Setelah melahirkan, pengalaman selanjutnya yang tak akan pernah Mama lupakan adalah saat menyusui si Kecil. Agar aktivitas baru ini bisa berjalan dengan baik, Mama perlu memahami bagaimana cara yang tepat untuk menyusui bayi baru lahir.
Sebab kadang-kadang periode ini terasa lebih sulit secara praktik dibandingkan teorinya lho, Ma.
Terlebih jika tak ada dukungan dari pasangan dan anggota keluarga di sekitar mama. Hal tersebut bisa menurunkan kepercayaan diri Mama, menurunkan produksi ASI, bahkan sampai meningkatkan risiko terjadinya baby blues syndrome.
Segera setelah bayi lahir, Mama sebaiknya melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Dikutip dari situs Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), sebagian besar bayi baru lahir bisa menyusu sendiri jika diletakkan di dada ibunya segera setelah proses melahirkan.
Riset pun menunjukkan bahwa IMD memiliki banyak manfaat, tidak hanya untuk bayi tetapi juga untuk Mama. Meski Mama membutuhkan banyak istirahat setelah melahirkan, IMD tetap bisa dilakukan. Bahkan IMD bisa menjadi proses pertemuan pertama kali yang indah bagi Mama, Papa, dan juga buah hati tercinta.
Momen IMD juga bisa dimanfaatkan oleh Papa untuk membacakan doa di telinga si Kecil. Jadi pada dasarnya, inti dari IMD ini sendiri adalah kontak kulit antara Mama dan bayi, yang kemudian disusul dengan bayi akan menyusu sendiri dan ini sangat bisa dilakukan oleh bayi yang dilahirkan dengan proses operasi caesar sekalipun.
2. Cari posisi pelekatan yang tepat
Freepik/yanalya
Sebenarnya menyusui tidak menyakitkan untuk Mama, dengan catatan semua bagian puting dan sebagian areola bisa benar-benar masuk ke dalam mulut bayi (biasanya areola di bagian atas masih terlihat lebih banyak dibanding areola di bagian bawah).
Posisi pelekatan mulut bayi dengan payudara seperti ini membuat puting mama berada dekat sekali dengan langit-langit mulut bayi yang lembut. Pada posisi ini, dagu bayi menempel pada payudara dan hidungnya akan jauh dari payudara, jadi kepala bayi seperti mendongak.
Posisi seperti ini dapat memudahkan si Kecil untuk menyusu, Ma. Selain itu, perhatikan juga posisi badan bayi. Upayakan tubuh, kepala dan pundaknya berada dalam satu garis lurus menghadap Mama, sehingga perut bayi menempel ke perut atau badan mama.
Jika perlu, gunakan bantal menyusui untuk membantu Mama menemukan posisi yang nyaman.
Intinya, posisi pelekatan yang baik adalah saat Mama dan bayi merasa nyaman sehingga proses menyusui bisa berjalan dengan lancar.
Editors' Pick
3. Jangan lupakan juga kenyamanan mama
Freepik/phduet
Suasana yang tenang dan tempat yang nyaman juga berperan penting saat Mama belajar menyusui di masa-masa awal menyusui.
Sayangnya, pada waktu ini seringkali terlalu banyak kerabat yang berkunjung untuk menjenguk. Akibatnya waktu mama untuk fokus belajar menyusui dan mencari posisi pelekatan yang tepat pun kadang-kadang terganggu.
Jika Mama juga mengalaminya, jangan ragu untuk menyampaikan bahwa Mama sedang butuh privasi untuk menyusui terlebih dahulu. Termasuk jika Mama saat itu masih berada dalam perawatan di rumah sakit.
Prioritaskan kebutuhan si Kecil agar ikatan alias bonding pun bisa lebih cepat terjadi antara Mama dan bayi. Kondisi seperti ini biasanya akan sangat dimaklumi oleh kerabat yang menjenguk kok,
Jika perlu buatlah pengumuman bahwa Mama bersedia menerima kunjungan setidaknya 1-2 pekan setelah melahirkan, dengan begitu Mama punya cukup waktu untuk belajar menyusui terlebih dahulu.
