10 Konflik Rumah Tangga yang Bisa Memicu Perceraian
Tidak semua pasangan bisa mempertahankan rumah tangga mereka meskipun sudah melakukan berbagai upaya
5 Agustus 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap pasangan tentu ingin membangun hubungan rumah tangga yang bahagia dan langgeng seumur hidup. Namun, tidak semua pasangan bisa mempertahankan rumah tangga mereka.
Walaupun sudah melakukan segala upaya untuk mempertahankan hubungan rumah tangga, ada beberapa konflik yang justru memicu perceraian. Apabila dapat diselesaikan dengan baik, konflik tersebut justru menimbulkan luka mendalam bagi salah satu pihak.
Nah, kali ini Popmama.com merangkum 10 konflik rumah tangga yang memicu perceraian. Pembahasan kali ini diharapkan bisa menjadi acuan bagi Mama yang sedang atau akan menjalin hubungan pernikahan sehingga bisa meminimalisir konflik yang terjadi.
Deretan Konflik Rumah Tangga yang Bisa Memicu Perceraian
1. Masalah finansial
Masalah finansial dapat menjadi pemicu utama dalam rumah tangga yang bisa memicu perceraian. Uang memang tidak dapat membeli kebahagiaan. Namun, uang merupakan kebutuhan terbesar yang harus dipenuhi untuk menopang kehidupan.
Apabila Papa tidak bekerja dalam waktu lama, maka secara otomatis kehidupan rumah tangga akan terganggu. Selama tidak ada pemasukan sepeser pun, konflik rumah tangga pun rentan terjadi. Hal itulah yang menjadi pemicu perceraian pasangan.
Selain itu, salah satu pihak yang menutupi hutang juga bisa menyebabkan perceraian. Mama dan Papa sebaiknya saling terbuka satu sama lain mengenai hutang serta pendapatan masing-masing, sehingga bisa saling menutupi kekurangan keuangan.
2. Visi misi yang tak sama
Pernikahan merupakan hubungan yang menyatukan dua karakter berbeda. Apabila Mama dan Papa tidak saling menghargai perbedaan karakter tersebut, maka pernikahan akan berujung pada perceraian.
Sebelum menikah, Mama dan Papa sebaiknya menyatukan visi misi terlebih dahulu. Artinya, Mama dan Papa saling mengetahui kebutuhan masing-masing atau tujuan hidup yang harus diprioritaskan.
Apabila Papa lebih memprioritaskan membeli mobil baru, sedangkan Mama memprioritaskan menabung untuk pendidikan anak-anak, maka dibutuhkan diskusi untuk menyamakan visi dan misi.
Jika visi dan misi sudah berbeda, maka konflik akan terjadi. Konflik yang terjadi secara terus menerus akan menyebabkan perceraian antar pasangan.
3. Konflik dengan mertua
Ada banyak macam tekanan yang memengaruhi kehidupan rumah tangga, salah satunya adalah konflik dengan mertua. Konflik dengan mertua bisa disebabkan mertua yang selalu ikut campur masalah rumah tangga atau mertua yang terlalu mengatur kehidupan anaknya.
Membangun hubungan harmonis dengan mertua memang tidak mudah. Namun, Mama sebaiknya mengenal mertua dengan baik terlebih dahulu sebelum melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.
Mama dan Papa juga perlu memiliki visi serta misi yang sama jika masalah pernikahan tidak boleh diketahui oleh pihak ketiga, termasuk mertua. Hal ini bertujuan untuk mengurangi konflik dengan mertua sekaligus mempertahankan hubungan rumah tangga.
Editors' Pick
4. Tidak memiliki keturunan
Tidak memiliki keturunan setelah menikah selama bertahun-tahun juga bisa memicu perceraian.
Setiap pasangan tentu ingin dikaruniai keturunan, namun tidak semua pasangan bisa langsung mendapatkan momongan. Ada yang harus menunggu bertahun-tahun bahkan puluhan tahun untuk mendapatkan buah hati.
Bagi pasangan yang tidak sabar menunggu dan mendapat tekanan dari luar untuk segera mendapatkan momongan, maka perceraian biasanya menjadi jalan keluar. Namun, tidak menutup kemungkinan pasangan tetap mempertahankan kehidupan rumah tangga dengan mengadopsi anak.
