Perbedaan Postpartum Depression dengan Baby Blues
Beda kondisi, beda pula gejala dan cara mengobatinya
18 Februari 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setelah melewati proses kehamilan dan persalinan yang melelahkan, pada umumnya ibu baru akan merasa bahagia ya, Ma. Akhirnya momen untuk bisa bertemu dengan buah hati kesayangan datang juga.
Meski demikian, ada justru sebagian ibu baru yang malah merasakan perasaan sedih yang mendalam, takut, cemas dan bahkan tidak mau melihat bayinya. Lho, kok?
Kondisi ini disebut sebagai baby blues dan postpartum depression. Sering dianggap sama, kedua masalah ini sebenarnya berbeda, Ma. Dengan demikian, pengobatan yang diperlukan pun juga berbeda.
Agar tak tertukar, yuk kenali lebih lanjut tentang perbedaan postpartum depression dan baby blues seperti dirangkum Popmama.com berikut ini:
Editors' Pick
1. Definisi baby blues dan postpartum depression
Setiap trimester kehamilan, Mama biasanya akan merasa bahagia dan tidak sabar menanti hari kelahiran si Kecil. Menerima bantuan yang tepat selama kehamilan tidak hanya baik bagi Mama tetapi juga bagi keluarga, terutama untuk meminimalkan risiko postpartum depression.
Dikutip dari American Pregnancy Association, sebagian besar ibu baru mengalami kondisi baby blues yang normal, yang berlangsung selama beberapa hari hingga dua minggu.
Selama periode waktu tersebut, Mama biasanya akan tampak mengalami beberapa hal seperti mood berubah-ubah, sering menangis dan stres.
Ketika baby blues berlangsung terus-menerus selama lebih dari dua minggu setelah melahirkan dan semakin intens, ini bisa menjadi pertanda dari postpartum depression.
Postpartum depression adalah masalah mood yang paling umum terjadi pada ibu baru. Penyebab utama postpartum depression adalah perubahan besar hormon reproduksi setelah melahirkan.
Selain itu, kurang tidur, asupan nutrisi yang tidak memadai, serta kurangnya dukungan dari suami serta keluarga akan menjadi pemicu datangnya postpartum depression.
2. Perbedaan gejala postpartum depression dan baby blues
Meski terlihat mirip, gejala dari postpartum depression dan baby blues sebenarnya berbeda. Mulai dari periode waktu, hingga tingkat intensitasnya.
Umumnya gejala dari baby blues berlangsung hanya dalam waktu beberapa hari atau kurang dari dua minggu setelah melahirkan.
Gejala dari baby blues:
- Sedih terus-menerus, terutama karena perubahan hormon-hormon tubuh setelah melahirkan
- Sering merasa lelah berlebihan
- Tidak bisa tidur dan sulit menemukan waktu untuk istirahat
- Khawatir
Gejala dari postpartum depression:
- Tingkat percaya diri yang rendah
- Kesulitan tidur di siang dan malam hari (bahkan ketika bayi sedang tidur)
- Penurunan nafsu makan yang ekstrem
- Sering marah dan tidak bisa mengendalikan marah, terutama saat bayi menangis tanpa henti
- Cemas tanpa alasan
- Merasa kewalahan dan sering menangis tanpa sebab
- Sering merasa putus asa
Biasanya postpartum depression terjadi dalam periode waktu lebih dari dua minggu, bahkan bisa sampai berbulan-bulan jika tidak diatasi dengan benar. Pahami bahwa postpartum depression tidak bisa hilang dengan sendirinya, sehingga memerlukan pengobatan dari dokter.
Jika depresi dan stres yang Mama alami tidak hilang dalam waktu lebih dari dua minggu atau tampak semakin memburuk, segera cari bantuan tenaga profesional. Ingat, postpartum depression bukanlah hal yang memalukan dan Mama tidak sendirian mengalaminya.
Dr Liz McDonald dari The Royal College of Psychiatrists menyebutkan bahwa perempuan dengan postpartum depression biasanya akan tampak sangat takut tentang hal-hal normal yang terjadi pada bayi dan berpikir itu adalah kesalahan mereka.
3. Perawatan postpartum depression dan baby blues
Waktu perawatan dan pemulihan terhadap kedua kondisi ini bervariasi, bergantung pada tingkat keparahan depresi dan kebutuhan individu. Jika diperlukan, dokter mungkin akan merujuk Mama ke tenaga profesional kesehatan mental.
Dilansir Mayo Clinic, untuk baby blues biasanya masalah ini akan hilang dengan sendirinya dalam hitungan hari atau maksimal dua minggu setelah persalinan.
Guna membantu meredakan gejala baby blues, Mama bisa beristirahat sebanyak mungkin dan mengonsumsi makanan bergizi sesuai kebutuhan. Selain itu, jangan ragu meminta bantuan dari keluarga dan teman, serta carilah wadah komunikasi baru antara sesama ibu untuk mencari informasi.
Jangan lupa menciptakan waktu untuk diri sendiri alias me time. Misalnya dengan menonton film, pergi ke salon atau spa massage. Ini penting untuk mengatasi rasa cemas dan membuat pikiran Mama lebih rileks.
Sementara itu, pada postpartum depression biasanya diperlukan pengobatan dengan psikoterapi atau konseling kesehatan mental. Pada terapi ini, Mama bisa menemui psikiater, psikolog, atau profesional kesehatan mental lainnya. Ungkapkan semua yang Mama rasakan, sehingga Mama bisa dibantu untuk menetapkan tujuan yang realistis dan menanggapi situasi dengan cara yang positif.
Kadang-kadang pada postpartum depression juga diperlukan terapi obat-obatan antidepresan. Obat ini hanya diresepkan oleh dokter, yang tentunya memerlukan perhatian khusus jika Mama menyusui.
Dengan perawatan yang tepat, gejala postpartum depression dan baby blues akan terus membaik seiring berjalannya waktu. Yang penting, dukungan dari pasangan, keluarga dan sahabat menjadi faktor yang tak boleh diabaikan.
Demikian informasi tentang perbedaan postpartum depression dan baby blues yang perlu Mama ketahui. Konsultasikan pada tenaga profesional jika Mama benar-benar membutuhkannya, ya.
Baca juga:
- Eksklusif: Pengalaman Eriska Rein Berjuang Menghadapi Baby Blues, Merasa Tak Siap Punya Anak
- 44,3 Persen Ibu Melahirkan Alami Baby Blues, Apa yang Harus Dilakukan?
- Aurel Hermansyah Berbagi Tips Atasi Baby Blues, Apa Peran Papa Atta?