Perut Sulit ‘Kempes’ Lagi setelah Melahirkan? Waspada Diastasis Recti
Perhatikan kondisi perut Mama setelah melahirkan, ya
19 Januari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setelah 9 bulan kehamilan dengan perut yang tumbuh kian membesar, setelah melahirkan salah satu hal yang paling diinginkan para ibu adalah perut bisa kembali ‘kempes’ lagi.
Namun kadang bisa terjadi suatu kondisi di mana otot perut mengalami pemisahan saat kehamilan, yang kemudian membuat perut kehilangan elastisitasnya. Akibatnya, perut pun hampir tidak bisa kembali tampak langsing dan masih terlihat seperti sedang hamil.
Kondisi ini cukup umum dialami oleh perempuan. Namun demikian, ada beberapa hal yang bisa Mama lakukan untuk mengurangi risiko kejadiannya. Dirangkum Popmama.com dari berbagai sumber, yuk intip informasinya:
1. Apa itu diastasis recti?
Dilansir What To Expect, diastasisrecti adalah kondisi di mana otot perut mengalami pemisahan akibat pengembangan saat hamil. Adanya tekanan dari rahim untuk mendukung tumbuh kembang janin, serta adanya hormon kehamilan, dapat menyebabkan otot-otot sixpack melebar.
Otot sixpack merupakan otot sisi kiri dan kanan rektus abdominis yang menutupi bagian depan perut. Ketika jarak pada otot-otot ini bermasalah, jaringan perut bisa kehilangan elastisitasnya, Ma.
Akibatnya, perut pun hampir tidak bisa kembali seperti kondisi sebelum Mama hamil. Pada sebagian kasus, perut dengan diastasis recti akan tampak kendur dan tampak sedikit menggembung jika dilihat dari arah samping.
Editors' Pick
2. Faktor risiko perempuan dengan diastasis recti
Ada beberapa faktor risiko yang bisa menyebabkan terjadinya diastasis recti. Salah satunya adalah ketika Mama hamil dengan bayi kembar, sebab pada kondisi ini perut akan meregang lebih jauh untuk tempat bayi.
Faktor risiko diastasis recti juga berlipat kali dimiliki oleh perempuan yang hamil lebih dari 1-2 kali, karena ini berarti otot perutnya sudah mengalami peregangan beberapa kali.
Selain itu, faktor genetik juga mengambil peran, Ma. Jika ibu dari Mama pernah mengalami diastasis recti, Mama pun berisiko lebih besar kelak akan mengalaminya juga.
Kegemukan dan memiliki berat badan yang berlebihan pun menjadi salah satu faktor risiko dari diastasis recti. Oleh sebab itu, penting untuk selalu mengontrol pola makan dan mengatur berat badan selama hamil agar tidak naik berlebihan.
Perhatikan juga jarak kehamilan antara anak pertama dan kedua, jarak yang terlalu dekat seringkali membuat risiko diastasis recti semakin besar.
3. Tanda dan gejala diastasis recti
Salah satu tanda dan gejala khas yang mungkin dirasakan ketika Mama mengalami diastasis recti adalah pembengkakan atau ada jarak antara garis tengah perut.
Selain itu, perhatikan juga apakah Mama memiliki keluhan nyeri pada punggung bagian bawah, rasa sakit pada panggul, serta batuk atau bersin berbarengan dengan keluarnya urine (yang tidak terkendali atau tidak disadari).
Meskipun mungkin bukan masalah besar, diastasis recti kadang-kadang dapat menurunkan kepercayaan diri karena perut jadi terlihat buncit, padahal Mama sudah tidak hamil lagi alias sudah melahirkan.
Sebagian besar pengidap diastasis recti bahkan tidak menyadari tengah mengalaminya, sampai kemudian melakukan pemeriksaan menyeluruh ke dokter.
4. Bisakah diastasis recti dicegah?
Sebenarnya belum ada cara paling efektif yang terbukti mampu mencegah terjadinya diastasis recti. Namun demikian, diyakini bahwa otot perut yang kuat akan membantu mencegah terjadi pemisahan otot sixpack yang lebih efektif.
Didampingi oleh pelatih profesional, cobalah untuk rutin melakukan latihan yang melibatkan otot abdominus transversal dan abdominus rectus lebih efektif.
Pada trimester ketiga, jika baby bump alias tonjolan pada perut sudah sangat besar dan perut terasa ‘longgar’, bantu otot perut dengan mengenakan sabuk perut guna memberi dukungan tambahan.
5. Diagnosis dan pemeriksaan diastasis recti
Diastasis recti seringkali tidak terdeteksi pada awal kehamilan. Kondisi ini umumnya baru akan mulai dirasakan pada akhir trimester ketiga atau bahkan setelah melahirkan. Kala itu, dinding perut mungkin akan terasa kendur, Ma.
Setelah melahirkan, beberapa ahli menyarankan Mama menunggu hingga beberapa minggu untuk memeriksa apakah benar mengalami diastasis recti, karena pada jeda waktu ini masih ada begitu banyak perubahan hormon dan fisik yang terjadi. Ada kemungkinan secara alami jarak antara otot perut pun bisa menutup sendiri.
Sebelum ke dokter, ada baiknya Mama coba melakukan pemeriksaan sendiri di rumah. Caranya: berbaring telentang, tekuk lutut dan posisikan telapak kaki rata di lantai. Tempatkan kepala dan bahu dengan nyaman menggunakan bantal, sandarkan tangan ke samping. Setelah itu, angkat sedikit kepala Mama dengan tangan terulur ke depan. Raba bagian perut dengan jari Mama, dengan posisi jari menekan dengan garis vertikal di atas dan di bawah pusar.
Hitung seberapa besar jeda yang ada: 1-2 jari masih dianggap normal, namun ketika jedanya sudah lebih dari 3 jari ada kemungkinan itu adalah tanda diastasis recti.
Ingat ya, adanya jeda di otot perut ini masih sangat wajar terjadi pada minggu pertama setelah melahirkan. Namun supaya lebih pasti, konsultasikan ke dokter.
Baca juga:
- 6 Artis Sedang Hamil Anak Kedua, Akan Melahirkan di Tahun 2022
- Pusar Bodong Setelah Melahirkan, Waspada Hernia Umbilikalis
- Remaja 17 Tahun Melahirkan Bayi Prematur Terkecil di Inggris