4. Hindari buru-buru memberikan dot
Pexels/Burst
Sulitnya menyusui secara lansung seringkali membuat para Mama baru panik dan pesimis bisa memberikan ASI untuk buah hatinya, sehingga memilih untuk menggunakan dot. Bahkan tak jarang pula ada yang memutuskan untuk memberikan susu formula.
Padahal, produksi ASI ibu yang baru melahirkan memang belum banyak. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya frekuensi si Kecil menyusu, produksi ASI pun akan semakin bertambah.
Sayangnya, hal ini seringkali diartikan bahwa ASI ibu kurang dan mulailah bayi diperkenalkan dengan dot dan susu formula. Padahal cara bayi mengisap dot berbeda dengan cara ia menyusu langsung dari payudara.
Dibutuhkan lebih banyak kerja otot di bagian pipi dan lidah bayi untuk mengeluarkan ASI dari payudara, sehingga mulut bayi perlu terbuka lebar untuk memasukkan sebagian besar areola dan seluruh puting ke mulutnya.
Sedangkan ketika mengisap botol, bayi cukup membuka mulutnya sedikit saja dan aliran susu dari botol pun akan mudah keluar.
Pahamilah, Ma, bahwa bayi adalah mahkluk kecil yang pintar dan cerdas. Jika mereka terbiasa mendapatkan asupan susu yang lebih deras dan cepat maka mereka akan lebih menyukai botol dot daripada menyusu langsung dari payudara.
5. Tak ragu untuk berkonsultasi dengan konselor laktasi
Freepik/tirachardz
Ketika Mama mengalami masalah atau hambatan saat menyusui si Kecil, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan konselor laktasi. Para pakar ini akan membantu Mama mendapatkan posisi pelekatan yang tepat, mencarikan posisi nyaman untuk Mama, serta membantu mengatasi masalah menyusui lainnya.
Selain di rumah sakit ibu dan anak, konselor laktasi kini juga banyak yang sudah membuat klinik mandiri, Ma.
Jika perlu, ajak juga suami atau anggota keluarga lain untuk mendampingi. Sebab diperlukan dukungan dari orang-orang di sekitar mama juga untuk melancarkan proses menyusui.
6. Kenali kebiasaan menyusu bayi
Pixabay/smpratt90
Sedikit demi sedikit Mama akan mulai mengenali kebiasaan menyusu si Kecil. Ingat ya, Ma, hindari membatasi waktu menyusu dan frekuensi menyusui.
Seringkali ada informasi yang menyatakan bahwa bayi harus menyusu minimal dalam interval 2 sampai 3 jam. Atau informasi lain yang menyebutkan bahwa apabila setiap jam bayi ingin menyusu, itu adalah pertanda bayi manja.
Menurut AIMI, kedua informasi tersebut hanyalah mitos dan merupakan kesalahpahaman, Ma. Sangat wajar jika pada saat baru dilahirkan bayi mungkin akan lebih sering menyusu. Sebab ia pun juga masih dalam tahap belajar untuk bisa mendapatkan posisi menyusu yang nyaman.
Bayi yang melekat dengan baik pada payudara tidak akan menghabiskan waktu berjam-jam di payudara dalam satu sesi menyusu. Maka jika dia menyusu pada satu payudara berjam-jam lamanya, maka itu salah satu pertanda bahwa pelekatannya tidak baik atau ia tidak mendapatkan cukup pasokan ASI.
7. Jangan pernah menyerah
Pexels/Wendy Wei
Ingatlah bahwa sebesar apapun masalah yang Mama hadapi pada tahap awal menyusui si Kecil, jangan pernah menyerah dengan keadaan. Percaya bahwa setiap hambatan pasti ada solusinya.
Tak perlu mendengar komentar pedas atau kritik dari orang lain yang sifatnya tidak membangun atau justru hanya membuat Mama jadi terpuruk.
Sebaliknya, kelilingi diri dengan orang-orang yang selalu mendukung. Termasuk cari waktu untuk rutin berkonsultasi dengan konselor laktasi.
Dengan begitu, proses menyusui pun akan berjalan lebih lancar dan bisa dilewati dengan baik.
Itulah cara menyusui bayi baru lahir yang bisa Mama lakukan. Tetap semangat ya, Ma!