Puber kedua dikenal juga dengan istilah midlife crisis umumnya dialami ketika memasuki usia 45 tahun atau setelah 50 tahun. Puber kedua umumnya dipicu masalah besar dalam kehidupan seperti perceraian, kehilangan pekerjaan, atau mungkin kehilangan orang yang dicintai.
Puber kedua membuat seseorang mempertanyakan banyak hal dalam hidup, bahkan terkadang menyesali karier di masa lalu atau kehidupan yang sedang mereka jalani. Puber kedua juga bisa menyebabkan masalah kesehatan karena pola tidur yang berubah drastis dan perubahan suasana hati yang tidak bisa diprediksi.
Oleh karena itu, puber kedua bisa merusak keharmonisan rumah tangga. Seseorang yang mengalami puber kedua umumnya tidak sadar gejala yang sedang dirasakan. Gejala puber kedua biasanya mudah diamati oleh pasangan atau kerabat terdekat.
Meski Mama terkadang tidak menyadari gejala puber kedua, tidak ada salahnya untuk menjaga keharmonisan keluarga dengan melakukan beberapa tips di bawah ini.
Kumpulan Tips Menghadapi Puber Kedua agar Pernikahan Langgeng
1. Mencoba tantangan baru
Unsplash/Alexb
Secara umum, puber kedua tidak hanya menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran. Ada juga gejala puber kedua yang menunjukkan kebahagiaan.
Puber kedua yang mengindikasikan kebahagiaan akan membuat diri sendiri memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Oleh karena itu, Mama bisa memanfaatkan momen tersebut untuk mencoba hal-hal baru yang pernah dilakukan di usia muda.
Mencoba tantangan baru juga bisa mencegah stres dan menghindari kecemasan berlebih. Mama bahkan bisa mencoba tantangan baru bersama pasangan untuk memperkuat ikatan emosional satu sama lain.
Editors' Pick
2. Memperkuat komunikasi dengan pasangan
Unsplash/Sxoxm
Bagi Mama yang menghadapi puber kedua atau bingung menghadapi suami yang sedang puber kedua, alangkah baiknya untuk mulai memperkuat komunikasi.
Mulailah dengan membahas hal-hal sepele yang sebelumnya tidak biasa dibahas. Hal itu bisa memperkuat bonding antara Mama dan pasangan.
Cara lainnya agar bisa lebih intens berkomunikasi adalah menghabiskan waktu bersama untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Contohnya, rutin berolahraga bersama di pagi hari, bepergian, atau melakukan sesuatu hal menyenangkan berdua.
3. Tetap berhubungan intim
Unsplash/Mbennettphoto
Meski sudah memasuki usia 40-an, Mama dan pasangan tetap perlu memenuhi kebutuhan biologis satu sama lain. Banyak pasangan yang mulai jenuh berhubungan seksual seiring bertambahnya usia, terutama bagi perempuan.
Namun, bagi laki-laki, kebutuhan biologis akan semakin meningkat ketika menghadapi puber kedua.
Itulah sebabnya, Mama perlu menjaga keharmonisan rumah tangga dengan rutin berhubungan intim layaknya awal pernikahan. Cara tersebut juga menghindari pasangan selingkuh dengan perempuan lain.
4. Melakukan kegiatan menyenangkan
Unsplash/Marcnajera
Membangun komunikasi saja tidak cukup untuk mempertahankan rumah tangga. Mama juga perlu meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan bersama pasangan.
Laki-laki berusia 40-45 tahun umumnya suka mencari sensasi yang belum pernah mereka rasakan. Mereka akan mencoba berbagai kegiatan untuk mengusir kebosanan.
Oleh karena itu, Mama sebaiknya menemani pasangan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa membuat dia betah berada di rumah.
5. Menghindari stres
Unsplash/Mtimber71
Manajemen stres perlu dilakukan untuk menyeimbangkan kegiatan dan mengontrol perasaan ketika menghadapi pasangan atau diri sendiri yang sedang puber kedua.
Menghadapi puber kedua memang tidak mudah. Mama perlu memahami perubahan-perubahan akibat puber kedua dan membiasakan diri untuk menghadapinya. Ketika Mama mulai stres, cobalah untuk beristirahat sejenak, melakukan kegiatan menyenangkan, dan membahagiakan diri sendiri.
Ada banyak cara untuk membahagiakan diri sendiri, misalnya bepergian seorang diri, bertemu teman dan kerabat, atau menghabiskan waktu untuk menonton film.
Menghadapi puber kedua memang tidak mudah. Sebab, puber kedua rentan merusak keharmonisan rumah tangga hingga menimbulkan perselingkuhan.
Hal penting yang perlu diingat, yakni Mama dan pasangan harus saling menyadari gejala puber kedua serta bisa menghadapinya bersama-sama.