Apakah Silent Treatment Bisa Memicu Perceraian?
Silent treatment termasuk bentuk ketidakdewasaan saat menghadapi konflik dalam sebuah hubungan
14 November 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap hubungan, baik hubungan pertemanan maupun pernikahan pasti pernah mengalami konflik. Setiap masalah yang ada perlu diselesaikan dengan baik, sehingga tidak memicu munculnya konflik baru yang bisa merusak hubungan itu sendiri.
Namun, tidak semua orang bisa menghadapi konflik. Tak sedikit orang yang memilih menghindari dari konflik dan bersikap acuh pada pasangannya. Tindakan tersebut biasa disebut silent treatment yang secara jelas menunjukkan ketidakdewasaan.
Menghindar dari konflik dan melakukan tindakan silent treatment pada pasangan justru bisa merusak hubungan dan memperbesar risiko perceraian bagi pasangan yang sudah menikah.
Bagaimana itu bisa terjadi? Simak rangkuman dari Popmama.com secara lebih detail yuk, Ma!
Apa Itu Silent Treatment?
Silent treatment adalah tindakan acuh pada seseorang atau pasangan yang sedang terlibat konflik. Ketika salah satu pihak melakukan tindakan silent treatment, mereka memilih sibuk melakukan kegiatan sendiri dan tidak menghiraukan keberadaan pasangan. Jika kondisi seperti ini terus terjadi, maka masalah yang ada tidak kunjung selesai.
Pelaku silent treatment biasanya memilih diam dan menghindari pertengkaran maupun perdebatan dengan pasangan. Ketika emosi sudah reda, maka silent treatment juga akan berlalu.
Namun, silent treatment tanpa disadari juga bisa menjadi bentuk kekerasan emosional, terutama ketika seseorang menggunakannya untuk mengontrol orang lain.
Editors' Pick
Alasan Melakukan Silent Treatment
Ada beberapa alasan seseorang melakukan tindakan silent treatment ketika menghadapi sebuah konflik. Alasan pertama ialah mereka tidak tahu cara menyelesaikan konflik.
Mereka khawatir tindakan yang diambil justru menambah masalah baru dalam sebuah hubungan. Oleh karena itu, mereka memilih diam dalam percakapan dan melakukan tindakan silent treatment.
Alasan kedua, yakni mereka tidak bisa mengekspresikan perasaannya karena khawatir membuat pasangannya marah. Mereka memilih diam untuk meredam emosi diri sendiri dan pasangannya. Ketika amarah sudah mulai mereda, maka mereka akan memulai komunikasi dengan pasangan untuk menyelesaikan konflik.
Terakhir, tindakan silent treatment dilakukan untuk menghukum seseorang atau mengontrol hidup orang lain. Alasan ini sebenarnya termasuk bentuk kekerasan emosional yang bisa berdampak negatif bagi hidup orang lain.