknya setelah melahirkan menunggu setidaknya 6 minggu sebelum melakukan hubungan intim.

Jika Mama mengalami rasa nyeri saat berhubungan intim dengan pasangan yang intens jangan ragu untuk bertandang ke dokter ya, Mama.

Konsultasikan rasa nyeri itu agar diagnosis dini dapat segera dilakukan. Opsi perawatan yang tepat juga akan direkomendasikan dokter untuk meredakan nyeri dispareunia.

Baca juga:

The Latest