Yuk, Cari Tahu Penyebab Cephalopelvic Disproportion saat Persalinan!
Salah satunya adalah ukuran bayi yang sangat besar, Ma!
28 April 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apakah Mama pernah mendengar cephalopelvic disproportion (CPD)?
Bahwa cephalopelvic disproportion terjadi ketika adanya ketidaksesuaian antara ukuran kepala janin dan ukuran panggul ibu. Secara mekanis, kondisi tersebut menyebabkan hambatan persalinan pervaginam.
Biasanya cephalopelvic disproportion tidak menimbulkan gejala selama kehamilan. Tapi jika tidak diatasi, ini akibatnya bisa membuat persalinan macet yang membahayakan nyawa sang ibu dan janin.
Agar bisa terdeteksi oleh dokter, maka sebelumnya Mama perlu mengetahui penyebab cephalopelvic disproportion saat persalinan. Berikut Popmama.com berikan ulasan selengkapnya:
1. Terdapat beberapa kondisi tertentu
Perlu diwaspadai, dimana komplikasi CPD termasuk peningkatan proses persalinan dengan operasi caesar. Bahkan bisa terjadi risiko perdarahan postpartum. Bahwa sebagian besar perempuan dengan CPD terkadang bisa terjadi ketika janin mengalami kondisi tertentu, misalnya hidrosefalus.
Hidrosefalus sendiri merupakan adanya penumpukan cairan di rongga (ventrikel) jauh di dalam otak. Kelebihan cairan berpotensi meningkatkan ukuran ventrikel dan memberi tekanan pada otak.
Dimana hal ini membuat ukuran kepala janin membesar, sehingga lebih sulit melewati panggul atau jalan lahir. Tapi di sisi lain, ada beberapa kondisi yang bisa membuat ibu hamil lebih berisiko mengalami CPD seperti:
- Riwayat operasi panggul atau pernah cedera pada panggul
- Panggul sempit
- Kehamilan pertama
- Memiliki diabetes gestasional
- Polihidramnion atau jumlah air ketuban berlebihan
- Obesitas
- Kenaikan berat badan berlebihan selama kehamilan
- Tinggi badan kurang dari 145 cm
- Hamil di usia remaja, karena tulang panggul belum tumbuh sempurna
- Kehamilan lewat bulan atau usia kandungan sudah lewat 40 minggu
Editors' Pick
2. Ukuran bayi yang sangat besar
Ketahuilah, bahwa penyebab disproporsi cephalopelvic lainnya adalah ukuran bayi yang sangat besar atau makrosomia. Dimana istilah makrosomia sendiri mengacu pada bayi yang telah tumbuh terlalu besar di dalam rahim.
Jadi risiko masalah selama persalinan meningkat ketika berat bayi lebih dari 8 pon, 13 ons dan dampaknya lebih tinggi untuk bayi dengan berat lebih dari 9 pon, 15 ons. Sedangkan selama proses persalinan, bayi harus melewati lubang sempit di panggul ibu.
Namun di sisi lain, ada juga beberapa faktor risiko untuk bayi besar. Ini termasuk:
- Ibu menderita diabetes
- Ibu mengalami obesitas atau berat badan bertambah banyak selama kehamilan
- Ibu sebelumnya memiliki bayi besar
- Kehamilan berlangsung lama
- Bayi memiliki kondisi seperti hidrosefalus yang membuat kepala mereka lebih besar
- Bayinya laki-laki (karena laki-laki cenderung lebih besar)
3. Posisi bayi yang tidak bisa melewati panggul sang ibu
Diagnosis cephalopelvic disproportion sering digunakan ketika persalinan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Salah satu penyebab yang memakan waktu lebih lama adalah posisi sang bayi.
Pada kondisi ini dokter harus memantau dengan cermat kemajuan dan detak jantung bayi, pelebaran serviks ibu dan kekuatan kontraksi rahimnya. Mungkin perlu untuk memastikan posisi bayi dengan pemeriksaan vagina, rontgen, ultrasound atau MRI.
Pasalnya, bayi akan memiliki peluang terbaik untuk melewati panggul ibu jika berada pada posisi oksiput anterior. Dimana posisi kepala menghadap ke bawah dan punggung ibu. Jika bayi berada dalam kondisi sungsang, ia akan mengalami kesulitan masuk melalui lubang di tulang panggul ibu.
4. Kelainan pada jalan lahir karena panggul yang sempit
Ma, bahwa kondisi cephalopelvic disproportion (CPD) bisa terjadi apabila panggul Mama terlalu kecil. Dimana antara bayi dan panggul yang tidak tepat. Hal itu termasuk ketika bayi tidak terlalu besar dan panggul tidak terlalu kecil.
Kelainan pada jalan lahir seperti panggul yang sempit (baik pada bagian atas, tengah atau bawah), maka akan mempersempit jalan lahir. Ini akhirnya membuat sang bayi susah keluar. Umumnya, kondisi tersebut bisa dikarenakan faktor turun temurun maupun bawaan. Bahkan juga disebabkan oleh cedera atau penyakit.
Namun penyakit dan kondisi tertentu dapat memengaruhi ukuran atau bentuk panggul, antara lain:
- Rakhitis
- Pertumbuhan tulang
- Tulang belakang terlepas dari posisinya
- Tumor tulang
Nah, demikianlah penyebab dari cephalopelvic disproportion. Sebagian besar perempuan dengan CPD memiliki hasil kehamilan yang sukses setelah persalinan caesar.
Baca juga:
- 7 Tanda Janin Masuk Panggul, Berarti Persalinan semakin Dekat
- Si Kecil Lahir secara Caesar? Mama Harus Siap dengan 5 Tantangan Ini
- 7 Cara Mencegah Kelahiran Sungsang, Bisa Dilakukan sejak Awal Hamil