Tekanan Darah Tinggi Pasca Melahirkan? Waspada Preeklampsia Postpartum
Apa saja hal penting yang perlu Mama ketahui tentang kondisi ini?
1 September 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tekanan darah tinggi naik setelah melahirkan? Bisa jadi Mama mengalami preeklampsia postpartum. Ya, kondisi ini mirip seperti preeklampsia pada umumnya, namun berkembang justru setelah persalinan.
Hati-hati, Ma. Kondisi ini tetap harus diwaspadai meskipun persalinan sudah usai. Tetap konsultasikan selalu dengan dokter jika ada hal-hal yang Mama rasakan berbeda setelah melahirkan.
Termasuk jika Mama mengalami gejala awal seperti mudah pusing, bengkak di area tubuh tertentu, nyeri di perut bagian atas serta kenaikan berat badan yang mendadak.
Nah, berikut Popmama.com ulas informasi lengkap soal preeklampsia postpartum yang perlu Mama ketahui:
1. Definisi preeklampsia postpartum
Seperti telah disebutkan sebelumnya, preeklampsia postpartum hampir sama seperti preeklampsia pada umumnya. Hanya saja kondisi ini berkembang bukan saat hamil, melainkan setelah melahirkan.
Preeklampsia postpartum biasanya ditandai dengan beberapa tanda khas, di antaranya tekanan darah yang menjadi lebih tinggi daripada biasanya, serta ada kelebihan jumlah protein dalam urine, yakni sekitar lebih dari 300 mg.
Dalam kebanyakan kasus, preeklampsia postpartum terjadi dalam rentang waktu antara 48-72 jam setelah melahirkan. Namun dalam beberapa kasus tertentu, kondisi ini bisa muncul sampai enam minggu setelah melahirkan.
Apabila dokter mendiagnosis Mama mengalami preeklampsia postpartum setelah melahirkan berarti kemungkinan Mama akan mendapatkan perawatan kembali di rumah sakit.
Terutama sampai tekanan darah bisa terkendali kembali. Hal ini menjadi penting karena apabila preeklampsia postpartum tidak diatasi dengan tepat, efeknya bisa sampai memicu kejang atau komplikasi lainnya.
Editors' Pick
2. Penyebab preeklampsia postpartum
Sampai saat ini, penyebab pasti dari preeklampsia postpartum masih belum diketahui secara pasti, Ma.
Namun diyakini bahwa kondisi ini mungkin telah berkembang dalam tubuh Mama selama kehamilan, hanya saja ini baru terlihat jelas setelah Mama melahirkan.
Selain itu, beberapa ahli juga menduga kuat bahwa preeklampsia postpartum mungkin merupakan akibat dari perubahan pada lapisan pembuluh darah saat Mama hamil, yang disebabkan oleh faktor genetik atau kondisi lingkungan tertentu.
3. Faktor risiko preeklampsia postpartum
Ada beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan preeklampsia postpartum. Nah, beberapa yang umum salah satunya yakni hipertensi selama kehamilan.
Apabila tekanan darah Mama sangat tinggi pada usia kehamilan sekitar 20 minggu, Mama lebih rentan mengalami preeklampsia postpartum nantinya.
Gangguan kekebalan tubuh yang dapat menghambat interaksi plasenta dan sistem imun juga dapat menyebabkan hipertensi selama kehamilan.
Terkait pola makan dan gaya hidup, obesitas adalah faktor risiko lain yang juga dapat meningkatkan risiko Mama mengalami preeklampsia postpartum.
Apabila Mama sedang hamil dengan janin kembar, risiko preeklampsia postpartum juga menjadi lebih tinggi, Ma. Begitu juga apabila di dalam keluarga Mama ada riwayat dengan preeklampsia postpartum, faktor risikonya menjadi lebih besar pula.
4. Gejala preeklampsia postpartum
Gejala dari preeklampsia postpartum sangat mirip dengan gejala preeklampsia pada umumnya. Mama pun perlu lebih cermat mengamati apakah ada tanda-tanda ini setelah melahirkan.
Tekanan darah tinggi adalah indikator utama. Jika tekanan darah Mama biasanya 120/80 mmHg kemudian berangsur-angsur naik bahkan sampai rata-rata di atas 140/90 mmHg, Mama perlu berkonsultasi ke dokter.
Perhatikan juga kadar protein yang berlebihan dalam urine. Apabila jumlahnya berlebihan, yakni mencapai lebih dari 300 mg, ada kemungkinan ini adalah tanda dari preeklampsia postpartum.
Gejala lainnya dari preeklampsia postpartum yang juga sebaiknya Mama perhatikan yakni munculnya sakit kepala yang cukup mengganggu setelah melahirkan. Begitu juga jika Mama mengalami sensitivitas terhadap cahaya, penglihatan kabur atau hilangnya penglihatan sementara.
Pembengkakan pada anggota badan atau wajah setelah melahirkan (biasanya dalam 48 jam) pun bisa menjadi tanda awal dari preeklampsia postpartum.
Yang berbahaya, perhatikan juga munculnya rasa nyeri di perut bagian atas, yang juga disertai dengan mual dan muntah sekitar 72 jam setelah melahirkan.
5. Pemeriksaan dan pengobatan preeklampsia postpartum
Untuk menegakkan diagnosis preeklampsia postpartum, dokter biasanya akan melakukan beberapa pemeriksaan rutin setelah Mama melahirkan. Beberapa di antaranya yakni dengan tes darah dan tes urine.
Tes darah dilakukan untuk memeriksa fungsi ginjal dan hati. Tes ini juga menunjukkan tingkat trombosit dalam darah. Trombosit adalah sel yang mengatur bekuan darah dan sangat penting dalam kasus perdarahan yang berlebihan.
Sementara itu, tes urine dilakukan untuk memeriksa kadar protein dalam urine. Jika ada lebih dari 300 mg protein dalam urin Mama, ada kemungkinan Mama mengalami preeklampsia postpartum.
Jika diagnosis Mama positif preeklampsia postpartum, Mama mungkin perlu menghabiskan waktu perawatan lagi di rumah sakit. Ini supaya dokter dapat memantau tekanan darah Mama dan memulai perawatan untuk kondisi tersebut.
Tindakan perawatan dan pengobatan preeklampsia postpartum biasanya dilakukan melalui obat-obatan. Jika Mama memiliki kasus preeklampsia postpartum ringan, biasanya Mama akan diresepkan magnesium sulfat selama sekitar 24 jam.
Kondisi dan tekanan darah Mama juga akan dimonitor secara rutin. Namun apabila tekanan darah Mama lebih dari 150/100 mmHg, Mama mungkin akan diberikan obat antihipertensi.
Yang terpenting, ikuti anjuran dokter supaya Mama cepat pulih, ya!
Baca juga:
- Bukan Baby Blues, Waspada Postpartum Anxiety setelah Melahirkan
- 5 Langkah Mengatasi Postpartum Depression
- Postpartum Depression: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasi