Viral, Perempuan Ini Digugat Cerai Hanya karena Mi Instan
Ikuti kisah pasangan suami istri yang cerai karena mi intan
5 Juni 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mi instan merupakan salah satu makanan favorit, terutama di wilayah Asia salah satunya India sebagai negara penghasil gandum.
Namun, ada seorang suami di distrik Mysuru, kota di negara bagian Karnataka, India bagian selatan yang tidak tahan lagi terus mengonsumi mi instan. Sebagai suami, ia merasa kecewa karena istrinya selalu memberinya makan mi instan setiap hari.
Kesabarannya sampai tidak terbendung lagi hingga menceraikan istrinya karena sudah tidak bisa terus toleransi.
Berikut Popmama.com telah rangkum beberapa fakta terkait seorang suami yang menceraikan istrinya gara-gara mi instan.
Editors' Pick
1. Istrinya tidak bisa memasak selain masak mi instan
Kasus perceraian ini terungkap saat hakim pengadilan distrik, ML Raghunath berbicara bahwa gugatan cerai diajukan karena masalah mi instan.
Sebagaimana dilansir dari laman New Indian Express pada Rabu (1/6/2022), hakim mengatakan bahwa sang Suami mengadukan istrinya yang tidak tahu cara menyiapkan masakan lain selain mi Maggi (mie instan). Selain itu, diketahui bahwa istrinya selalu menyajikan mi untuk sarapan, makan siang, dan makan malam.
"Dia mengeluh bahwa istrinya pergi ke toko perlengkapan dan hanya membawa mi instan," kata hakim.
Pasangan suami istri itu akhirnya bercerai atas keputusan bersama, dan kasus perceraian itu disebut sebagai kasus Maggi, merujuk pada merek mi instan tersebut.
2. Kasus perceraian karena makanan sudah beberapa kali terjadi di India
Di India, kasus perceraian dengan alasan istri tidak bisa masak bukan pertama kalinya dilaporkan. Sebelumnya, seorang laki-laki di distrik Nalgonda Telangana mengaku berulang kali mengeluh karena istrinya tidak memasak kari daging kambing untuknya.
Raghunath mengatakan bahwa permohonan cerai lebih banyak berasal dari daerah perkotaan daripada pedesaan. Alasannya karena masyarakat desa memiliki perangkat yang dapat campur tangan dan menyelesaikan masalah perceraian.
Perempuan di desa juga dinilai tidak memiliki kemandirian dan mereka bahkan takut pada masyarakat dan perasaan keluarga. Sedangkan di perkotaan kondisinya sebaliknya karena perempuan berpendidikan dan bisa mandiri secara finansial.