Pentingnya Mengetahui Bahaya Pernikahan Dini dan Cara Mencegahnya
Pernikahan dini dapat berdampak pada kesehatan mental anak dan menghancurkan masa depan mereka
16 Desember 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan oleh dua sejoli yang belum mencapai umur 19 tahun. Biasanya, pernikahan dini dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti faktor lingkungan, keluarga, hingga ekonomi.
Mirisnya korban pernikahan dini kebanyakan berasal dari anak-anak yang masih berada di usia muda atau bahkan belum legal secara hukum. Ketidaksiapan mental anak karena harus menikah di usia dini dapat membawa risiko dari berbagai aspek. Tidak hanya aspek psikologi sang anak, tetapi juga aspek sosialnya.
Oleh karena itu, Popmama.com kembali hadir dalam rangkaian acara Popmama.com Parenting Academy 2021 dengan tema Parents Support Parents. Salah satu topik yang dibahas yakni terkait isu pernikahan dini melalui sesi Instagram dengan topik “Bahaya yang Mengintai: Pernikahan Dini dan Cara Mencegahnya” pada Kamis (16/12/2021).
Acara tersebut semakin meriah berkat kehadiran dua narasumber spesial, yaitu Inez Kristanti, M.Psi.,Psikolog selaku psikolog klinis Angsamerah Clinic dan Nur Yanayirah, A.Md.G selaku Founder Komunitas Motherhope Indonesia.
Yuk, intip ulasan selengkapnya!
1. Faktor yang melatarbelakangi terjadi pernikahan dini
Melalui peraturan Undang-Undang di Indonesia, batas minimal usia untuk menikah adalah 19 tahun. Namun sayangnya hingga sekarang, banyak orang yang memilih untuk menikah di usia dini tanpa memikirkan konsekuensi apa yang harus mereka tanggung kedepannya.
Banyak faktor yang mendorong terjadinya pernikahan dini, seperti minimnya edukasi, lingkungan setempat hingga ekonomi.
"Indonesia ini menjadi peringkat no 2 di Asia Tenggara dengan pernikahan usia remaja tertinggi. Salah satu faktornya adalah kehamilan di luar nikah. Ini terjadi karena adanya pergaulan bebas tapi tidak dibarengi dengan edukasi," ujar Yana.
Lebih lanjut, Yana selaku Founder MotherHope Indonesia juga menjelaskan bahwa Indonesia masih memiliki beberapa tradisi yang menganggap nikah muda adalah hal positif. Pernikahan dini dianggap bukan masalah besar karena sudah turun temurun.
Kemudian ada juga faktor ekonomi dengan pemikiran menikahkan anak merupakan cara terbaik lepas dari tanggung jawab menafkahi mereka. Bahkan, ada orang tua menikahi anaknya demi melunasi utang.
"Masih banyak orang tua yang memiliki keyakinan menikahi anaknya dapat membuat mereka terhindar dari perbuatan dosa. Jadi ini lebih ke menjaga nama baik keluarga di mata masyarakat karena terhindar dari perbuatan zina," tambah Yana.
2. Dampak pernikahan dini pada kesehatan mental anak
Dampak psikologis yang ditimbulkan dari pernikahan dini untuk kesehatan mental anak tidak main-main lho, Ma. Perkawinan usia muda hingga kehamilan di usia remaja mengakibatkan ketidaksiapan anak menjadi istri atau orangtua.
"Otak remaja itu masih terus berkembang, kalau kita menikahkan mereka di usia remaja itu otak mereka belum berkembang dengan matang. Hal ini dapat berpengaruh dengan pengambilan keputusan saat berumah tangga yang kurang pertimbangan. Pernikahan itu banyak tanggung jawab yang harus dilewati, kalau mereka tidak siap menanggungnya ya bisa berpengaruh pada mental mereka," kata Inez selaku psikolog.
Selain berpengaruh kepada kesehatan mental anak, dampak buruk lainnya dari pernikahan dini dapat berujung pada putusnya pendidikan
"Pernikahan dini ini ada korelasinya dengan rendahnya tingkat pendidikan, karena kebanyakan yang menikah dini itu memilih untuk putus sekolah tidak melanjutkan pendidikannya," tutur Inez.
Editors' Pick
3. Aspek-aspek yang muncul dalam kehidupan rumah tangga pernikahan dini
Dampak pernikahan dini memang tidak main-main. Emosi sang anak yang belum matang dan kurangnya pemahaman terkait kehidupan rumah tangga juga bisa menjadi penyebabnya.
