Sebentar lagi akan memasukin bulan suci Ramadan. Selama bulan Ramadan, seluruh umat Muslim akan menjalankan ibadah puasa, tak terkecuali ibu menyusui.
Mengutip NU Online, ibu menyusui diperbolehkan untuk tidak menjalankan ibadah puasa, bahkan sepanjang ramadan. Namun, hal tersebut harus tetap memiliki alasan yang dibolehkan syara’. Misalnya, jika puasa tersebut dapat membahayakan kesehatan Mama dan si Kecil.
Ibu menyusui perlu untuk memperhatikam kesehatannya. Jika dirasa masih sanggup untuk berpuasa, ini sangat dianjurkan. Namun, jika di tengah pelaksanaan puasa itu terdapat persoalan kesehatan, segera lakukan konsultasi dengan dokter.
Berikut Popmama.comberikan informasi selengkapnya mengenai apakah ibu menyusui wajib menjalankan puasa ramadan?
Simak berikut ini ya, Ma!
1. Puasa Ramadan bagi ibu menyusui
Freepik/freepik
Dikutip dari NU Online, jika tidak berpuasa karena alasan khawatir membahayakan kesehatan Mama saja, atau Mama dan si Kecil, maka wajib untuk mengganti atau qadha puasanya di lain hari.
Namun, jika dikhawatirkan membahayakan anaknya saja, maka tidak hanya berkewajiban mengqadha saja, tetapi juga harus membayar fidyah. Hal ini sebagaimana ditegaskan Abdurrahman Al-JuZairi dalam al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah.
Fidyah yang harus dibayarkan berupa satu mud (makanan pokok) untuk setiap hari yang ditinggalkan, diberikan kepada orang miskin atau orang fakir. Satu mud kurang lebih 675 gram beras, dan dibulatkan menjadi 7 ons.
Editors' Pick
2. Pergantian puasa qadha Ramadan
Pexels/thirdman
Pergantian puasa dapat dilakukan di luar selain bulan Ramadan. Jumlahnya, tergantung puasa yang diganti menyesuaikan dengan jumlah puasa yang ditinggalkan selama bulan Ramadan.
Adapun teknis pembayaran fidyah, boleh diberikan kepada satu orang miskin. Misalnya, jika puasa yang ditinggalkan berjumlah 10 hari, maka ia wajib memberikan 10 mud makanan pokok.
3. Puasa dapat mempengaruhi ASI
Freepik/freepik
Kekhawatiran terbesar yang dihadapi ibu menyusui adalah ketika memutuskan apakah berpuasa sambil menyusui adalah hal yang tepat bagi mereka. Mereka tidak yakin apakah berpuasa akan berdampak pada suplai ASI.
Hal ini wajar karena dua faktor yang menurunkan suplai ASI adalah ketika Mama tidak mendapatkan gizi atau hidrasi yang cukup. Mama harus memastikan makan dan minum dengan cukup serta mengonsumsi jenis makanan tepat selama sahur dan berbuka puasa akan berperan besar dalam menjaga tubuh tetap terhidrasi dan sehat.
Mengutip The Healthy Muslims, meskipun penelitian mengenai puasa dan menyusui masih terbatas, beberapa penelitian yang mengamati komposisi nutrisi ASI pada ibu berpuasa sebenarnya tidak menunjukkan perbedaan komposisi dalam lemak atau makronutrien lain dalam ASI.
Namun, sebuah penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat berdampak pada mikronutrien dalam ASI seperti potasium, zinc, dan magnesium. Hal ini terkait erat dengan rendahnya asupan nutrisi pada ibu menyusui.
4. Hal yang harus diperhatikan saat berpuasa ketika menyusui
Freepik/jcomp
Meskipun ada beberapa Mama yang bisa berpuasa tanpa berdampak pada jumlah produksi ASI atau komposisi nutrisinya, memastikan atau mengetahui tanda-tanda berbahaya sangatlah penting. Berikut hal yang harus diperhatikan:
Perhatikan kondisi tubuh Mama: Tanda-tanda dehidrasi antara lain seperti sakit kepala, pusing, dan urin berkurang dengan warna kuning tua.
Perhatikan kondisi si Kecil: Tanda-tanda bahwa bayi tidak mendapatkan cukup ASI adalah berat badan bayi turun atau tifak bertambah, bayi tampak tidak bahagia setelah menyusu, atau tampak tertekan secara keseluruhan.
Pertimbangan lainnya adalah apakah bayi Mama yang berusia enam bulan dan mendapatkan ASI ekslusif atau lebih tua dari enam bulan mengonsumsi makanan pengganti ASI.
Mungkin akan lebih sedikit mudah untuk menjaga persediaan ASI saat si Kecil mulai makan, namun tetap penting untuk fokus pada makan dan mknum dengan benar selama jam-jam di luar puasa.
5. Tips berpuasa yang aman untuk ibu menyusui
Pexels/Pixabay
Jika Mama merasa mampu untuk tetap menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, berikut beberapa tips yang bisa dilakukan, dikutip dari The Healthy Muslims, antara lain:
Minum air putih yang banyak: Lebih dari sekedar merasa lapar, kemungkinan Mama akan merasa sangat haus sepanjang puasa. Usahakan minum 2-3 gelas air saat sahur dan berbuka. Hindari minuman manis sehingga Mama bisa fokus pada minum cukup air.
Nikmati smoothie sebagai makanan tambahan: Sulit untuk mengonsumsi cukup kalori di tengah malam untuk sahur. Itu sebabnya, Mama bisa menambahkan smoothie untuk dikonsumsi.
Berbuka puasa yang seimbang tanpa makan berlebihan: Meskipun penting untuk mengonsumsi kalori sebagai ibu menyusui, makan gorengan secara berlebihan tidak akan memberikan nutrisi yang Mama dan bayi butuhkan. Makanlah dengan protein, banyak sayuran, dan karbohidrat gandum utuh.
Makan camilan setelah berbuka puasa: Beberapa jam setelah berbuka puasa sebelum tidur adalah kesempatan lain untuk mendapatkan nutrisi dan kalori tambahan.
Mengonsumsi suplemen prenatal setiap hari: Direkomendasikan semua perempuan dalam usia subur untuk mengonsumsi suplemen prenatal setiap hari, suplemen ini sangat penting bagi ibu menyusui selama bulan Ramadan. Suplemen prenatal akan membantu menyediakan nutrisi apapun yang terlewat dari makanan dan camilan saat berpuasa.
Demikian informasi mengenai apakah ibu menyusui wajib menjalankan puasa Ramadan? Semoga bermafaat ya, Ma!