Setiap orang memulai kehidupannya sebagai janin, lalu dilahirkan sebagai bayi, bertumbuh menjadi anak, lalu berkembang dan menjadi seorang remaja. Setelah melewati banyak tahapan kehidupan, seorang manusia menjadi makhluk dewasa dan mulai bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Sebelum bisa mencapai posisi sebagai orang dewasa, kita hanyalah seorang anak. Seorang anak yang butuh bimbingan, pengawasan, dan pengajaran.
Semula kita tidak mengetahui mana yang baik dan buruk, tidak memahami apa yang kita inginkan atau kita butuhkan.
Selama proses tumbuh kembang dan pencarian jati diri, ada seseorang yang selalu mendampingi kita. Ada sosok yang berjuang untuk kita dan mengiklaskan dirinya untuk memberikan kasih sayangnya pada kita, dia adalah ibu, dia adalah mama, dia adalah orang yang berjuang saat melahirkan kita.
Dengan kasihnya kita tumbuh sebagai manusia yang utuh. Untuk itu setiap tahunnya kita merayakan Hari Ibu Nasional pada tanggal 22 Desember.
Banyak orang merayakan momen ini dengan tujuan menjadikannya simbol atas penghargaan untuk perjuangan seorang ibu. Ibu yang selalu mengasihi kita dengan segala kondisi dan tantangannya.
Bicara tentang perjuangan seorang ibu, Popmama.com telah memilih Agatha Suci menjadi Millennial Mama of the Month edisi Desember 2021, karena kasih sayang yang super kaya pada kedua buah hatinya, ia bisa menjadi sosok inspiratif bagi banyak orangtua lainnya.
Simak eksklusif interview Popmama.com bersama Agatha Suci berikut ini, ketahui apa kisah inspiratif dari perjalanan hidupnya dalam mengasuh kedua anak dengan kondisi khusus berikut ini!
1. Bagaimana cara Agatha Suci mendidik anak-anaknya
Instagram.com/agatha_suci
Setiap orangtua tentu menginginkan anaknya tumbuh dengan baik. Begitu pula dengan Agatha Suci.
Ada nilai-nilai kehidupan yang ingin ia ajarkan kepada anak-anaknya sejak dini. Apakah itu?
"Saya cuma mau anak saya punya akhlak yang baik, bisa punya sopan santu, apalagi terhadap orangtua, bisa punya tata krama yang baik saat memperlakukan orang di sekitarnya, dan mengetahui cara memposisikan diri,” itulah hal penting yang perlu diajarkan pada anak menurut Agatha Suci.
Menurutnya anak-anak belum tentu bisa mendengarkan orangtuanya dengan mudah lalu kemudian menurut. Menurutnya anak-anak tidak mendengarkan orangtua tapi mereka mencontoh.
“Sebenarnya bukan saya yang mengajarkan anak-anak, tetapi justru anak-anak yang mengajarkan saya bagaimana menjadi orangtua yang baik, bagaimana menjadi seorang mama yang sesungguhnya."
Sejak kecil, alaminya anak-anak meniru perbuatan atau apapun hal yang dilihatnya. Mereka merekam hal tersebut dan kadang menirunya bahkan menduplikasikannya dengan baik.
Suci pun setuju, "Ternyata anak-anak itu meniru, misal anak-anak saya itu nggak emosian dan nggak tantrum. Oh, ternyata saya juga begitu, saya bukang tipe orang yang emosian, saya bukan tipe orang yang marah teriak-teriak dan panik. Jadi sangat tenang."
Setelah ia perhatikan, anaknya pun meniru dirinya. Kahlia Adinda (10) anak pertamanya, dengan Arsa Nuraga (9) sang adik yang lebih aktif memang sangat berbeda. Kini Arsa semakin bersar dan sudah mulai bisa iseng dengan orang-orang di sekitarnya.
