5 Cara Aman Berhubungan Seks ketika Pasangan Mengidap HIV
Pengidap HIV masih boleh berhubungan seks dengan pasangannya, namun ada beberapa syarat
26 Desember 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Berhubungan seksual dengan penderita HIV bisa menjadi tantangan tersendiri. Beberapa orang bahkan menganggap hubungan seksual merupakan aktivitas yang membahayakan bagi pengidap HIV serta pasangannya.
HIV memang bisa ditularkan melalui cairan tubuh seperti air mani, cairan vagina, dan darah. Itulah sebabnya, apabila Mama tetap ingin berhubungan seks dengan penderita HIV, maka perlu memastikan hubungan seksual tetap berjalan aman. Dengan begitu, risiko tertular menjadi kecil.
Dikutip dari situs US Department of Veterans Affairs, pengidap HIV masih boleh berhubungan seksual dengan pasangannya dengan memperhatikan keamanan dan keselamatan kedua belah pihak.
Simak beberapa tips berhubungan seks yang aman dengan penderita HIV seperti dirangkum Popmama.com di bawah ini yuk, Ma!
1. Menggunakan kondom
Penggunaan kondom saat berhubungan seks dengan pengidap HIV menjadi sesuatu yang wajib untuk dilakukan. Seks tanpa kondom hanya boleh dilakukan apabila Mama menjalin hubungan monogami yang sudah dipastikan setia dan bebas dari HIV.
Apabila lupa menggunakan kondom satu kali saja, maka Mama sudah berisiko tinggi tertular HIV dari pasangan. Menggunakan kondom dengan benar bisa mengurangi risiko penularan HIV dan penyakit menular seksual lainnya seperti klamidia, gonore, sifilis, dan herpes.
Editors' Pick
2. Menggunakan pelumas
Tips berhubungan seksual lainnya, yakni menggunakan pelumas. Beberapa jenis pelumas memang bisa merusak kondom, oleh karena itu Mama sebaiknya menggunakan pelumas berbahan dasar air yang bisa digunakan bersamaan dengan kondom lateks.
Saat menggunakan kondom, alat kontrasepsi itu bisa saja rusak di tengah sesi hubungan seksual. Hal itu tanpa Mama sadari bisa meningkatkan risiko penularan HIV. Itulah sebabnya, Mama membutuhkan pelumas untuk mengurangi tekanan pada kondom dan mencegah kerusakan.
3. Konsumsi obat antiretroviral
Cara lainnya, yakni pengidap HIV mengonsumsi obat bernama terapi antiretroviral (ARV) setiap hari. HIV memang tidak dapat disembuhkan, namun obat ARV itu bisa menurunkan kadar virus HIV dalam darah.
Penggunaan obat itu bisa mengurangi risiko penularan saat berhubungan seksual dengan pasangan. Dalam waktu tiga bulan, jumlah virus dalam darah pengidap HIV bisa menurun sampai titik terendah, sehingga risiko penularan melalui hubungan seksual menjadi sangat rendah.
4. Minum obat PEP
Tips selanjutnya dengan mengonsumsi post-exposure prophylaxis atau obat untuk mencegah penularan HIV. Penggunaan obat PEP harus dilakukan dalam pengawasan dokter.
Obat PEP umumnya akan diberikan pada pengidap HIV dan pasangannya yang menjalani hubungan seksual tidak aman. Contohnya, kondom rusak saat berhubungan seksual sehingga mereka khawatir terjadi penularan HIV tanpa disadari.
Dokter akan memberikan obat PEP dalam waktu tiga hari untuk mengurangi risiko terpapar HIV. Selanjutnya, pengidap HIV dan pasangannya harus minum obat PEP selama 28 hari berturut-turut.
5. Beralih ke hubungan intim romantis
Ketika Mama ragu untuk berhubungan seksual, maka Mama masih memiliki alternatif untuk menjaga keintiman dengan pasangan yang mengidap HIV. Mama masih bisa melakukan hubungan intim romantis lainnya seperti ciuman, seks oral, dan cuddling.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa HIV bisa ditularkan melalui cairan tubuh seperti air mani, cairan vagina, hingga darah. Namun, HIV tidak dapat ditularkan melalui air liur.
Oleh karena itu, Mama masih bisa menjaga keintiman dengan berciuman atau seks oral. Meskipun begitu, Mama perlu memastikan pasangan tidak mengalami kondisi gusi berdarah, luka di mulut atau penyakit mulut lainnya.
Berhubungan seks dengan pengidap HIV masih boleh dilakukan selama Mama dan pasangan menggunakan pengaman dan memastikan hubungan seks berjalan aman.
Apabila pasangan mama mengidap HIV, maka Mama juga perlu rutin menjalani tes penyakit kelamin (STD) setiap tahun. Hal ini untuk memastikan kondisi kesehatan Mama dan pasangan.
Baca juga:
- Dampak Buruk HIV Terhadap Ibu Hamil dan Janin, Bisa Membahayakan
- 6 Jenis Hubungan Seks yang Berpotensi Tularkan HIV
- Apakah Ibu yang Positif HIV Boleh Menyusui Bayi?