Harus Dihindari, Ini 5 Bentuk Pemerkosaan dalam Pernikahan
Yuk Ma, kenali untuk sama-sama menghindari terjadinya pemerkosaan dalam sebuah pernikahan!
21 Juni 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Membina sebuah rumah tangga memang menjadi sebuah kewajiban pasangan suami dan istri. Hal tersebut pun perlu menekankan pola komunikasi yang sehat dan setara.
Jika tidak, maka akan berimbas pada hal yang tidak diinginkan, seperti pemerkosaan dalam pernikahan yang melibatkan pemaksaan dan kekerasan.
Perlu diingat bahwa berhubungan seks merupakan ekspresi cinta pasangan suami istri. Jadi jangan pernah melakukan pemaksaan karena jsutru akan berimbas pada pemerkosaan, walaupun dilakukan oleh pasangan suami istri yang sudah sah.
Untuk mengetahui bentuk-bentuk pemerkosaan dalam pernikahan, diharapkan Mama dan Papa lebih adil serta bijak dalam berindak, bahkan berusaha untuk menerapkan konsep keluarga bahagia yang saling menghargai.
Popmama.com telah merangkum beberapa contoh pemerkosaan dalam pernikahan yang bisa kita hindari. Yuk, disimak untuk mendapatkan pengetahuan baru!
1. Berhubungan seks secara terpaksa
Melakukan seks dengan pasangan secara sama-sama mau dan atas persetujuan bersama menjadi langkah baik, ketimbang melakukan sebuah pemaksaan.
Terkadang kita kurang mengetahui bahkan tidak sadar bahwa memaksa berhubungan seks merupakan hal yang wajar, apalagi ada embel-embel sudah menjadi pasangan suami istri yang sah.
Padahal itu keliru lho, Ma! Jika seorang suami atau istri melakukan dorongan ke arah pemaksaan dalam berhubungan seks, maka perlu dihentikan dari sekarang agar tidak menjadi sebuah kebiasaan.
Apalagi jika sampai memaksa dan berusaha menyakiti pasangannya dengan pemukulan, bahkan sampai tak bernyawa. Kondisi tersebut tentu sudah masuk dalam kategori pemerkosaan.
Apalagi saat ini RKUHP mengancam pelakunya yang berbuat seperti di atas akan dipenjara selama 12 tahun.
Editors' Pick
2. Berhubungan seks saat merasa sedang terancam
Hal yang satu ini juga rentan dilakukan. Terkadang korban juga dihadapkan pada situasi yang terancam, sehingga membuatnya terpaksa harus berhubungan seks.
“Jika tidak mau berhubungan seks, uang bulanan akan dikurangi."
Kalimat tersebut bisa menjadi salah satu bentuk ancaman. Ancaman di sini bisa berbentuk verbal dan non-verbal, sehingga tergantung pada situasinya.
Bisa juga pelaku meluapkan emosi dengan cara memukul atau emosi berlebih lainnya jika terjadi penolakan. Perlu dipahami bahwa ini bisa jadi termasuk bentuk pemerkosaan dalam pernikahan.
Biasanya, kasus seperti ini memposisikan korban mengikuti keinginan si pelaku pemerkosa daripada mengambil risiko karena merasa terancam. Baik akan disakiti secara fisik atau emosional.