6 Penyebab Hubungan Menantu dengan Mertua Tidak Harmonis
Hubungan menantu-mertua yang tidak akur umumnya dialami oleh menantu perempuan dan mertua perempuan
12 November 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Selama ini, Mama mungkin sering mendengar adanya hubungan menantu-mertua yang tidak berjalan baik. Menantu kerap terlibat konflik dengan mertua, sehingga memengaruhi hubungan mereka dengan pasangan.
Tentu saja tidak semua hubungan menantu-mertua tidak berjalan baik. Sebab, masih ada mertua yang menyayangi menantu layaknya anak kandung, begitu pun sebaliknya.
Hubungan menantu dan mertua yang tidak akur biasanya sering dialami oleh menantu perempuan dan mertua perempuan. Sementara itu, konflik gender silang artinya menantu laki-laki dan mertua perempuan atau menantu perempuan dan mertua laki-laki lebih jarang terjadi.
Lantas, apa saja penyebab hubungan menantu dan mertua tidak harmonis? Simak penjelasannya yang dirangkum Popmama.com di bawah ini!
Deretan Penyebab Hubungan Menantu dengan Mertua Tidak Harmonis
1. Perbedaan kepribadian
Menikah bukan hanya menyatukan dua karakter yang berbeda, namun juga menyatukan dua keluarga yang berbeda. Pola pikir yang berbeda antara Mama dan mertua bisa menimbulkan konflik sehingga hubungan menjadi tidak harmonis.
Perbedaan pola pikir dan karakter sebetulnya wajar terjadi. Sebab, menantu dan mertua lahir pada era yang berbeda dan dibesarkan di lingkungan yang berbeda pula. Mama pun tidak dapat memilih tipe mertua sesuai keinginan.
Hal yang perlu lakukan hanyalah memahami perbedaan kepribadian, pola pikir, hingga cara penyelesaian masalah. Sikap saling menghargai dan menghormati diperlukan guna menciptakan hubungan harmonis antara mertua dan menantu.
Editors' Pick
2. Mertua belum siap melepas anaknya
Faktor penyebab selanjutnya, yakni mertua belum siap melepas anaknya untuk menjalani hubungan pernikahan dengan orang lain. Mertua perempuan umumnya lebih sulit melepas anak laki-lakinya untuk menikah dengan orang lain.
Sebab, mertua perempuan khawatir anaknya akan melupakan dirinya dan lebih memprioritaskan istrinya. Ketidakrelaan dan ketakutan itu terus menghantui mertua perempuan, sehingga memengaruhi penilaiannya terhadap menantunya.
Itulah sebabnya, Mama perlu mengenal mertua dengan baik terlebih dahulu sebelum menikah. Mama perlu meyakinkan mertua bahwa anaknya tetap menyayangi orangtuanya meski memutuskan menikah dengan orang lain.
Mama juga perlu memastikan pasangan tetap memiliki waktu bersama orangtua.
3. Tinggal satu rumah
Faktor utama konflik antara menantu dan mertua, yakni mereka tinggal satu rumah. Hal ini sering terjadi pada menantu perempuan dan mertua perempuan.
Mertua perempuan sering sekali merasa anak laki-lakinya adalah miliknya, sehingga dia bisa mengatur kehidupan anak laki-lakinya. Sedangkan, menantu perempuan merasa mertua terlalu ikut campur kehidupan rumah tangganya.
Kondisi itulah yang kerap menimbulkan pergesekan dan konflik antara menantu dan mertua. Untuk mengatasi pergesekan tersebut, Mama perlu belajar menahan emosi dan berkomunikasi dengan orangtua.
Mama perlu meyakinkan mertua bahwa anak laki-lakinya bisa hidup mandiri dan menjadi kepala keluarga dalam kehidupan pernikahannya.
4. Perbedaan gaya hidup
Perbedaan gaya hidup antara mertua dan menantu juga sering menimbulkan konflik. Contohnya, mertua yang terbiasa hidup sederhana biasanya kurang cocok dengan menantu yang sering hidup mewah, begitu pun sebaliknya.
Perbedaan gaya hidup antara menantu dan mertua itu bisa disebabkan perbedaan suku, bahasa, maupun tempat tinggal. Oleh karena itu, penting bagi Mama untuk mengenal tipe keluarga pasangan terlebih dahulu.
Mempelajari gaya hidup keluarga pasangan perlu dilakukan, sehingga Mama bisa beradaptasi untuk hidup berdampingan bersama mertua.
5. Mertua suka ikut campur urusan rumah tangga
Dalam beberapa kasus, ada mertua yang suka mencampuri atau mengintervensi rumah tangga anaknya. Hal itu pun dapat memicu konflik dengan menantu karena Mama merasa mertua sudah bersikap di luar batas.
Mertua yang bersikap seperti itu biasanya hanya ingin melihat anaknya hidup bahagia. Namun, cara yang dilakukan cenderung salah dan menimbulkan kesalahpahaman.
Oleh karena itu, Mama perlu berkomunikasi secara baik-baik dengan mertua. Sampaikan pendapatmu soal keinginan untuk menyelesaikan konflik rumah tangga tanpa campur tangan mertua.
Komunikasi harus disampaikan secara baik-baik agar tidak menimbulkan konflik baru.
6. Menantu tidak hormat pada mertua
Sebagian menantu perempuan mungkin merasa tidak bisa berhubungan baik dengan mertua perempuannya. Jadi, mereka terkesan bersikap tidak hormat dan tidak memperlakukan mertua sebagaimana ia menghormati orangtua kandunganya.
Mama perlu menghindari sikap di atas agar hubungan dengan mertua tetap harmonis. Mama harus menghormati mertua sebagaimana menghormati orangtua kandung sendiri meski ada sejumlah perbedaan.
Perbedaan pola pikir dan karakter antara mertua dan menantu memang hal yang wajar. Jika ini masalahnya, maka yang perlu dilakukan hanya memahami perbedaan tersebut dan beradaptasi dengan gaya hidup keluarga pasangan. Tujuannya agar hubungan menantu dan mertua tetap berjalan baik.
Nah, itulah beberapa penyebab hubungan dengan mertua tidak berjalan harmonis. Semoga bisa menjadi bahan untuk refleksi diri agar hubungan bersama mertua dapat terus harmonis.
Baca juga:
- 5 Cara Cerdas Menghadapi Ibu Mertua yang Manipulatif
- 8 Referensi Ucapan Ulang Tahun untuk Mertua, Bisa Makin Disayang
- 5 Adab Menantu Terhadap Mertua Menurut Ajaran Agama Islam