Apakah Ibu yang Positif HIV Boleh Menyusui Bayi?
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyarankan untuk tidak menyusui nih, Ma
12 Juni 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hari HIV AIDS Sedunia memang selalu diperingati setiap tanggal 1 Desember. Momen ini terus diperingati untuk memberikan kesadaran masyarakat di seluruh dunia terkait virus HIV/AIDS.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mampu melumpuhkan sistem kekebalan tubuh manusia dari waktu ke waktu karena menyerang sel CD4 atau sel darah putih. Virus ini sangat mengkhawatirkan karena mampu menurunkan kekebalan tubuh. Apabila tidak ditangani dengan baik, maka virus HIV akan terus berkembang dan merusak sistem kekebalan tubuh.
Terkait dengan penularan HIV yang bisa terjadi pada siapa saja, ibu menyusui pun dapat terinfeksi. Dalam kasus ini, ibu menyusui tidak dianjurkan untuk memberikan ASI untuk anaknya.
Dilansir dari laman CDC, penularan virus HIV ke anak-anak bisa terjadi selama masa kehamilan, kelahiran atau saat proses menyusui. Apalagi virus ini akan menyebar melalui cairan tubuh, termasuk ASI.
Jika Mama ingin mengetahui terkait penjelasan lain keamanan menyusui bayi ketika sudah dinyatakan positif HIV, kali ini Popmama.com telah merangkumnya.
Disimak dengan baik untuk kesehatan bersama ya, Ma!
Editors' Pick
1. Perempuan yang positif terinfeksi HIV tidak disarankan menyusui bayinya
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengatakan bahwa perempuan yang telah terinfeksi HIV tidak disarankan untuk menyusui bayinya. Pemberian ASI sebaiknya tidak dilakukan untuk kepentingan kesehatan si Kecil.
Perlu Mama ketahui ini menjadi salah satu cara terbaik untuk mencegah penularan HIV ke bayi melalui ASI.
Selain ASI, penularan HIV bisa terjadi melalui cairan tubuh tertentu antara lain darah, cairan vagina, air mani, hingga cairan dubur dari orang-orang yang sudah dinyatakan positif.
2. ASI donor bisa diberikan untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
Selain itu, American Academy of Pediatrics (AAP) juga menyarankan untuk tidak memberikan ASI eksklusif apabila sudah dinyatakan positif Covid-19.
Demi memenuhi nutrisi dan gizi bayi, maka Mama bisa memberikannya melalui donor ASI. Hanya saja, Mama perlu memerhatikan dengan bijak terkait prosedur standar yang telah ditetapkan.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut daftar yang perlu Mama ketahui ketika ingin mendapatkan donor ASI dari orang lain:
- Pendonor ASI perlu menjalani proses skrining, prosedur ini sangat penting terkait tahap pemeriksaan secara lisan dan medis.
- Pendonor ASI tidak sedang merokok, mengonsumsi obat atau suplemen herbal tertentu. Hal ini dikarenakan akan berpengaruh terhadap kualitasi ASI ketika didonorkan.
- Pendonor ASI tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti hepatitis, human immunodeficiency virus (HIV) serta human T-Lymphosyte virus 2 (HTLV-2). Ini penting sekali untuk diperhatikan saat ingin melakukan donor ASI, sehingga tidak berisiko terhadap penularan.
- Pendonor ASI tidak sedang menerima transfusi darah, terutama minimal tiga bulan sebelum donor. Ini dikarenakan transfusi darah dapat menimbulkan risiko kontaminasi virus dan bakteri yang mungkin bisa berpindah melalui ASI.
Mama perlu memerhatikan secara detail terkait asal usul pendonor ASI untuk si Kecil, terutama kondisi kesehatannya.
Kemudian, pahami juga bahwa di Indonesia memiliki peraturan terkait donor ASI, yakni Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
Berbagai persyaratan terkait pemberian ASI eksklusif oleh pendonor ASI secara detail sudah terangkum di dalam peraturan tersebut ya, Ma.