5 Alasan Orangtua Tidak Boleh Menjadikan Anak Investasi Masa Tuanya
Hentikan sekarang, sebelum anak merasa tertekan!
15 Mei 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di zaman yang serba mahal, mulai dari pendidikan, pakaian hingga biaya gizi untuk anak, tidak menutup kemungkinan orangtua akan berpikir bahwa anaknya kelak harus membayar semuanya dengan dalih balas budi.
Hal itulah yang dinamakan bahwa anak adalah investasi masa depan orangtua yang berharga. Padahal, sebenarnya anak itu bukanlah investasi bagi orangtuanya.
Beberapa hal di bawah ini bisa menjadi alasan kenapa anak tidak boleh dijadikan sebagai investasi yang berharga. Simak ulasan dari Popmama.com berikut ini dengan seksama, ya!
1. Anak akan merasa tertekan oleh beban yang ia pikul
Perlu orangtua ketahui, bahwa anak tidak pernah meminta untuk dilahirkan. Namun, orangtualah yang menginginkan kehadiran anak dalam rumah tangganya.
Oleh karena itu, segala bentuk biaya sandang, pangan dan papan adalah kewajiban orangtua dan anak punya hak untuk mendapatkan semua itu.
Ketika orangtua punya mindset bahwa anak adalah investasi yang berharga bagi mereka, maka psikologi anak akan tertekan. Anak punya beban yang cukup berat untuk dipikul dan harus menjalani hidup sesuai dengan apa yang di harapan orangtuanya.
Jika tidak, dia adalah anak yang tidak dapat membanggakan dan membalas kebaikan orangtuanya, dengan kata lain anak akan tahu bahwa orangtuanya tidak benar-benar tulus membiaya segala kehidupannya.
Editors' Pick
2. Anak mempunyai kehidupannya sendiri
Orangtua harus tahu, bahwa hidup anak bukan hanya untuk memenuhi keinginan orangtua saja. Anak punya kehidupan dan dunianya sendiri. Sebagai orangtua, kita tak boleh mengatur anak agar menuruti segala hal yang direncanakan untuknya.
Menyuruhnya untuk menjadi sosok yang diinginkan dengan memilihkannya sekolah, jurusan hingga profesi yang nantinya anak jalani. Mungkin orangtua punya maksud yang baik bagi anaknya agar bisa sukses dan berkecukupan dalam hidup.
Namun, sekali lagi anak punya kehidupannya sendiri. Dia punya hak untuk memilih dan menolak keinginan orangtuanya, sebab yang menjalani hidup adalah dirinya, bukan orangtuanya.