Missed Abortion, Janin Meninggal tanpa Gejala Keguguran
Keguguran di awal fase kehamilan ini sulit dideteksi bila tanpa cek USG, Ma
11 Oktober 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap ibu hamil tentu menginginkan kehamilannya bisa berjalan dengan lancar dan sehat, sampai waktunya persalinan. Namun seringkali ada beberapa masalah yang bisa terjadi, terutama di fase awal kehamilan.
Salah satunya adalah missed abortion, atau yang sering juga disebut sebagai silent miscarriage atau missed miscarriage. Kondisi ini terjadi pada awal kehamilan, khususnya pada usia sebelum 20 minggu.
Sayangnya, kondisi missed abortion ini sulit terdeteksi tanpa pemeriksaan ultrasound (USG) dan gejalanya bahkan seringkali tidak dirasakan.
Namun demikian, missed abortion memerlukan tindakan medis segera dari dokter agar tidak membahayakan nyawa mama. Berikut informasi lengkap dari Popmama.com tentang missed abortion, saat janin meninggal tanpa gejala keguguran, yang wajib Mama ketahui:
1. Apa itu missed abortion?
Missed abortionadalah keguguran di mana janin mama tidak terbentuk atau telah meninggal, namun plasenta dan jaringan embrionya masih ada di dalam rahim.
Kondisi ini bukanlah termasuk dalam kategori aborsi elektif. Para pakar medis menggunakan istilah ‘aborsi spontan’ untuk merujuk pada keguguran. Berbeda dengan keguguran pada umumnya, padamissed abortion seringkali tidak menyebabkan gejala perdarahan dan kram perut.
Akibatnya, kondisimissed abortion ini sering terlewatkan dan tidak diketahui keberadaannya oleh ibu hamil.
Missed abortion biasanya rentan terjadi di awal kehamilan, tepatnya sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu. Kondisi ini juga hampir tidak bisa dideteksi tanpa pemeriksaan ultrasound alias USG.
Ada dua karakteristik missed abortion, yaitu ketika sel telur menempel di rahim tanpa ada janin yang berkembang dan saat detak jantung terus melemah sebagai pertanda adanya masalah pada pertumbuhan janin.
Karena tidak ada gejala keguguran yang dirasakan, sebagian besar tidak akan merasakan bahwa dirinya mengalami keguguran alias missed abortion. Mereka pun kerap menganggap dirinya masih hamil.
Editors' Pick
2. Penyebab missed abortion
Sampai saat ini, penyebab pasti dari missed abortion belum sepenuhnya diketahui. Namun hampir 50 persen kasus missed abortion yang terjadi adalah karena kelainan kromosom.
Tepatnya, embrio memiliki jumlah kromosom yang tidak sesuai, sehingga tumbuh kembangnya terganggu dan bahkan sampai menyebabkan janin meninggal di usia awal kehamilan.
Selain itu, missed abortion juga bisa disebabkan oleh adanya masalah rahim, seperti jaringan parut. Mama juga diketahui menjadi berisiko lebih tinggi untuk mengalami missed abortion jika memiliki riwayat gangguan endokrin atau autoimun.
Juga termasuk jika Mama adalah perokok berat. Trauma fisik juga diyakini dapat menyebabkan missed abortion.
Apabila Mama terdiagnosis mengalami missed abortion, kemungkinan besar tidak bisa menentukan secara pasti apa penyebabnya. Intinya pada kasus missed abortion, embrio berhenti berkembang dan biasanya tidak ada penjelasan yang jelas. Jadi penting untuk tidak menyalahkan diri sendiri ya, Ma.