5 Masalah Cairan Ketuban yang Sering Terjadi pada Ibu Hamil
Waspada jika cairan ketuban keluar berwarna kehijauan atau berbau
8 September 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Salah satu perubahan yang terjadi dalam tubuh ibu hamil adalah terbentuknya kantong dan cairan ketuban. Pada umumnya air ketuban mulai terbentuk setelah 12 hari dari proses terjadinya pembuahan.
Cairan yang mengandung nutrisi, hormon dan antbodi ini pun memiliki banyak fungsi penting untuk perkembangan janin.
Selama kehamilan, volume air ketuban akan terus meningkat mengikuti perkembangan janin. Namun apabila jumlah air ketuban di dalam rahim terlalu sedikit atau banyak, maka komplikasi kehamilan dapat terjadi.
Nah, berbicara mengenai komplikasi ternyata ada 5 masalah umum terkait air ketuban yang harus diperhatikan oleh ibu hamil. Berikut ulasannya dari Popmama.com.
1. Air ketuban berwarna tidak normal
Jika sudah mendekati tanggal persalinan, ketuban bisa pecah dengan sendirinya dan berwarna putih keruh tidak berbau.
Namun dalam beberapa kasus, air ketuban bisa saja terjadi menjadi warna hijau, coklat, bahkan merah.
Sementara jika air ketuban yang berwarna hijau atau coklat, itu artinya mengindikasikan janin mengalami buang air besar (meconium) yang mengalami perubahan warna cairan ketuban. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa janin di dalam kandungan sedang dalam kesulitan atau karena kehamilan telah cukup lama (postmatur), sehingga janin mengeluarkan tinja pertama di dalam rahim sang ibu.
Sedangkan air ketuban yang keluar berwarna merah seperti darah, kemungkinan terjadi karena ada masalah plasenta. Selain itu jika air ketuban yang gelap juga dapat menjadi indikasi bahwa janin meninggal selama kehamilan.
Editors' Pick
2. Chorioamnionitis
Selanjutnya apa saja ya ciri air ketuban yang memiliki masalah? Ya, salah satunya infeksi pada cairan ketuban yang dikenal chorioamnionitis.
Sementara chorioamnionitis itu sendiri adalah kondisi cairan ketuban yang terkena infeksi dan disebabkan oleh bakteri. Bakteri menginfeksi lapisan chorion (membran luar), amnion (kantung cairan) dan cairan ketuban yang mengelilingi janin.
Masalah chorioamnionitis dapat terjadi sebelum atau selama persalinan. Sedangkan infeksi bakteri ini dapat dimulai dari daerah anus, dubur, vagina dan kemudian naik ke dalam rahim ibu hamil.
Biasanya chorioamnionitis yang terjadi pada ibu hamil menunjukkan tanda-tanda seperti demam, berdebar-debar hingga berkeringat.
Apabila ibu hamil mengalami hal seperti itu maka harus melahirkan bayinya sesegera mungkin, karena kondisi ini dapat menyebabkan kelahiran prematur atau infeksi serius pada ibu maupun sang janin.