Dampak Buruk OCD pada Kehidupan Seksual dan Cara Mengatasinya
Apakah kamu atau pasangan mengalami gangguan yang satu ini?
6 Februari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hidup dengan Obsessive Compulsive Disorder (OCD) berarti menjalani kehidupan dengan pikiran mengganggu yang berulang. Tak jarang, pikiran tersebut seolah tidak diinginkan hingga menakutkan bagi orang yang mengalaminya.
Permasalahan mental yang dialaminya juga akan berdampak pada aktivitas seksual bersama pasangan. Bahkan, beberapa obsesi seksual yang sering kali mereka pikirkan bersifat "tabu".
Contohnya, seseorang dengan OCD mungkin mengalami pikiran dan gambar kekerasan seperti membunuh diri sendiri atau orang lain, pikiran dan gambar yang mengganggu secara seksual (melibatkan anak-anak, anggota keluarga, hewan hingga tokoh agama).
Pikiran ini digunakan untuk mengurangi kecemasan atau upaya mencegah sesuatu yang buruk terjadi. Orang yang mengalami OCD menjadi terkunci dalam lingkaran setan yang memengaruhi dirinya, termasuk keintiman seksualnya.
Dilansir dari laman Very Well Mind, berikut Popmama.com telah merangkum beberapa dampak OCD pada kehidupan seksual beserta pengobatannya.
Editors' Pick
1. Dampak OCD pada hubungan seks dan keintiman
OCD tidak mengenal batas. Pikiran yang mengganggu bisa dan akan muncul di mana saja, bisa di kamar tidur atau di mana pun kamu memutuskan untuk berhubungan seks.
Implikasi OCD pada hubungan seks bervariasi di setiap orang, tergantung pada tema dan gejala obsesif individu. Berikut beberapa dampak OCD pada kehidupan seks dan keintiman seseorang, seperti:
- Seks dapat memicu OCD sekaligus dapat menjadi bagian dari perawatan pada individu tersebut.
- Seks dapat digunakan secara kompulsif untuk memecahkan, membuktikan atau mencari kepastian tentang obsesi yang harus dicegah.
- Libido yang menurun dan ketidakmampuan untuk orgasme dapat diakibatkan oleh efek samping dari pengobatan yang digunakan untuk mengobati OCD atau sebagai akibat dari meningkatnya kecemasan akibat OCD yang dapat merusak kehidupan seks seseorang.
Jika kamu mengalami hal ini, maka terapi ERP (Exposure and Response Prevention) diketahui mampu mengatasinya. Exposure yang dimaksud di sini merupakan paparan situasi dan objek yang memicu ketakutan dan kecemasanmu, seperti kotoran.
Pada terapi ini, kamu akan dipaparkan secara bertahap pada objek tersebut agar terbiasa. Sementara itu, response prevention atau pencegahan respon mengacu pada perilaku atau ritual yang dilakukan oleh penderita OCD untuk mengurangi kecemasan.
Perawatan atau terapi tersebut bisa membantu kamu untuk belajar dalam melawan dorongan saat ingin melakukan perilaku kompulsif, termasuk saat setelah diberikan paparan yang membuatmu merasa cemas.
2. Pikiran mengganggu muncul ketika bercinta
Setiap orang pasti pernah mengalami pikiran yang mengganggu, tetapi bagi mereka yang mengalami OCD. Pikiran tersebut bisa melekat karena cara kerja otak mereka terhubung.
Orang dengan OCD memiliki pusat ketakutan hiperaktif di otak yang mengirimkan alarm palsu saat bahaya tidak ada. Misalnya, pikirkan ketakutan yang kamu rasakan saat alarm kebakaran berbunyi di tengah malam dan itu adalah alarm palsu. Inilah yang sering terjadi pada penderita OCD.
Pikiran yang tidak diinginkan muncul dan berulang berulang kali, menyerang apa yang paling disukai individu.
Untuk beberapa orang, itu adalah pikiran atau gambaran yang tidak diinginkan tentang berhubungan seks dengan anak-anak, anggota keluarga, hingga tokoh agama.
Bagi yang lain, itu merupakan pikiran atau gambaran yang tidak diinginkan tentang melukai orang yang dicintai. Pikiran tidak hanya memicu kecemasan bagi individu dengan OCD, tetapi juga sangat mematikan.
Sulit untuk mendapatkan mood untuk seks ketika pikiran mengganggu yang kamu anggap menghebohkan telah memenuhi area di otakmu.
Bahkan jika seseorang sedang merasa terangsang dan sedang mood melakukan aktivitas seksual, maka hal itu dapat menjadi pemicu bagi mereka yang hidup dengan OCD.
Beberapa klien yang sedang dalam perawatan OCD melaporkan ketakutan dan kekhawatiran mereka seperti berikut:
- "Saya tidak ingin pikiran muncul saat saya berhubungan seks. Itu akan membuatku takut dan merusak seks!"
- "Bagaimana jika saya mencapai orgasme dan sebuah pikiran yang mengganggu muncul? Apakah itu berarti saya menyukai pikiran itu?”
- “Bagaimana jika saya tidak terangsang seperti yang saya alami di waktu lain dan itu membuktikan bahwa obsesi saya 'benar'?”
- “Bagaimana jika saya membentak dan melakukan sesuatu pada pasangan saya saat berhubungan seks?”
Di sinilah perhatian dan perawatan ERP (Exposure and Response Prevention) berperan. Kenyataannya adalah bahwa pikiran kita sebagian besar berada di luar kendali kita.
Kita tidak dapat menekan jeda pada pikiran yang mengganggu dan semakin keras kita mencoba untuk menekannya, maka semakin banyak pikiran yang tidak diinginkan yang kita miliki.
Penelitian psikolog Daniel Wegner tentang penekanan pikiran adalah buktinya. Dalam studinya, satu kelompok partisipan diminta untuk berpikir tentang beruang putih selama 5 menit. Kelompok lain diberitahu untuk tidak memikirkan beruang putih selama 5 menit.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa partisipan yang diminta untuk tidak memikirkan beruang putih ternyata lebih memikirkan beruang putih daripada partisipan yang diinstruksikan untuk memikirkan beruang putih.
Temuan ini menunjukkan bahwa penekanan pikiran tidak berhasil. Hal ini memberimu dua pilihan, yaitu hindari seks dan biarkan OCD mendikte bagaimana kamu menjalani hidup atau mengekspos dirimu pada seks dan biarkan nilai-nilaimu memandu cara hidupmu.
3. Pengobatan pasien OCD melalui seks
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pasien OCD memang memiliki obsesi seksual yang unik dan bisa dikatakan aneh. Untuk itu, diperlukan terapi ERP (Exposure and Response Prevention) untuk mengatasinya.
Tak hanya dengan ERP, pasien OCD yang mengalami gangguan seksual juga bisa diobati dengan melakukan seks bersama pasangannya untuk membuktikan bahwa obsesi seksualnya salah.
Untuk lebih jelas, berikut pengobatan pasien OCD melalui seks berdasarkan tema obsesif yang mereka rasakan antara lain:
- Obsesi seksual pedofil diobati melalui seks bersama pasangan
Orang dengan obsesi pedofil atau obsesi seksual lainnya seperti pikiran seksual dengan anggota keluarga atau hewan, dapat memanfaatkan seks dengan pasangan sebagai bukti bahwa obsesi seks mereka salah dan mereka juga bisa terangsang oleh pasangan mereka.
Bagi orang yang mengidap OCD, kondisi ini dapat membantu membuktikan kepada diri sendiri bahwa mereka bukanlah pedofil, mereka juga tidak memiliki keinginan untuk berhubungan seks dengan anggota keluarga, hewan atau melakukan tindakan seksual mengganggu lainnya.
- Obsesi orientasi seksual diobati melalui seks bersama pasangan
Orang yang berurusan dengan obsesi orientasi seksual dapat melakukan hubungan seks dengan pasangannya untuk memeriksa atau membuktikan orientasi seksualnya.
Misalnya, seseorang yang telah diidentifikasi sebagai heteroseksual selama 30 tahun mungkin tiba-tiba mendapatkan pemikiran yang mengganggu secara seksual tentang sesama jenis yang menyebabkan mereka tanpa henti meragukan orientasi seksualnya.
Hal ini berlaku untuk semua orientasi seksual. Seseorang yang diidentifikasi sebagai homoseksual mungkin tanpa henti meragukan apakah mereka benar-benar gay atau tidak karena OCD mereka telah melekat pada orientasi seksual.
Ketakutan dengan obsesi orientasi seksual bukanlah bahwa orang dengan OCD adalah gay atau heteroseksual atau apa pun di antaranya, tetapi karena mereka tidak memiliki kepastian 100 persen tentang orientasi seksualnya.
- Obsesi pada hubungan diobati melalui seks bersama pasangan
Seseorang yang berurusan dengan obsesi hubungan, yaitu pikiran mengganggu seputar "kebenaran" pasangan atau hubungan mereka, dapat memanfaatkan seks untuk memeriksa apakah mereka cukup terangsang oleh pasangannya atau tidak.
Hal ini bisa terlihat seperti memeriksa gairah fisik atau secara mental memeriksa perasaan internal saat berhubungan seks.
Demikianlah beberapa dampak buruk OCD pada kehidupan seksual beserta cara mengatasinya. Semoga berhasil dan jangan ragu untuk meminta bantuan profesional guna mengatasi masalahmu.
Baca juga:
- 5 Afterplay yang Diinginkan oleh Suami Usai Berhubungan Seks
- Mengejutkan! Ini 5 Fakta Seks bagi Pengidap Gangguan Bipolar
- 3 Tahapan Penting saat Bercinta demi Meningkatkan Kepuasan Seksual