5. Adanya perselingkuhan
Sebuah studi menyebut bahwa 40 persen perceraian disebabkan oleh perselingkuhan. Pernikahan sulit dipertahankan apabila salah satu pihak berselingkuh karena telah meninggalkan luka mendalam yang sulit disembuhkan.
Perselingkuhan membuat salah satu pihak merasa tersakiti, dikhianati, dan tidak dicintai. Perselingkuhan juga tak jarang membuat korban depresi dan frustasi. Meski masih ada beberapa pasangan yang memaafkan perselingkuhan, namun sebagian besar berujung pada perceraian.
6. Kekerasan dalam rumah tangga
Kekerasan rumah tangga juga bisa memicu perceraian. Kekerasan rumah tangga bisa dilakukan oleh suami atau istri. Kekerasan rumah tangga biasanya dilakukan secara fisik seperti memukul, mendendang, atau mendorong. Namun, kekerasan rumah tangga juga bisa berupa pemaksaan untuk berhubungan seksual.
Kekerasan dalam rumah tangga umumnya masih dimaafkan apabila dilakukan sekali atau dua kali. Namun, sekali dimaafkan, kekerasan dalam rumah tangga akan berlanjut hingga menimbulkan trauma pada salah satu pihak. Oleh karena itu, kekerasan dalam rumah tangga akan menyebabkan perceraian.
Apabila mengalami kekerasan rumah tangga, sebaiknya segera mencari perlindungan dan bantuan. Jangan ragu meminta bantuan tetangga atau kerabat terdekat untuk melindungi diri sendiri dari kekerasan rumah tangga.
7. Masalah seks di ranjang
Seks merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ikatan emosional antar pasangan. Akan tetapi, beberapa pasangan memiliki masalah seksual sehingga tidak bisa memenuhi hasrat seksual pasangannya.
Apabila masalah seksual dibiarkan berlarut-larut, tidak menutup kemungkinan pasangan akan mencari pelarian untuk memenuhi hasrat seksualnya.
Mama dan Papa sebaiknya berkomunikasi mengenai masalah seks yang sedang dihadapi atau mencari bantuan kepada profesional, sehingga tidak memengaruhi keharmonisan rumah tangga.
8. Keinginan poligami
Tidak semua perempuan mau dipoligami. Keinginan poligami juga perlu didiskusikan terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke pernikahan. Apabila Mama menolak poligami, sebaiknya sampaikan keinginan tersebut kepada pasangan sebelum menikah.
Sebab, apabila Mama menyampaikan pendapat tersebut setelah membangun hubungan rumah tangga, tidak menutup kemungkinan hal tersebut memicu pertengkaran hingga perceraian.
Seorang laki-laki yang tetap teguh pendirian untuk berpoligami biasanya akan menggugat cerai istrinya yang menolak poligami.
9. Komunikasi buruk
Walau terdengar sepele, komunikasi merupakan fondasi utama untuk membangun hubungan rumah tangga. Komunikasi yang baik bisa mengurangi risiko pertengkaran yang berujung perceraian. Komunikasi yang baik bisa membantu Mama dan pasangan untuk menyelesaikan konflik dan tidak lari dari masalah.
Sebaliknya, komunikasi yang buruk bisa menimbulkan kesalahpahaman yang berujung konflik. Komunikasi yang buruk ditandai dengan kurangnya percakapan sederhana seperti menanyakan kegiatan di kantor atau saling bertukar kabar ketika tidak berada di rumah.
10. Perbedaan usia
Perbedaan usia yang terlalu jauh juga bisa memicu pertengkaran hingga perceraian. Perbedaan usia biasanya menyebabkan ketidakstabilan emosi sehingga sulit membangun komunikasi yang baik.
Oleh karena itu, Mama dan pasangan perlu memahami karakter masing-masing terlebih dahulu sebelum menikah. Jangan jadikan perbedaan usia sebagai halangan, namun jadikan sebagai kekuatan baru untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.
Itulah beberapa konflik dalam rumah tangga yang bisa memicu perceraian. Semoga informasi di atas bisa menjadi refleksi diri sendiri bersama pasangan untuk mempertahankan keharmonisan rumah tangga.
Baca juga:
- 8 Dukungan Para Artis untuk Stefan William Pasca Perceraian
- 50 Ayat Alkitab tentang Perceraian, Bisa Menjadi Renungan Pribadi
- 5 Tips Berkencan untuk Single Parent Pasca Perceraian