"Jadi nilai-nilai yang ingin saya tanamkan adalah anak-anak bisa memposisikan dirinya, tahu cara menggali potensi dirinya, tahu apa yang mereka mau dan mereka sukai, dan selalu berusaha berbuat baik karena manusia hanya bisa berusaha berbuat baik dan punya keberanian untuk menghadapi kehidupan di dunia."
Editors' Pick
2. Pentingnya memperkenalkan peraturan pada anak sejak dini
Instagram.com/agatha_suci
"Saya bukan tipe yang emotional dan meledak-ledak, jadi sekirannya saya marah ya jadi semakin diam orangnya. If i can not handle something, i just stay still and silent. Anak saya pun sepertinya bisa membaca itu," ungkap Agatha Suci.
Lalu bagaimana cara dirinya menegur si Kecil, sementara kedua anaknya mengalami autistik dengan kondisi yang berbeda. Tentu perlu pengertian lebih dalam mengasuh anak berkebutuhan khusus.
"Misal, kalau aku bilang, "Arsa nggak boleh begitu” dengan nada bicara mulai meninggi. Arsa itu memang levelnya berbeda dengan Kahlia. Ibarat kalau pulang kerja mau istirahat tenang, nggak akan bisa. Arsa juga nempelnya sama saya seperti perangko. Dia nggak bisa diam, sangat aktif seperti mati dan menyalakan lampu berulang kali, atau kalau lagi kerja dia teriak-teriak."
Jadi kalau marah atau menegur anak seperti apa yang selama ini Suci lakukan?
“Saya hanya bilang pada Arsa, terserah kamu mau apa, tapi jangan manggil mama. Kadang kalau dia mulai panggil-panggil mamanya, saya sebenarnya mau tertawa ya. Secara emotinal bukan berarti saya marah ke anak ya, saya melakukan ini bermaksud mengajarkan anak kalau mamanya bisa marah."
Ada cara-cara yang memang perlu orangtua terapkan agar anak menyadari suatu hal kemudian mengajarkannya untuk menjadi anak yang penurut. Untuk itu penting memperkenalkan peraturan pada anak sejak usia mereka masih kecil.
"Menurut saya, sebelum anak-anak bisa memutuskan sesuatu untuk hidupnya akan selalu ada peran orangtua untuk hal itu. Ketika anak-anak masih kecil mungkin mereka belum bisa memutuskan sesuatu dengan pilihan yang terbaik. Sebagai mama kita tahulah tingkat kedewasaan anak sampai mana. Menurut saya sebelum mereka berusia 12 tahun yang ada adalah it's my rule only, no our rule. Jadi penting untuk mengajarkan anak-anak sejak dini."
3. Soal mengajarkan sesuatu kepada anak, siapa inspirasi parenting dalam hidup Agatha Suci?
Instagram.com/agatha_suci
"Saya nggak tahu keluarga lain, tapi yang saya tahu mama saya itu sangat pintar dan saya banyak belajar tentang kehidupan dari mama saya."
Ada kisah menarik di balik kehidupan seorang Agatha Suci. Ia mengaku sangat takut pada sang Mama saat dirinya masih kecil. Kenapa?
"Dulu waktu kecil mama saya galaknya banget, kalau mau minta sesuatu itu takutnya luar biasa. Apalagi kalau dapat nilai ujian nggak bagus. Tapi untungnya aku sangat pintar di sekolah, selalu dapat ranking kelas.”
Hal yang lumrah terjadi pada Suci, “Tapi saat nilai saya bagus di sekolah, ekspektasi mama juga jadi tinggi. Biasanya pas dapat nilai jelek, aduh mau pulang tuh rasanya takut banget. Saya bingung jadinya mau pulang atau tidak, sampai bertanya-tanya pulang nggak ya, dalam hati."
Tapi itu tidak selamanya, begitu mulai remaja ternyata sang Mama memperlakukan Suci berbeda.
