3 Jenis Depresi Pasca Melahirkan yang Rentan Dialami Mama Baru
Semua mama yang baru melahirkan berisiko mengalaminya
30 April 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Melahirkan seorang bayi tentu membawa kebahagiaan bagi semua mama. Namun dalam beberapa kasus dan kondisi tertentu, kehadiran Si Kecil malah menjadi momok yang menakutkan dan membuat sejumlah perempuan merasa tertekan.
Akibat kurangnya waktu tidur, tanggung jawab baru, dan kurangnya waktu untuk diri sendiri, seringkali memicu stres pada banyak ibu baru karena gangguan emosi yang naik turun.
Menurut Samantha Meltzer-Brody, M.D., Associate Professor dan Direktur Program Psikiatri Perinatal, UNC Center for Women’s Mood Disorder, banyak perempuan merasakan adanya tekanan dari masyarakat yang luar biasa ketika mereka memiliki bayi.
Mungkin ini bisa berupa tuntutan peran sebagai seorang ibu.
Berikut Popmama.com rangkum 3 jenis depresi pasca melahirkan yang rentan dialami ibu baru beserta penyebabnya:
Penyebab Perempuan Rentan Mengalami Depresi setelah Melahirkan
Selain faktor kelelahan secara fisik, kadar hormon juga memengaruhi terjadinya gangguan emosi, stres, hingga depresi pasca melahirkan. Saat hamil, kadar hormon estrogen dan progesteron di dalam tubuh seorang perempuan akan lebih tinggi dari sebelumnya.
Namun saat melahirkan bayi dan mengeluarkan plasenta, kadar hormon tersebut akan turun secara drastis.
Nah, proses neurobiologis inilah yang bisa memicu gangguan emosi hingga depresi, terutama bagi Mama yang baru pertama kali melahirkan.
Faktor lain yang membuat seorang mama lebih berisiko mengalami perubahan mood setelah melahirkan, adalah kelahiran traumatis atau tidak direncanakan karena suatu masalah pada kehamilan. Riwayat depresi pada keluarga juga bisa meningkatkan risiko seorang perempuan mengalami depresi juga setelah melahirkan.
Editors' Pick
Macam Jenis Depresi Pasca Melahirkan
Sebagian besar perempuan merasakan tantangan yang luar biasa pada masa transisi ketika baru menjadi mama. Selain kebahagiaan, pastinya ada banyak kelelahan, emosi, dan cemas yang mereka rasakan. Walaupun sangat wajar, perubahan mood ini bisa berkembang menjadi lebih parah jika tidak ditangani dengan baik.
Karena itu, yuk kenali apa saja jenis gangguan depresi yang rentan terjadi pasca melahirkan dan ciri-cirinya agar bisa ditangani dengan tepat.
1. Baby blues
Pada kasus baby blues, Mama akan merasa lebih emosional pada hal-hal sepele, bahkan tak jarang menangis sepanjang waktu. Beberapa perempuan juga mengalaminya mirip dengan gejala moodswing saat PMS.
Ada juga yang mengalami suasana hati yang tidak stabil, gangguan mood, mudah tersinggung, cemas terus menerus, kurang konsentrasi, hingga merasa tertekan.
Biasanya gejala baby blues berlangsung lebih pendek, yakni hanya sekitar dua minggu setelah melahirkan. Ini sering dianggap sebagai masa transisi.
Solusi:
Luangkan waktu semaksimal mungkin untuk tidur, terutama saat Si Kecil juga tertidur. Jagalah pola makan mama dengan baik dan jangan ragu untuk meminta bantuan dengan orang terdekat yang ada di rumah untuk meringankan beban mama.
Bagaimana pun, Mama tidak akan sanggup menyelesaikan semua pekerjaan rumah seorang diri jika sudah memiliki bayi.
2. Depresi postpartum
Gejala depresi ini hampir mirip dengan gejala baby blues, hanya saja jauh lebih parah. Mama mungkin akan mengalami perasaan cemas, sedih dan lebih banyak menangis, mudah tersinggung, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, depresi, hingga merasa putus asa dan kurang tertarik pada bayi sendiri.
Bahkan, terkadang beberapa mama yang mengalami depresi ini berpikir untuk menyakiti bayinya sendiri atau diri sendiri.
Mereka juga akan kehilangan minat dalam melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan, merasa tidak berharga, tidak kompeten, atau tidak mampu untuk menangani bayinya. Ada juga yang mengalami kekhawatiran yang berlebihan tentang kesehatan bayi.
Depresi postpartum akan bertahan lebih lama dari dua minggu setelah melahirkan. Biasanya muncul selama 2-3 bulan pertama setelah melahirkan, tetapi dapat terjadi kapan saja setelah persalinan.
Solusi:
Depresi postpartum perlu penanganan ahli karena bisa berkembang menjadi kondisi yang lebih buruk. Jika mengalami gejala seperti depresi dan rasa gelisah hingga dua minggu setelah melahirkan, sebaiknya Mama berkonsultasi pada dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
3. Psikosis postpartum
Kondisi ini merupakan kelainan langka yang sangat serius, dan dapat berkembang setelah melahirkan. Gejala depresi ini ditandai dengan halusinasi.
Karena berisiko tinggi untuk bunuh diri atau bahkan membunuh bayi, penderita psikosis postpartum biasanya perlu dipantau secara ketat atau rawat inap untuk menjaga keselamatan sang ibu dan bayi.
Psikosis muncul secara tiba-tiba, biasanya dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, atau dalam 48 jam.
Ibu yang mengalami depresi ini biasanya memperlihatkan beberapa gejala, seperti halusinasi, paranoid yang irasional, kecemasan ekstrim, kebingungan atau disorientasi, suasana hatinya cepat berubah, berperilaku aneh, berpikir untuk menyakiti dirinya sendiri atau bayinya hingga pembunuhan.
Solusi:
Psikosis postpartum dianggap sebagai keadaan darurat medis dan sangat membutuhkan perhatian dari tim ahli segera. Hubungi dokter atau tim ahli untuk penanganan.
Itulah 3 jenis depresi pasca melahirkan yang perlu diwaspadai. Gangguan mood atau emosi terkadang memang tidak dapat dihindarkan karena kelelahan fisik, tetapi risiko depresi bisa diminimalkan jika Mama bisa mengelola dan mengendalikannya.
Baca juga:
- Penting! Ini yang Terjadi pada Fisik dan Mental setelah Melahirkan
- 4 Cara Mempersiapkan Mental Calon Mama Jelang Persalinan
- Ini Ma, 5 Cara Mencegah Baby Blues Sindrom Pasca Melahirkan