Dialami Single Parent, Ini 7 Perubahan Tubuh saat Berhenti Bercinta
Apakah kamu juga mengalami hal berikut?
27 Agustus 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Aktivitas seksual dikatakan sebagai tindakan yang didasari oleh cinta. Selain itu, hubungan seksual juga menjanjikan berbagai manfaat, mulai dari kesehatan fisik, mental, bahkan keharmonisan hubungan dengan pasangan dan diri sendiri.
Akan tetapi, bagaimana jika seseorang tidak bisa melakukan hubungan seks lagi karena bercerai atau ditinggalkan oleh pasangan hidupnya? Kira-kira apa yang terjadi pada tubuh bila berhenti berhubungan seksual?
Berikut Popmama.com telah merangkum beberapa perubahan pada tubuh saat berhenti berhubungan seksual.
1. Perubahan pada libido
Mengutip dari laman The Healthy, menunda atau menghindari aktivitas seks dalam periode waktu tertentu dapat mengubah libido. Tergantung kesehatan dan usia, perubahan libido tersebut bisa naik dan turun.
Saat tidak lagi melakukan seks, seseorang mungkin bisa merasa kurang berenergi, dengan penurunan vitalitas dan hasrat seks. Di sisi lain, beberapa orang malah mengalami kenaikan nafsu seksual.
2. Sering sedih dan murung
Seks tidak hanya memberikan manfaat untuk fisik, tetapi juga mental. Jadi, saat berhenti beraktivitas seksual, tentu kondisi psikis akan turut terdampak. Dilansir dari laman WebMD, seks melepaskan dua jenis hormon, yaitu oksitoksin dan endorfin.
Selain dapat meredakan stres, dua hormon tersebut juga berkontribusi terhadap perasaan bahagia membuat tidur nyenyak. Meskipun begitu, beberapa studi telah menunjukkan bahwa ada hubungannya dengan depresi.
Bila kamu termasuk orang yang sehat dan memutuskan untuk tidak lagi berhubungan seks, maka kamu tidak akan menjadi depresi karenanya.
Editors' Pick
3. Organ intim perempuan menjadi lebih kering
Pada perempuan yang mengalami menopause, tanpa hubungan seks teratur, vagina bisa mengencang dan jaringannya bisa menipis dan lebih mungkin untuk terluka, robek, atau bahkan mengalami perdarahan saat berhubungan seksual.
Kondisi ini bisa sangat tidak nyaman, sehingga perempuan dengan gejala-gejala tersebut yang berhenti berhubungan seks akan membuat gejalanya makin parah.
Perubahan pada vagina yang berhubungan dengan menopause, seperti kekeringan dan iritasi pada vagina bisa diatasi dengan pelumas, pelembap, atau estrogen dosis rendah.
4. Mudah terserang penyakit
Salah satu manfaat seks, yakni membuat sistem imun jadi lebih prima, sehingga bisa lebih optimal dalam memerangi infeksi bakteri dan virus. Oleh karena itu, mengurangi frekuensi seks dikaitkan dengan penurunan sistem imun.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat (AS) berjudul "Sexual frequency and salivary immunoglobulin A (IgA)" dalam jurnal Psychological Reports tahun 2004 melibatkan 112 mahasiswa menurut frekuensi aktivitas seksualnya.
Ditemukan bahwa mereka yang berhubungan seks 1-2 kali per minggu memiliki tingkat antibodi IgA yang lebih tinggi, dan tidak gampang sakit.
5. Laki-laki rentan terkena kanker prostat
Untuk kaum adam, seberapa sering mereka beraktivitas seksual dikaitkan dengan risiko kanker prostat. Akan tetapi, buktinya masih belum pasti.
Beberapa ahli menganggap bahwa seks sebetulnya dapat meningkatkan peluang kanker prostat karena adanya risiko penyakit menular seksual yang menyebabkan peradangan.
Akan tetapi, dalam sebuah penelitian berskala besar terhadap hampir 30.000 partisipan laki-laki. Mereka yang ejakulasi lebih dari 21 kali dalam sebulan rata-rata memiliki peluang lebih rendah untuk mengembangkan kanker prostat dalam hidup mereka, dibandingkan dengan laki-laki yang ejakulasi sebanyak 4-7 kali dalam sebulan.
Temuan ini diterbitkan dalam jurnal European Urology pada tahun 2016.
6. Penurunan kemampuan kognitif
Aktivitas seksual ternyata dapat memengaruhi kemampuan kognitif. Jadi, bila berhenti melakukan seks, manfaat ini pun tak lagi didapat.
Dalam sebuah studi di Inggris berjudul "Frequent Sexual Activity Predicts Specific Cognitive Abilities in Older Adults" dalam The Journals of Gerontology tahun 2017, sebanyak 73 peserta berusia 50-83 tahun diberikan tes verbal dan spasial.
Hasilnya, mereka yang aktif secara seksual mencetak skor yang lebih baik daripada mereka yang tidak melakukan seks sama sekali.
Mengapa bisa begitu? Penjelasannya pun masih dicari. Akan tetapi, para peneliti mengatakan bahwa hormon yang dilepaskan saat berhubungan seks dapat membuat kemampuan kognitif di otak lebih on.
7. Mengurangi risiko infeksi saluran kemih
Mengutip dari laman Prevention, seks adalah penyebab umum infeksi saluran kemih (ISK), karena seks itu sendiri bisa mentransfer bakteri dari usus ke rongga vagina lebih jauh ke dalam uretra (tabung tempat keluarnya urine).
Namun, seks bukan satu-satunya penyebab ISK. Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko ISK di antaranya menopause, sering menahan buang air kecil, dan sembelit. Mencegah ISK bukan berarti dengan berhenti berhubungan seks.
Lebih banyak aliran darah ke vagina lewat hubungan seks bisa membantu vagina tetap sehat. Risiko ISK bisa diturunkan dengan segera buang air kecil setelah berhubungan seks.
Nah, itulah hal-hal yang terjadi pada tubuh saat berhenti melakukan aktivitas seksual dalam waktu yang cukup lama. Seks memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan fisik maupun psikis.
Perlu diingat juga bahwa seks merupakan kebutuhan biologis manusia yang tidak seharusnya diabaikan.
Baca juga:
- Selain Nikmat, Ini 5 Manfaat Orgasme untuk Kecantikan Wajah dan Tubuh
- Semakin Panas! 5 Posisi Seks Ini Cocok Dilakukan di Tempat Sempit
- Bikin Susah Klimaks! Ini 5 Tanda Pasanganmu Egois di Ranjang