Kenali Masalah Inkontinensia Tinja Setelah Melahirkan
Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja namun lebih banyak dialami oleh perempuan
9 Maret 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kondisi tubuh seseorang setelah melahirkan tentu akan menunjukkan perubahan yang berbeda-beda baik fisik maupun kesehatan organ tubuh.
Beberapa masalah mungkin akan timbul dan mengganggu kegiatan sehari-hari. Terlebih pada masa kehamilan dan melahirkan tubuh akan meregangkan otot panggul, penopang rahim, usus kecil dan anus.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya masalah pada saluran anus sehingga mengakibatkan inkontinensia tinja.
Inkontinensia tinja sendiri merupakan ketidakmampuan tubuh untuk mengontrol buang air besar sehingga feses akan keluar dari usus bagian akhir atau rektum.
Tidak semua orang akan mengalami inkontinensia setelah melahirkan, ini juga yang membuat inkontinensia tinja memiliki gejala dan penyebab berbeda.
Berikut Popmama.com rangkum penjelasan mengenai inkontinensia tinja yang dialami oleh seseorang setelah melahirkan.
Editors' Pick
1. Penyebab inkontinensia tinja setelah melahirkan
Inkontinensia tinja merupakan kondisi tubuh yang tidak mampu mengendalikan buang air besar. Inkontinensia ini dipengaruhi oleh rektum, anus, dan sistem saraf yang tidak berfungsi secara normal.
Gejala inkontinensia tinja umumnya berbeda. Terdapat dua gejala yang ditimbulkan, yaitu inkontinensia mendesak dan pasif.
Inkontinensia mendesak ditandai dengan adanya dorongan ingin buang air besar tiba-tiba yang sulit dikendalikan.
Sedangkan, Inkontinensia pasif ditandai dengan keluarnya feses secara tidak disadari tanpa adanya keinginan untuk buang air besar.
Kondisi Inkontinensia tinja juga bisa disertai dengan adanya masalah usus lain seperti diare, sembelit, dan kembung.
Inkontinensia tinja pada umumnya terjadi pada seseorang yang memiliki risiko tertentu saja, seperti seseorang yang pernah melahirkan dengan cara normal, lansia, seseorang yang sering mengalami konstipasi, dan memiliki riwayat penyakit yang dapat menyebabkan kerusakan saraf seperti diabetes dan sklerosis ganda.
Penyebab dari kondisi ini juga beragam, antara lain:
- Kerusakan saraf sfringter anus yang disebabkan karena proses melahirkan secara normal dan peregangan berlebihan saat buang air. Serta kondisi medis seperti diabetes dan multiple sclerosis.
- Pernah melakukan operasi seperti menangani sakit wasir atau kondisi lain yang berkaitan dengan anus dan rektum sehingga menyebabkan kerusakan saraf.
- Menurunnya fleksibilitas rektum menampung kotoran yang diakibatkan karena adanya jaringan parut pada dinding rektum.
- Mengalami konstipasi kronis.
- Diare.
- Penggunaan obat pencahar jangka panjang.
2. Cara mengatasi inkontinensia tinja setelah melahirkan
Terdapat beberapa cara untuk mengatasi inkontinensia tinja, yaitu:
- Mengubah pola makan menjadi lebih sehat agar dapat mengembalikan fungsi usus. Makanan yang dipilih bisa yang tinggi serat agar feses dapat normal serta perbanyak minum cairan.
- Mengonsumsi suplemen serat untuk mengatasi konstipasi.
- Mengonsumsi obat yang dianjurkan oleh dokter.
- Melakukan latihan fisik agar mengembalikan kekuatan otot rektum serta saraf sfingter. Latihan fisik yang dapat dilakukan dengan cara biofeedback atau latihan kegel agar otot dapat bekerja sesuai.
- Membuat jadwal buang air besar yang teratur.
- Operasi yang dianjurkan oleh dokter sesuai kondisi dan penyebab inkontinensia tinja.
3. Pencegahan inkontinensia tinja
Inkontinensia tinja merupakan kondisi yang tidak mudah untuk dicegah, hal ini berhubungan dari penyebab inkontinensia itu sendiri.
Beberapa langkah ini dapat dilakukan untuk mengurangi gejala dari inkontinensia, yaitu:
- Mengonsumsi makanan yang tinggi serat dan perbanyak asupan cairan agar mengurangi risiko konstipasi.
- Olahraga dengan teratur.
- Tidak memaksakan buang air besar dengan cara nengejan karena dapat melemahkan otot dubur serta merusak saraf.
- Menjaga kebersihan makanan dan tangan agar terhindar dari diare.
- Menggunakan pakaian dalam berbahan katun agar kulit tetap mendapat aliran udara dan terhindar dari iritasi.
Jika sudah terlanjur mengalami inkontinensia tinja, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk tetap nyaman berkativitas, yaitu:
- Buang air besar sebelum melakukan aktivitas.
- Gunakan popok jika memerlukan.
- Sering menjaga kebersihan area anus.
- Membawa pakaian ganti dan alat pembersih.
- Membawa penghilang bau.
Itulah masalah inkontinensia tinja pasca persalinan yang perlu dipahami.
Baca juga:
- 7 Cara agar Cepat Pulih Pasca Persalinan
- 5 Langkah untuk Kembali Merasakan Bahagia Pasca Persalinan
- Pemeriksaan Pasca Persalinan Kurangi Risiko Komplikasi Hingga Kematian