Menghentikan bayi menyusu dari payudara atau biasa disebut menyapih menjadi masa yang emosional bagi Mama dan si bayi karena kebanyakan bayi mendapatkan ketenangan setelah menyusu kepada ibunya. Selain itu, adanya perubahan cara bayi untuk mendapatkan nutrisi.
Dalam menentukan kapan waktunya menyapih si Kecil, tergantung dari pilihan masing-masing Mama. Umumnya, optimal masa yang direkomendasikan bagi bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif adalah enam bulan.
Selebihnya, masa ketika Mama menyusui adalah hingga bayi berusia dua tahun. Karena si bayi mulai mendapatkan nutrisi tambahan dari MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu).
Mama menganggap si bayi sudah mulai bisa disapih karena terlihat dari tanda-tandanya seperti si bayi sudah bisa duduk dengan kepala tegak dalam waktu lama, berat badan bayi sudah mencapai dua kali lipat dari berat lahir, kondisi alat indra yaitu mata, mulut, dan tangan mulai bekerja dengan optimal sehingga membuatnya dapat memasukkan makanan ke mulut dan sebagainya.
Walaupun si bayi mengalami tanda tersebut, ternyata ada kendala yang membuat ibu menyusui gagal menyapih. Popmama.com telah merangkum 7 kendala tersebut. Simak selengkapnya!
1. Alergi
everydayhealth.com
Yang membuat ibu menyusui gagal menyapih karena anak berisiko mengalami alergi jika mengonsumsi makanan atau minuman selain dari ASI.
Inilah mengapa alasan dianjurkannya bayi disapih setelah berumur 6 bulan ke atas untuk mencegah masalah tersebut.
konsultasikan dengan dokter anak atau ahli kesehatan tentang dampak saat menunda penyapihan, tunggu sampai anak benar-benar tidak mengalami alergi seperti itu setidaknya umur 1 tahun.
Dianjurkan untuk menghindari produk susu sapi atau produk berbahan susu sapi. Terkadang karena pesoalan ini, Mama jadi menunda menyapih si Kecil.
2. Payudara bengkak
motherandbaby.co.id
Kebanyakan ibu menyusui pernah mengalami kondisi ini. Payudara dari ibu menyusui bengkak akibat ASI terlalu penuh.
Menurut para Mama yang menyapih dengan cara perlahan, masalah ini umumnya jarang terjadi.
Ini karena adanya pengosongan payudara yang terjadi secara perlahan. Seiring berkurangnya frekuensi menyusu yang dilakukan Mama, rangsangan pada kelenjar payudara pun menurun. Membuatnya otomatis menurunkan produksi ASI.
Tetapi, tidak sedikit ibu menyusui yang mengalami pembengkakan pada payudaranya pasca menyapih. Tergantung pada individu, ada yang mengalami pembekakan sampai 2 minggu dan disertai dengan panas dan berat pada payudara.
Ada juga ibu menyusui yang jadi sakit dan demam. Tetapi ini merupakan hal yang wajar, ya Ma.
Editors' Pick
3. Sakit
bounty.com
Jika si Kecil mengalami flu atau sedang dalam pertumbuhan gigi, sedang atau setelah masuk rumah sakit, tidak berada dalam konsisi fit, hal ini menjadi kesulitan bagi Mama untuk menyapih. Maka harus tunda dulu proses penyapihan hingga kondisi si Kecil membaik.
Intinya, sebaiknya menunda dulu proses penyapihan hingga si Kecil benar-benar pulih. Begitupun dengan Mama, jika mengalami kondisi yang kurang fit sebaiknya untuk mengecek kesehatan ke dokter dan menunda proses penyapihan.
Waktu terbaik untuk proses penyapihan adalah ketika Mama dan si Kecil sehat, baik secara fisik maupun psikis.
4. Terjadi perubahan besar, faktor dari luar
ruyameali.com
Jika sedang terjadi perubahan besar di keluarga, seperti Mama dan keluarga pindah rumah, berpergian dalam waktu lama, atau perubahan-perubahan besar lainnya, sangat dianjurkan untuk menunda proses penyapihan.
Ini karena saat itu kondisi si Kecil dan Mama mungkin sedang tidak stabil dan bisa membuat si Kecil mengalami stres.
5. Sedang mengandung atau baru saja melahirkan
todaysparent.com
Jika Mama sedang mengandung atau baru mengalami masa pasca pemulihan setelah melahirkan, Mama dianjurkan untuk sebaiknya menunda proses menyapih. Kecuali, proses ini memang diharuskan untuk tidak menyusui si Kecil.
Pasalnya, kebutuhan untuk Mama dan si bayi yang baru lahir harus diutamakan terlebih dahulu.
Memprioritaskan untuk memberikan dulu ASI pada bayi yang baru lahir, setelahnya Mama tetap harus memperhatikan kebutuhan yang terlibat (si Kakak).
6. Stres
Pexels/Kat Jayne
Mengalami konflik dalam pernikahan atau pekerjaan, dan situasi-situasi lainnya yang membuat Mama rentan stres bukanlah situasi ideal untuk melakukan proses penyapihan.
Pasalnya, Ideal untuk Mama bisa memulai proses menyapih ketika Mama atau si Kecil merasa santai dan tidak stres.
Semampu mungkin ketika meniatkan proses menyapih, jangan sampai Mama sedang dalam keadaan tertekan ya, ini bisa memengaruhi psikologis si Kecil juga, lho.
7. Perubahan berat badan
fatherly.com
Pasca menyapih, berat badan Mama bisa saja naik atau bahkan turun.
Hal ini dipengaruhi metabolisme tubuh dan aktivitas masing-masing dari setiap individu perempuan yang melakukan penyapihan. Hal ini membuat Mama jadi ragu lagi untuk melakukan penyapihan dikarenakan kondisi fisik Mama yang berubah.
Solusinya, agar mendapatkan berat badan yang kembali normal yakni menjaga pola makan dan aktif bergerak.
Dua cara ini paling ampuh untuk mengontrol lemak di tubuh. Namun, Ma hal ini sungguh wajar dan badan akan kembali normal jika Mama menjaga kondisi tubuh dengan lebih baik.
Bisa jadi perubahan berat badan ini dipengaruhi faktor hormon dan psikis. Segera setelah hormon tubuh Mama kembali normal, pikiran akan lebih tenang. Berat badan pun akan kembali ideal.
Kekhawatiran yang dirasakan Mama saat pertama kali melakukan sapih anak adalah wajar. Hal penting yang harus Mama ingat saat menyapih adalah fokus terhadap kenyamanan bayi dan diri sendiri.
Jangan memusingkan hal lain dengan membandingkan cara menyapih yang dilakukan orang lain berbeda dengan cara Mama. Karena setiap pengalaman ibu menyusui punya pengalaman uniknya masing-masing.
Mama mungking punya batas waktu tersendiri kapan akan berhenti menyusui, tapi akan lebih baik jika mengikuti batas waktu yang ditentukan tersebut. Semangat ya, Ma!