Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang usianya belum mencapai 19 tahun. Sebab, berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia, batas minimal usia untuk menikah baik laki-laki maupun perempuan adalah 19 tahun.
Apabila perempuan atau laki-laki yang menikah di bawah usia 19 tahun, maka pernikahan mereka tergolong pernikahan dini yang melanggar aturan. Selain melanggar aturan, pernikahan dini juga berdampak buruk pada kesehatan mental maupun fisik laki-laki dan perempuan.
Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) juga rentan terjadi dalam pernikahan dini. Pasalnya, pemikiran pasangan belum cukup matang untuk menjalani kehidupan rumah tangga.
Pernikahan dini menyebabkan pasangan suami istri tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pasalnya, mereka terpaksa putus sekolah demi menjalani kehidupan rumah tangga.
Hal itulah yang membuat kehidupan pasangan suami istri rentan mengalami konflik. Sebab, pernikahan dini telah merenggut masa depan mereka. Selain itu, mereka juga terlalu dini untuk beradaptasi dengan kehidupan rumah tangga maupun belajar memahami perbedaan karakteristik satu sama lain.
2. Pasangan suami istri tidak dapat mengembangkan diri
Unsplash/Photos_by_lanty
Usia remaja merupakan masa yang tepat untuk mengembangkan potensi, minat, bakat, dan kemampuan dalam diri sendiri. Namun, apabila perempuan atau laki-laki menjalani pernikahan dini, maka kesempatan untuk mengembangkan diri pun sirna.
Mereka tidak dapat mengenali potensi dalam diri sendiri, namun dipaksa untuk memahami perbedaan karakteristik pasangan. Pasangan pernikahan dini juga bisa kehilangan masa depan terutama untuk impian yang diinginkan dan kesempatan meraih karier cemerlang.
Editors' Pick
3. Rentan terjadi KDRT
Unsplash/Priscilladupreez
Telah disinggung di atas bahwa pernikahan dini bisa berdampak buruk pada psikologis pasangan suami istri. Akibatnya, rentan terjadi kekerasan dalam rumah tangga antar pasangan.
Apabila laki-laki merasa kedudukannya lebih tinggi dari perempuan, maka mereka merasa berhak mengontrol pasangan dan melakukan KDRT. Sebaliknya, mental remaja perempuan yang belum stabil mengakibatkan mereka rentan menjadi korban KDRT dan tidak dapat mencari bantuan.
4. Ketidakstabilan finansial
Unsplash/Andyjh07
Selain kekerasan dalam rumah tangga, pernikahan dini juga bisa berdampak buruk pada kondisi finansial keluarga. Laki-laki dituntut mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, namun mereka tidak memiliki kemampuan untuk meningkatkan karier.
Oleh karena itu, laki-laki biasanya akan kerja serabutan untuk menafkahi keluarga. Ketidakstabilan finansial juga berisiko pada penelantaran istri dan anak.
Dalam kehidupan rumah tangga, istri dan anak seharusnya mendapatkan perhatian dan dukungan ekonomi dari suami. Jika pernikahan dini dibiarkan terjadi, istri dan anak bisa ditelantarkan karena minimnya kemampuan suami untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
5. Masalah reproduksi
Unsplash/Drewcoffman
Pernikahan dini juga berdampak pada kesehatan reproduksi perempuan. Pasalnya, organ reproduksi perempuan masih dalam tahap perkembangan di usia 12-20 tahun.
Oleh karena itu, perempuan yang hamil di bawah usia 19 tahun rentan mengalami masalah kesehatan seksual yang mengakibatkan kematian janin. Ibu hamil di usia remaja juga berisiko mengalami anemia dan preeklampsia yang memengaruhi perkembangan janin.
6. Risiko kesehatan bagi bayi
Unsplash/Tawc20
Selain berdampak buruk pada kesehatan ibu hamil, pernikahan dini juga berisiko mengakibatkan bayi lahir prematur atau berat badan lahir rendah. Bayi juga bisa mengalami masalah tumbuh kembang karena kurangnya nutrisi atau pemahaman orangtua untuk menjaga kehamilan.
Apabila bayi lahir selamat, kehidupan bayi bisa tidak terpenuhi karena ketidakstabilan emosi orangtuanya, kedua orangtua pun kemungkinan tidak paham mengurus anak, bahkan ketidakstabilan finansial yang menghambat pertumbuhan bayi.
7. Masalah psikologis orangtua
Unsplash/Ericalves
Poin terpenting yang perlu diperhatikan dari pernikahan dini, yakni sisi psikologis pasangan suami istri. Pernikahan dini berisiko menyebabkan gangguan mental dan psikis pada pasangan suami istri karena emosi mereka belum cukup stabil.
Pemikiran yang belum dewasa dan masih labil bisa meningkatkan peluang untuk melakukan tindakan ekstrem seperti bunuh diri. Oleh karena itu, pernikahan dini perlu dicegah guna menghindari gangguan mental pada remaja perempuan dan laki-laki.
Itulah beberapa dampak buruk pernikahan dini terhadap pasangan suami istri. Pernikahan dini bukanlah cara yang tepat untuk menyelamatkan ekonomi keluarga maupun lari dari masalah tertentu.
Pernikahan dini justru bisa menciptakan masalah-masalah baru yang berdampak pada kesehatan fisik, mental, maupun reproduksi.