Pemerkosaan dalam Sebuah Pernikahan, Memang Ada?

Jangan sampai ini terjadi di kehidupan rumah tangga ya, Ma!

17 Juni 2021

Pemerkosaan dalam Sebuah Pernikahan, Memang Ada
Pexels/Alex Green

Mungkin sebagian pasangan suami istri masih asing dengan istilah “marital rapeatau pemerkosaan dalam pernikahan.

Hal ini jelas ada dan nyata di kehidupan berumah tangga lho, Ma. Untuk lebih jelasnya, sebenarnya apa itu marital rape?

Marital rape adalah pemerkosaan dalam pernikahan, di mana salah satu pihak baik itu suami atau istri melakukan pemaksaan saat ingin berhubungan seks. Ini artinya sesi bercinta terjadi tanpa persetujuan dari salah satu pihak. Bentuk-bentuk pemerkosaan dalam sebuah pernikahan pun cukup beragam, termasuk berhubungan seks saat merasa terancam atau dikarenakan tidak ada pilihan lain, sehingga merasa terpaksa. 

Sebagian mungkin akan ragu dengan hal tersebut, namun setelah berumah tangga dan memutuskan menikah, perlu diingat bahwa tidak semua keinginan pasangan perlu diikuti. Ini termasuk berhubungan seks secara paksa, apalagi tanpa persetujuan.

Setiap orang, baik suami atau istri memiliki hak atas dirinya sendiri serta tubuhnya sendiri. Jika Mama ingin mengetahui informasi lebih banyak mengenai marital rape, kali ini Popmama.com telah merangkumnya. 

Editors' Pick

1. Cerita para korban marital rape

1. Cerita para korban marital rape
Unsplash/Melanie Wasser

Seperti dllansir dari Psych Central, banyak korban yang mengalami hal tidak mengenakan di dalam pernikahannya. Nama dari korban sudah diubah dan bukan nama sebenarnya.

Berikut beberapa cerita dari para korban marital rape, di antaranya: 

"Sering mengalami konflik dengan suami selama bertahun-tahun. Suaminya ngotot melakukan morning sex, sehingga membuat Anna akan telat berangkat kerja. Pada akhirnya Anna terpaksa melakukan hal tersebut.” - Anna (40 tahun)

“Ia merasa kesal kepada suaminya yang berhubungan seks dengannya saat dia tidur. Tara menyukai aktivitas seks, namun tidak suka melakukannya ketika tidur dan terbangun saat suaminya sedang penetrasi. Tara merasa dilanggar.” - Tara (30 tahun dan baru menikah)

“Dia tidak menikmati hubungan seksual dengan suaminya, karena selalu tiba-tiba tanpa kompromi soal tempat dan waktu. Suaminya sering menolak Karen ketika ia menginginkan untuk berhubungan seks. Namun, sebaliknya. Suaminya akan marah jika Karen menolak hubungan seksual dengannya. Karen pada akhirnya menyerah dan mengikuti keinginan suaminya ketimbang bertengkar karena persoalan tersebut." - Karen (30 tahun)

2. Berhubungan seks secara paksa termasuk tindakan pemerkosaan

2. Berhubungan seks secara paksa termasuk tindakan pemerkosaan
Unsplash/Anthony Tran

Jika sudah membaca kasus di atas tadi, pemerkosaan menjadi sebuah kata untuk tindakan seks yang dilakukan secara paksa. Itu terjadi saat istri tidak memiliki kesempatan untuk memberikan persetujuan secara bebas, apalagi saat ia memang tak ingin berhubungan seks.

Seperti contoh kasus Anna, ia tidak dihargai oleh pasangannya. Suaminya sendiri berusaha menuntut berhubungan seks, meskipun faktanya itu tidak akan nyaman dan tidak disambut baik.

Lain halnya dengan Tara ketika sedang tertidur, akhirnya sadar dan terbangun ketika melihat suaminya sedang melakukan penetrasi.

