Pemerkosaan dalam Sebuah Pernikahan, Memang Ada?
Jangan sampai ini terjadi di kehidupan rumah tangga ya, Ma!
17 Juni 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mungkin sebagian pasangan suami istri masih asing dengan istilah “marital rape” atau pemerkosaan dalam pernikahan.
Hal ini jelas ada dan nyata di kehidupan berumah tangga lho, Ma. Untuk lebih jelasnya, sebenarnya apa itu marital rape?
Marital rape adalah pemerkosaan dalam pernikahan, di mana salah satu pihak baik itu suami atau istri melakukan pemaksaan saat ingin berhubungan seks. Ini artinya sesi bercinta terjadi tanpa persetujuan dari salah satu pihak. Bentuk-bentuk pemerkosaan dalam sebuah pernikahan pun cukup beragam, termasuk berhubungan seks saat merasa terancam atau dikarenakan tidak ada pilihan lain, sehingga merasa terpaksa.
Sebagian mungkin akan ragu dengan hal tersebut, namun setelah berumah tangga dan memutuskan menikah, perlu diingat bahwa tidak semua keinginan pasangan perlu diikuti. Ini termasuk berhubungan seks secara paksa, apalagi tanpa persetujuan.
Setiap orang, baik suami atau istri memiliki hak atas dirinya sendiri serta tubuhnya sendiri. Jika Mama ingin mengetahui informasi lebih banyak mengenai marital rape, kali ini Popmama.com telah merangkumnya.
Editors' Pick
1. Cerita para korban marital rape
Seperti dllansir dari Psych Central, banyak korban yang mengalami hal tidak mengenakan di dalam pernikahannya. Nama dari korban sudah diubah dan bukan nama sebenarnya.
Berikut beberapa cerita dari para korban marital rape, di antaranya:
"Sering mengalami konflik dengan suami selama bertahun-tahun. Suaminya ngotot melakukan morning sex, sehingga membuat Anna akan telat berangkat kerja. Pada akhirnya Anna terpaksa melakukan hal tersebut.” - Anna (40 tahun)
“Ia merasa kesal kepada suaminya yang berhubungan seks dengannya saat dia tidur. Tara menyukai aktivitas seks, namun tidak suka melakukannya ketika tidur dan terbangun saat suaminya sedang penetrasi. Tara merasa dilanggar.” - Tara (30 tahun dan baru menikah)
“Dia tidak menikmati hubungan seksual dengan suaminya, karena selalu tiba-tiba tanpa kompromi soal tempat dan waktu. Suaminya sering menolak Karen ketika ia menginginkan untuk berhubungan seks. Namun, sebaliknya. Suaminya akan marah jika Karen menolak hubungan seksual dengannya. Karen pada akhirnya menyerah dan mengikuti keinginan suaminya ketimbang bertengkar karena persoalan tersebut." - Karen (30 tahun)
2. Berhubungan seks secara paksa termasuk tindakan pemerkosaan
Jika sudah membaca kasus di atas tadi, pemerkosaan menjadi sebuah kata untuk tindakan seks yang dilakukan secara paksa. Itu terjadi saat istri tidak memiliki kesempatan untuk memberikan persetujuan secara bebas, apalagi saat ia memang tak ingin berhubungan seks.
Seperti contoh kasus Anna, ia tidak dihargai oleh pasangannya. Suaminya sendiri berusaha menuntut berhubungan seks, meskipun faktanya itu tidak akan nyaman dan tidak disambut baik.
Lain halnya dengan Tara ketika sedang tertidur, akhirnya sadar dan terbangun ketika melihat suaminya sedang melakukan penetrasi.
Terbangun dari tidur nyenyak hingga menemukan penis suaminya sudah penetrasi terasa menyedihkan. Hal itulah yang membuat Tara menjadi tidak nyaman.
Terakhir, Karen merasa lebih baik terpaksa melakukan apa yang diinginkan suaminya ketimbang harus bertengkar.