Fakta Risiko Kanker Payudara Pasca Persalinan. Mama Perlu Tahu!
Pilihan pengobatannya akan lebih rumit
28 Mei 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ketahuilah, bahwa kanker payudara yang terjadi pada perempuan setelah 5-10 tahun melahirkan dikaitkan dengan peningkatan risiko metastasis dan kematian. Kondisi ini jika dibandingkan kanker payudara yang didiagnosis pada perempuan muda pramenopause, persisnya selama atau di luar kehamilan.
"Risiko keseluruhan kanker payudara rendah selama tahun-tahun reproduksi dan bahkan dengan peningkatan ini. Risikonya masih rendah di antara perempuan yang baru saja memiliki anak," seperti yang dijelaskan Hazel Nichols, PhD, penulis studi dan anggota dari University of North Carolina Lineberger Comprehensive Pusat Kanker kepada Healthline.
Agar lebih jelas, Mama perlu tahu fakta mengenai kanker payudara pasca persalinan. Yuk, baca terus artikel dari Popmama.com!
1. Di usia berapa risiko kanker payudara bisa terjadi?
Bahwa ada beberapa kasus, kanker payudara terjadi pada sekitar 1 dari 3.000 kehamilan. Kondisinya merupakan jenis kanker yang paling umum didiagnosis selama kehamilan dan pasca persalinan saat menyusui. Bisa juga terjadi dalam satu tahun setelah melahirkan. Namun tampaknya kanker payudara tidak membahayakan bayi yang belum lahir.
Sedangkan tingkat frekuensi kanker payudara meningkat pada perempuan selama tahun-tahun di masa subur. Khususnya di antara perempuan pasca persalinan. Jika didefinisikan di sini, artinya kanker payudara bisa didiagnosis hingga 5-10 tahun setelah melahirkan dan di bawah usia 45 tahun. Jadi risiko kanker payudara postpartum diperkirakan mewakili 50% dari kanker payudara yang timbul pada ibu muda.
Editors' Pick
2. Apa yang menjadi faktor risikonya?
Usia saat diagnosis, status paritas dan riwayat menyusui adalah salah satu faktor risiko terpenting untuk kanker payudara pasca persalinan. Dimana usia yang lebih tua saat melahirkan pertama, ini terkait dengan peningkatan risiko kanker payudara. Terutama ketika cenderung bagi mereka yang menunda melahirkan, maka angka kejadian diperkirakan akan meningkat.
Mengingat pentingnya mengetahui wawasan mengenai risiko kanker payudara, perempuan perlu mengambil pilihan terapi potensial untuk pengobatan yang lebih baik. Selain itu juga perlu memahami faktor-faktor risikonya.
Pasalnya, ibu hamil yang kemungkinan besar mengalami faktor risiko ini bisa saja terjadi pada usia lebih tua atau memiliki riwayat kanker keluarga. Maka harus mendapat pengawasan segera. Salah satunya melalui pemeriksaan payudara klinis yang lebih sering atau pengambilan sampel jaringan jika massa payudara ditemukan.
3. Bagaimana pengendalian untuk risiko kanker payudara?
Jika Mama didiagnosis menderita kanker payudara setelah melahirkan, maka pilihan pengobatan bisa menjadi sangat membingungkan. Sementara jenis dan waktu pengobatan perlu direncanakan dengan hati-hati. Bahkan dikoordinasikan antara tim perawatan kanker dan dokter kandungan. Tetapi perhatian ekstra untuk melindungi janin yang sedang tumbuh, ini dapat membuat perawatan lebih rumit.
Dilansir dari Health, ukuran dan kedekatannya dengan kulit payudara berarti mastektomi adalah satu-satunya pilihan. Meskipun tidak memiliki riwayat keluarga dan kemudian dites negatif untuk mutasi gen kanker payudara, para dokter mengatakan risiko terkena kanker di payudara kanan kurang dari 1%. Pengobatannya bisa memilih mastektomi ganda.
Lalu mengenai pilihan pengobatan, tergantung pada waktu diagnosis mastektomi. Sementara pilihan khusus pengendaliannya berupa:
- Diseksi aksila. Dimana metode ini adalah pengobatan pilihan tradisional
- Operasi kanker payudara selama kehamilan
- Pembedahan untuk mengangkat kanker di payudara dan kelenjar getah bening di dekatnya. Terutama bagian utama dari pengobatan untuk setiap perempuan dengan kanker payudara dini dan umumnya aman dalam kehamilan
- Lumpektomi diikuti dengan penyinaran dapat dilakukan setelah melahirkan
- Pengangkatan seluruh payudara (mastektomi)
- Menghapus hanya bagian yang mengandung kanker (lumpektomi atau operasi konservasi payudara)
Akan tetapi jenis operasi yang mungkin dilakukan tergantung pada tingkat kankernya dan kapan kanker didiagnosis selama kehamilan.
4. Bisakah menyusui bayi selama perawatan kanker?
Bahwa merawat bayi yang baru lahir bisa membuat stres. Begitu juga bagi yang sekaligus sedang menjalani pengobatan kanker payudara. Artinya, kedua hal itu secara berbarengan bisa mengundang tingkat kecemasan. Apalagi pengobatan kanker dapat mengganggu rencana ibu baru untuk menyusui sesudahnya.
Dimana perempuan pasca persalinan tidak dapat menyusui selama menerima obat kemoterapi. Sebab banyak obat kemoterapi, hormon dan terapi yang berbahaya bagi bayi yang menyusui. Risikonya berpotensi mengganggu pembelahan sel yang normal dan sehat di dalam tubuh sang bayi.
Namun umumnya, kebanyakan dokter merekomendasikan perempuan yang baru saja melahirkan akan dirawat dan harus berhenti atau tidak memulai menyusui. Bahkan tidak dianjurkan jika dimulai kembali selama berbulan-bulan usai pengobatan berakhir.
Jika operasi payudara direncanakan, menghentikan menyusui akan mengurangi aliran darah ke payudara dan membuatnya lebih kecil. Ini dapat membantu operasi dan meminimalisir risiko infeksi pada payudara. Termasuk menghindari pengumpulan ASI di area biopsi atau pembedahan.
Ma, itulah fakta mengenai kanker payudara pasca persalinan. Jika Mama memiliki pertanyaan seperti kapan waktu yang aman untuk mulai menyusui, sebaiknya bicarakan dengan tim perawatan kesehatan.
Baca juga:
- Bolehkah Menyusui Bayi saat Terkena Kanker Payudara?
- 5 Masalah Payudara Saat Menyusui dan Cara Mengatasinya
- Faktanya, Ukuran Areola Payudara Memengaruhi Kualitas Menyusu Bayi