Selain itu, pernikahan dini juga bisa memunculkan aspek-aspek tak terduga lainnya dalam kehidupan rumah tangga mereka, salah satunya seperti Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
"Anak yang dinikahkan secara dini ini dapat berujung pada kekerasan. Jangankan pernikahan, pacaran aja perlu disiapin gimana sih kita menjalin hubungan harmonis, saling menghormati antara pasangan. Hal-hal seperti itu kan perlu psikologis yang matang, kayak harus mengontrol emosi. Sedangkan anak? mereka masih di tahap belajar yang emosinya belum stabil," jelas Inez.
4. Dampak psikologis anak yang lahir dari orangtua menikah di usia dini
Perkawinan di usia anak merupakan masalah yang sangat serius karena tidak hanya berdampak pada pasangan yang menikah saja, tetapi juga pada anak yang dilahirkan.
Orangtua di usia remaja yang tidak siap secara mental bisa mempengaruhi tumbuh kembang sang anak, terutama pada sisi psikologisnya.
"Ini menjadi sesuatu yang beruntun, pasangan yang menikah di usia dini mungkin belum melek ilmu jadi bisa saja menganggap pernikahan dini merupakan hal yang wajar dan bisa jadi menular ke anaknya. Hal tersebut lah yang perlu dihindari karena jangan sampai generasi selanjutnya meneruskan budaya pernikahan dini tanpa tau risiko kedepannya," kata Inez.
5. Pentingnya peran orangtua tentang edukasi pernikahan dini
Apapun alasannya, pernikahan dini sebaiknya dihindari. Sebab, setiap anak punya hak untuk tumbuh, belajar, dan bersosialisasi. Maka dari itu, peran Mama sebagai orangtua sangat penting untuk memberikan edukasi terkait pernikahan dini.
Mama bisa memulainya dengan cara membekali diri untuk menjadi orangtua yang siap dan melek ilmu terkait pernikahan dini.
"Kita bekali ilmu itu, baru setelahnya mengajarkan kepada anak. Kuncinya kita sebagai orang tua perlu mencari tahu, perlu mau belajar, karena mungkin generasi sebelumnya ga se-modern sekarang yang mudah mendapatkan informasi. Adanya kecanggihan teknologi membuat kita bisa belajar dari sarana informasi yang tersedia. Ini bisa membekali diri kita sebagai orang tua agar bisa mendidik generasi selanjutnya untuk menghentikan nikah dini," jelas Inez.
6. Peran orang sekitar dalam mencegah pernikahan dini
Tak hanya orangtua, peran lingkungan atau orang sekitar juga tidak kalah penting untuk mencegah dan mengurangi kasus pernikahan di usia muda.
"Kita harus memberikan kesadaran bagi mereka bahwa menikah dini itu bukan lepas dari dosa. Mereka juga harus ingat kalau mereka masih punya mimpi, cita-cita. Jadi ingatkan mereka untuk fokus dulu dengan pendidikan dan keterampilan yang dimiliki agar bisa lebih berdaya. Kita tanamkan ke mereka kalau mereka punya masa depan, coba alihkan, bilang banyak hal yang bisa dilakukan sebelum menikah," kata Yana.
Kemudian Inez juga menegaskan bahwa setiap orang punya hak untuk mendapatkan pendidikan, berkarya, menentukan hidupnya sendiri sehingga mereka tidak menjadikan pernikahan sebagai cara keluar dari masalah hidup.
"Lalu hal praktisnya kita sebagai masyarakat bisa dengan cara ngeshare bahaya pernikahan dini ke orang sekitar. Agar paradigma orang-orang perlahan bisa bergeser untuk mengutamakan berdaya terlebih dahulu. Jadi tujuannya bukan untuk nikah saja," pungkas Inez.
Itulah ulasan mengenai faktor, dampak, hingga cara mencegah pernikahan dini. Mari kita bersama-sama sebagai orangtua saling support untuk memantau perkembangan dan masa depan yang lebih baik untuk anak dengan campaign #ParentSupportParents di Popmama.com Parenting Academy 2021.
Semoga informasi ini bermanfaat dan dapat menjadi ilmu baru bagi Mama, ya!
Baca juga:
- 7 Dampak Buruk Pernikahan Dini bagi Pasangan Suami Istri
- 7 Alasan Pernikahan Dini Tidak Disarankan
- Dampak Negatif Pernikahan Dini Terhadap Aspek Kehidupan Perempuan