"Lucunya pas anaknya mulai dewasa dan bisa diajak bicara, mama saya jadi sangat lembut. Ada perubahan besar. Sepertinya mama mulai beradaptasi. Sekarang usia mama 60, buat saya untuk orang seumuran segitu, mama saya memiliki cara berpikir yang sangat modern."
Cara pola pikirnya maju dan Suci mengakui, “Mama saya sangat dekat dengan anak-anaknya, ia sangat dekat dengan saya dan adik saya. Saya dan adik saya sangat berbeda, tapi belajar dari mama oh ternyata kita harus belajar saling mengerti. Paham pemikiran dari sisi sini, paham juga pemikiran dari sisi orang lain. Sadar bahwa nggak semua hal itu datangnya dari pemikiran kita saja. Jadi yang menurut kita baik, belum tentu begitu menurut orang lain."
Sang Mama memang mengajarkan banyak toleransi, dan ini menjadi bekal positif untuk seorang Agtha Suci.
4. Berangkat dari kondisi kurang mampu hingga menjadi selebriti sukses
Instagram.com/hendyhuang.official
Wardrobe Agatha Suci by Handy Huang Official
Agatha Suci juga menceritakan kondisinya dahulu saat menjadi anak, dan kondisinya sekarang setelah dewasa lalu berkeluarga dan memiliki anak.
Bagaimana kisahnya ketika Agatha Suci masih di usia anak-anak?
"Kami dulu hidup miskin sekali. Ia bisa menyediakan makanan yang anaknya nggak suka. Pernah mama saya menyuguhkan buah pepaya, adik saya sudah bilang nggak suka tetap disuruh makan. Mama saya cuma bilang sekarang uang mama cuma cukup untuk beli pepaya, nanti kalau kamu punya uang sendiri terserah mau beli apa."
Kira-kira menurut Suci, mengapa sang Mama memperlakukan anak-anaknya seperti itu?
"Jadi mama saya mengajarkan anak-anaknya untuk siap hidup di segala keadaan. Kalau saya bisa bilang dulu kami memang hidup miskin, bayar uang sekolah juga suka mundur-mundur. Tinggal di rumah gang sempit dan rumahnya petakan gitu. Jadi mama saya mengajarkan pada anak-anaknya bahwa hidup itu indah, makanlah yang ada dan hidup bersyukur."
Bagaimana Agatha Suci menilain cara parenting sang Mama?
"Mama saya itu hebat banget, meski keadaan seperti itu tidak pernah mengeluh tentang hidup, “Kok hidup kita susah banget ya.” Jadi kondisinya papa saya kerja di luar kota saat itu, pulang ke rumah paling seminggu sekali. Pernah juga papa saya nggak kerja."
Dalam keadaan apapun sepengetahuannya, sang Mama tidak pernah mengeluh, ia hanya bersyukur atas kehidupan yang dijalani. Kemudian inilah nilai penting yang Suci pelajari dari sang Mama.
"Pernah ada suatu saat papa saya lagi nganggur karena dipecat dari sebuah kerjaan, tapi mamaku setiap hari suruh papa keluar naik motornya pergi. Biar kalau anak-anak tanya taunya papa keluar jadi nggak bingung jawab apa. Jadi papa di mata anak-anak terlihat bagus, taunya papanya kerja. Jadi papa mungkin nongrong di mana, duduk di situ samapi agak sore baru pulang ke rumah."
Suci menyadari melalui kehidupannya saat itu, sang Mama mengajarkannya untuk bisa bersyukur atas segala kondisi.
"Itulah kehidupan bersama orangtua saya yang mengajarkan saya hidup penuh rasa syukur sepanjang waktu. Mama mengajarkan anak-anaknya bertahan dan mengatasi segala bentuk situasi yang ada dan bisa tahu bagaimana cara memposisikan diri."
Apa ada cara Suci yang mengikuti cara mendidik anak dari sang Mama? Apakah ada hal yang diterapkan ke Kahila dan Arsa saat ini?
"Jaman sekarang anak-anak lumayan dimanja ya. Mungkin sekarang status ekonomi kami meningkat, anak-anak juga mengenalnya di status ekonomi bukan seperti yang saya alami dulu yang memang nggak punya pilihan."
Dengan kondisi ekonomi yang sudah baik, Suci mengaku sebenarnya bisa saja memberikan makanan yang anak-anaknya suka, tapi ia tidak selalu melakukan itu.
"Saya tidak mau selalu melakukan hal itu, memberikan makanan yang mereka sukai karena saya mau anak-anak tahu bahwa semua bisa dimakan. Apa yang ada di meja makan itu sudah saya pikirkan gizinya dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak."
Suci juga membagikan salah satu kisah yang ia alami bersama anak sulungnya, itu merupakan pembelajaran penting bagi sang Anak.
"Pernah kejadian sama Kahlia, saat 1,5 tahun makan duduk di high chair karena maunya sambil main dan dikejar-kejar dan dia nggak mau naik ke situ yaudah nggak aku kasih makan. Jadi saya minta mereka tunggu sampai makan malam. Dari situ mereka nggak pernah mengulangi itu lagi."
Apa yang ingin Suci ajarkan ke si Kecil saat itu?
"Saya nggak mau anak saya makan pilih-pilih, pare, pete semua mereka makan. makanan itali, Indonesia, jepang, semua dimakan."
5. Tips untuk para orangtua yang memiliki kisah serupa, membesarkan anak berkebutuhan khusus dan tetap melimpahkan kasih sayang
Instagram.com/agatha_suci
Suci menjelaskan bahwa kondisi yang dialami bukanlah hal yang mudah ditebak. Kondisi anak berkebutuhan khusus hanya bisa diketahui setelah si Kecil terlahir ke dunia.
"Anak berkebutuhan khusus itu tidak bisa diketahui sejak hamil, yang bisa diketahui sejak masa kahamilan hanya anak dengan kondisi down syndrom atau kondisi gangguan tertentu. Tapi kalau anak disorder itu tidak ketahuan. Jadi saat kehamilan anak saya tidak ada masalah, baru ketahuan saat masa tumbuh kembang."
Sebagai orangtua yang sudah menjalani kehidupan berasama si Kecil dengan kondisi khusus, apa yang ingin Agatha Suci ungkapkan kepada mama lainnya?
"Untuk semua orangtua yang sama seperti saya, memiliki anak berkebutuhan khusus jangan memungkiri itu. Tuhan tahu kalau kalian bisa sebenarnya menghadapi ini. Jadi menerima saja. kedengarannya gampang tapi melakukannya susah. Saya sudah melewati ini. lewati tahapan menyalahkan diri sendiri atau terus mempertanyakan mengapa ini terjadi. Setop lakukan itu! Tapi jika menemukan kejanggalan pada anak, terima itu dan temui ahlinya," ungkap Suci.
"Sebagai seorang mama, semua serba online bisa kita menghadapi informasinya dengan baik. Tapi yang pertama harus menerima. Kamu bisa terima diri kamu apa adanya. Menerima kondisi anak-anak, suami dan semuanya. Kesempurnaan hanya milik Tuhan. Jangan takut hadapi dan mengakui ini, temukan expert yang tepat dan dapatkan penanganan yang terbaik untuk anak-anak."
Perjuangan seorang Agatha Suci tentunya tidak belaku karena ia menjalaninya sendirinya. Dirinya memiliki support system yang solid! Ia mengakui bahwa hidup bersama dengan suami selama pandemi Covid 19 tidak menjadi masalah baginya. Ia menjalani semua tantangan dengan baik, karena baginya semua masalah ada jalan keluarnya.
Akhir kata Agatha Suci mengingatkan, "Saya juga berjuang untuk menemukan penanganan yang terbaik untuk anak-anak, itu karena sebagai orangtua saya merasa perlu melakukan itu."