Terbangun dari tidur nyenyak hingga menemukan penis suaminya sudah penetrasi terasa menyedihkan. Hal itulah yang membuat Tara menjadi tidak nyaman. 

Terakhir, Karen merasa lebih baik terpaksa melakukan apa yang diinginkan suaminya ketimbang harus bertengkar. 

3. Bentuk-bentuk pemerkosaan dalam pernikahan

3. Bentuk-bentuk pemerkosaan dalam pernikahan
Pixabay/DimStock

Melakukan seks dengan pasangan yang sama-sama mau dan setuju jauh lebih baik, ketimbang seks yang memaksa atau bahkan membuat salah satu pihak merasa terancam.

Perlu diingat bahwa berhubungan seks bagi pasangan suami istri merupakan ekspresi cinta, apalagi jika ditunjukkan untuk membina hubungan yang lebih intim.

Belum lagi dengan komunikasi yang intens keduanya akan mengarahkan ke jalan yang lembut dan penuh persetujuan.

Perlu diketahui, berikut merupakan bentuk-bentuk dari marital rape dan harus dihindari oleh pasangan suami istri antara lain:

  • Berhubungan seks secara paksa

Jika seorang suami atau istri melakukan penahanan, mendorongnya secara paksa, memaksa berhubungan seks dengan menyakitinya, maka itu merupakan tindak pemerkosaan.

  • Berhubungan seks saat merasa terancam

Jika mengalami pemaksaan seks melalui ancaman verbal yang melukai bahkan meluapkan emosi berlebih jika menolak, maka perlu hati-hati ya. Biasanya kasus seperti ini berimbas pada mengikuti keinginan daripada mengambil risiko karena merasa terancam, baik disakiti fisik atau emosional.

  • Berhubungan seks dengan manipulasi

Jika seorang suami atau istri menuduh pasangannya bukan seseorang yang baik, memerasnya atau mengatakan bahwa dia sangat buruk di ranjang sehingga ia akan pergi ke tempat lain, maka itu jelas-jelas memanipulasi.

Mungkin beberapa akan melakukan pengancaman, pergi membawa anak-anak jika tidak menuruti permintaan berhubungan seksnya. Itu jelas-jelas termasuk perkosaan.

  • Berhubungan seks ketika tidak memberikan persetujuan bersama pasangan

Melakukan seks jelas harus berlandaskan suka sama suka. Jika seorang istri misalnya dibius, tertidur, mabuk atau tidak sadarkan diri, jelas tidak dapat memberikan persetujuan.

  • Berhubungan seks dengan cara menyandera

Mungkin beberapa pasangan ada yang memposisikan menjadi superior dengan mengendalikan semua uang, membatasi berteman, bertemu keluarga atau keluar rumah.

Tak ayal akan menjadi sandera di rumahnya sendiri. Hal terburuk yang akan terjadi, dia akan menyerah dengan apa yang diinginkan si superior tersebut. Termasuk berhubungan seks secara paksa.

  • Berhubungan seks saat tidak punya pilihan lain

Menyerah tidak sama dengan memberikan persetujuan, jadi ketika seseorang merasa bahwa lebih mudah menyerah pada aktivitas seks yang dia tidak suka. Itu berarti bukan menghormati kebutuhannya, itu pemerkosaan.

Nah, sekarang Mama mungkin sudah mengetahui lebih banyak terkait marital rape. Usahakan menjadi pasangan yang suportif, tidak memaksa dan menghormati apa keputusan pasangan termasuk perihal kehidupan seks di atas ranjang.

Munculnya pemerkosaan dalam pernikahan karena salah satunya tidak menjalankan komunikasi dengan baik, sehingga memaksa dan melakukan segala cara agar nafsu seksualnya terpuaskan.

Semoga ini bisa jadi renungan tersendiri dalam membina sebuah rumah tangga. 

Baca juga:

The Latest