5 Fakta Mengenai Retensi Plasenta, Komplikasi Kehamilan Langka
Retensi plasenta adalah ketika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir
23 Mei 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ingatlah, setiap ibu hamil akan memiliki pengalaman persalinan yang berbeda-beda. Mungkin sebagian dari mereka merasa khawatir ada yang tidak beres di tahap akhir persalinannya. Salah satunya terjadi komplikasi kehamilan langka seperti retensi plasenta.
Retensi plasenta adalah ketika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir. Kondisi ini merupakan masalah serius, karena dapat menyebabkan infeksi parah atau kehilangan darah yang mengancam jiwa.
Agar lebih jelas, sebaiknya pelajari lebih lanjut tentang 5 fakta retensi plasenta. Berikut Popmama.com berikan ulasan selengkapnya:
1. Apa yang dimaksud dengan retensi plasenta?
Perlu diketahui, retensi plasenta adalah komplikasi langka yang hanya memengaruhi sekitar 2-3 persen dari semua persalinan yang terjadi. Terutama ketika semua atau sebagian plasenta tertahan di dalam rahim saat bayi lahir. Sedangkan selama kehamilan, plasenta menempel pada lapisan rahim.
Dirilis dari Americanpregnancy, tahap akhir persalinan terjadi ketika plasenta dikeluarkan dari rahim ibu. Bagi banyak perempuan, proses ini terjadi dengan sendirinya setelah bayi lahir melalui jalan lahir. Namun sebagian orang memiliki proses yang tidak terjadi secara otomatis, sehingga menimbulkan fenomena yang disebut retensi plasenta.
Berikut ada 3 jenis retensi plasenta, yakni:
- Pelekatan plasenta terjadi ketika plasenta tidak terlepas secara spontan dari rahim dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir. Ini termasuk jenis retensi plasenta yang paling umum.
- Plasenta yang terperangkap terjadi ketika plasenta terlepas dari rahim, tetapi tidak secara spontan meninggalkan rahim.
- Plasenta akreta terjadi ketika plasenta tumbuh ke dalam lapisan rahim yang lebih dalam dan tidak dapat terlepas secara spontan dari rahim. Kondisi dari jenis retensi plasenta tersebut yang paling berbahaya dan dapat menyebabkan perlunya histerektomi hingga transfusi darah.
Editors' Pick
2. Apa penyebab dari retensi plasenta?
Ma, bahwa alasan paling umum untuk retensi plasenta adalah tidak cukupnya kontraksi di dalam rahim. Dimana kontraksi dapat melambat atau rahim mengalami kesulitan berkontraksi karena berbagai alasan. Ini termasuk saat ibu hamil memiliki ukuran bayi yang besar.
Sementara plasenta bisa dipertahankan jika kontraksi tidak cukup kuat untuk mengeluarkannya atau jika serviks menutup dan menjebak plasenta di dalam rahim. Selain itu, Mama lebih berisiko mengalami retensi plasenta apabila:
- Berusia di atas 30 tahun
- Memiliki bayi prematur
- Persalinan tahap pertama dan kedua berlangsung sangat lama
- Memiliki fibroid atau masalah lain dengan rahim
Banyak perempuan pada akhirnya akan mendapat suntikan syntocinon (versi sintetis dari hormon oksitosin). Fungsinya sendiri membantu melahirkan plasenta, tetapi juga mengurangi risiko perdarahan pasca persalinan.