Saat Mama baru melewati masa persalinan, tentu waktu Mama akan terkuras. Terutama di 3 bulan pertama. Bayi yang baru lahir kadang ada yang jam tidurnya pendek, sering menyusu, sering menangis dan perlu pengawasan ekstra untuk mengecek popoknya.
Tidak semua orangtua bisa kompak dalam melewati proses ini. Kadang ada juga lho, suami yang merasa sulit beradaptasi dengan keadaan ini.
Bukan hanya Mama saja yang bisa merasa bosan dan sedih dengan rutinitas baru ini, tapi Si Papa juga bisa mengalami sedih dan mood swing karena hal ini.
Bagi orangtua baru, mungkin ini menjadi pengalaman yang belum pernah kamu rasakan. Tapi nggak perlu takut, ini wajar kok.
Belum lagi nanti setelah anak sudah mulai sekolah, Mama terus-menerus mendampingi Si Kecil. Saat anak sudah mulai pra remaja, mereka semakin ingin tahu apa saja yang Mamanya lakukan. Alhasil anak selalu menjadi "buntut" untuk Mamanya, mengikuti kemanapun Mamanya pergi.
Nah, pernah nggak Mama mengalami kalau suami cemburu pada anak karena kedekatan Mama dan Si Kecil yang sangat luar biasa lengket.
Kalau mengalami hal tersebut, jangan kesal dulu Ma. Yuk simak beberapa hal berikut yang perlu Mama ketahui:
1. Suami perlu dilibatkan, bukan dianggap bikin repot
Unsplash/neonbrand
Biasanya Mama merawat Si Kecil serba sendiri, maunya serba cepat jadi merasa tidak perlu Si Papa terlibat. Kalau ada suami, Mama sering berpikir itu hanya bikin susah atau bikin repot saja.
Ubah pola pikirnya yuk Ma, justru melibatkan suami saat merawat Si Kecil bisa membangun keterikatan satu sama lain di dalam keluarga. Bukan hanya Mama, Si Papa juga memerlukan ini.
Editors' Pick
2. Gunakan waktu dengan baik bersama suami saat Si Kecil tidur
Unsplash/neonbrand
Bisa tidur nyenyak adalah hal berharga bagi seorang Mama. Terkadang saat Si Kecil tidur, Mama ingin cepat-cepat ikut tidur juga.
"Mumpung bisa tidur enak, tidur ah," begitu ucap Mama dalam hati. Betul nggak Ma?
Padahal waktu Si Kecil tidur, sesekali Mama bisa manfaatkan ini sebagai waktu ngobrol dengan suami. Ceritakan kegiatan kamu selama seharian tadi. Tanya juga kepada suami, bagaimana ia melewati hari-harinya.
3. Mama sudah pintar membagi waktu belum?
Unsplash/John-Mark Smith
Saat menjadi seorang istri dan memiliki seorang anak, itu tandanya Mama memiliki 5 fokus. Apa itu 5 fokus?
Ini merupakan bagian yang menjadi sorotan dalam hidup kamu. Apa sajakah itu? Yang perlu kamu perhatikan adalah suami, anak, diri kamu sendiri, orangtua kamu, dan mertua.
Kamu harus pintar dalam membagi waktu untuk kelima fokus tadi. Tidak bisa kalau hanya fokus pada anak dan dirimu saja, dan yang lain terabaikan. Semua harus tetap mendapat perhatian, hanya porsinya saja yang perlu diatur.
Tentu yang menjadi prioritas adalah anak dan suami. Tapi jangan sampai lupa memanjakan diri kamu sendiri juga ya, Ma.
4. Luangkan waktu untuk ngobrol dengan suami
Unsplash/Kelly Sikkema
Setelah melihat suami uring-uringan setiap Mama lagi mengasuh Si Kecil, jangan diam saja. Mama perlu bicara dengan Si Papa.
Apa yang membuatnya merasa tidak nyaman, Mama perlu menanyakan itu. Apa yang diharapkan oleh suami, Mama juga perlu mengetahui ini.
Misalkan Mama bisa menyiapkan bekal sekolah anak sampai bentuknya lucu dan menarik, tapi Mama tidak sempat menyiapkan sarapan suami. Sekali, dua kali Mama pernah buat sarapan untuk suami, tapi tidak dimakan. Lalu Mama memiliki kesimpulan, suami tidak ingin dibuatkan sarapan. Kemudian suami merasa kesal, kenapa tidak pernah lagi disiapkan sarapan dan kopi di pagi hari sebelum ia berangkat kerja. Padahal sesekali sarapan tidak dimakan oleh suami karena ada alasan tertentu.
Salah paham kecil seperti ini, bisa sering terjadi. Maka rajinlah untuk diskusikan ke suami. Apa yang membuatnya nyaman dan tidak, inilah yang perlu Mama perhatikan.
5. Jangan dengar kata orang
Unsplash/Sharon McCutcheon
Bagi pasangan suami istri yang ikut tinggal bersama di rumah mertua dan masih tinggal seatap dengan kakak ipar atau anggota keluarga lainnya, jangan mudah percaya apa kata orang ya.
Biasanya saat suami mulai moody karena Mama memerhatikan Si Kecil terus, ia akan mencari teman ngobrol.
Kalau ada anggota keluarga yang menjadi teman ngobrol suami, menceritakan sesuatu ke Mama mengenai hal negatif seperti keluh kesah suami maka sebaiknya jangan dengar kata orang.
Mama boleh menyimak yang orang lain ceritakan, tapi jangan mudah percaya. Bila perlu, kamu tanyakan ke pasangan kamu. Apakah laporan yang kamu dengar dari orang lain itu benar.
Jika suami bilang benar, percaya pada ucapannya. Tanyakan bagaimana cara untuk memperbaikinya. Jika suami bilang tidak benar, percaya pada jawabannya.
Teruslah berusaha membuat semua orang merasa nyaman, dengan begitu hubungan Mama dan keluarga tetap berjalan harmonis.