Kenali Depresi Postpartum Usai Melahirkan dan Cara Mengatasinya!
Depresi postpartum merupakan kondisi yang lebih parah dibandingkan dengan baby blues
30 November 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jika kehamilan merupakan roller coaster emosional, maka periode postpartum adalah tornado emosional, sering kali lebih banyak perubahan suasana hati, tangisan, dan mudah tersinggung.
Melahirkan tidak hanya menyebabkan tubuh Mama mengalami beberapa penyesuaian hormonal yang liar, tetapi Mama juga memiliki manusia baru yang tinggal di rumah mama.
Semua pergolakan itu pada awalnya dapat menimbulkan perasaan sedih, stres, dan cemas, bukan kegembiraan yang Mama harapkan.
Banyak orang mengalami “baby blues” ini sebagai bagian normal dari pemulihan postpartum, tetapi biasanya hilang 1–2 minggu setelah melahirkan.
Namun, Mama baru yang masih berjuang setelah melampaui masa dua minggu mungkin mengalami depresi postpartum (PPD), yang ditandai dengan gejala yang lebih parah dan berlangsung lebih lama daripada baby blues.
Inilah semua yang perlu Mama ketahui tentang depresi postpartum yang mungkin akan Mama alami.
Berikut Popmama.com berikan informasi lengkapnya untuk Mama, ya.
1. Apa itu depresi postpartum?
Depresi postpartum atau postpartum depression adalah depresi yang terjadi setelah melahirkan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan zat kimia di otak dan dialami oleh 10 persen ibu yang baru melahirkan.
Depresi postpartum merupakan kondisi yang lebih parah dibandingkan dengan baby blues. Depresi postpartum membuat Mama merasa putus asa, merasa bahwa bukan ibu yang baik, dan tidak ingin mengasuh anak.
Periode postpartum adalah masa yang sangat rentan di mana banyak penyebab umum depresi klinis, seperti perubahan biologis, stres ekstrem, dan perubahan besar dalam hidup, semuanya terjadi sekaligus.
Depresi pasca melahirkan tidak hanya dialami oleh ibu, tetapi juga oleh Papa. Depresi pascapartum papa paling sering terjadi 3-6 bulan setelah bayi lahir.
Bila Mama mengalami masalah ini, maka Papa juga lebih rentan mengalami depresi postpartum lho.
Editors' Pick
2. Kapan depresi pascapartum biasanya mulai?
Depresi post waspartum dimulai setelah Mama melahirkan, tetapi Mama mungkin tidak akan langsung menyadarinya karena merasa sedih, lelah, dan “tidak sehat” biasanya dianggap normal selama beberapa hari pertama setelah bayi lahir.
Mungkin baru setelah gejala baby blue yang khas berlalu, Mama menyadari sesuatu yang lebih serius sedang terjadi. Masa nifas umumnya mencakup 4–6 minggu pertama setelah lahiran, dan banyak kasus depresi postpartum dimulai selama waktu tersebut.
Namun depresi postpartum juga dapat berkembang selama kehamilan dan hingga satu tahun setelah melahirkan, jadi jangan abaikan perasaan nama jika terjadi di luar periode postpartum biasanya.
3. Penyebab depresi postpartum
Depresi postpartum tidak disebabkan oleh satu faktor penyebab saja, Ma. Biasanya kondisi ini disebabkan oleh kombinasi faktor fisik dan emosional.
Setelah melahirkan, kadar hormon estrogen dan progesteron di dalam tubuh mama akan turun drastis. Hal ini menyebabkan perubahan kimia di otak yang memicu terjadinya perubahan suasana hati.
Ditambah lagi, kegiatan mengasuh bayi dapat membuat Mama tidak dapat beristirahat dengan cukup untuk memulihkan diri setelah melahirkan.
Kurangnya istirahat dapat menimbulkan kelelahan, baik secara fisik maupun emosional, hingga akhirnya memicu depresi pasca melahirkan.
Tidak hanya itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami depresi postpartum, di antaranya:
- Pernah menderita depresi sebelumnya.
- Menderita gangguan bipolar.
- Ada anggota keluarga yang menderita depresi.
- Menyalahgunakan NAPZA.
- Kesulitan menyusui anak.
- Hamil di usia muda dan memiliki banyak anak.
Di samping itu, risiko terjadinya depresi pasca persalinan juga akan meningkat jika Mama yang baru melahirkan mengalami kejadian yang membuat stres.
Misalnya baru kehilangan pekerjaan, mengalami masalah finansial, terlibat konflik dalam keluarga, menderita komplikasi kehamilan, melahirkan bayi kembar, atau bayi yang dilahirkan menderita penyakit tertentu.
4. Kapan harus ke dokter?
Sangat wajar jika Mama yang baru melahirkan merasa lelah, cemas, dan kurang bersemangat dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Hal itu disebabkan oleh penurunan hormon serta perubahan kimia di dalam otak.
Namun, segera konsultasikan dengan dokter jika Mama merasa depresi hingga lebih dari dua minggu setelah melahirkan ya. Apalagi jika perasaan tersebut membuat Mama kesulitan mengurus bayi dan menjalani aktivitas sehari-hari.
Penderita depresi postpartum tetap perlu melakukan kontrol rutin ke dokter, meskipun sudah tidak merasakan gejala setelah pengobatan, sebab pengobatan depresi postpartum bisa berlangsung hingga beberapa bulan.
5. Pengobatan depresi postpartum
Penderita depresi postpartum perlu mendapatkan pengobatan, namun durasi pengobatan pada tiap penderita bisa berbeda-beda. Secara umum, pengobatan dapat dilakukan dengan psikoterapi dan obat-obatan, serta dukungan dari keluarga.
Psikoterapi dilakukan agar penderita dapat membicarakan hal yang dirasakan atau dipikirkannya, sekaligus untuk membantu penderita menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Terkadang, psikoterapi dilakukan juga dengan melibatkan pasangan atau anggota keluarga lain untuk membantu menyelesaikan masalah yang dialami penderita.
Sebagai tambahan, psikolog dan psikiater dapat mengedukasi penderita dan keluarganya mengenai kondisi emosional, serta meminta penderita untuk berpartisipasi dalam grup dukungan emosional.
Jika diperlukan, dokter juga dapat meresepkan obat anti kecemasan dan antidepresan untuk penderita.
Itulah informasi mengenai depresi postpartum yang bisa dialami oleh Mama setelah melahirkan. Kenali gejalanya ya, Ma.
Jika hal tersebut sudah mengganggu Mama, langsung konsultasikan ke dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat.
Baca juga:
- 6 Ketakutan yang Umumnya Dirasakan Ibu Hamil Menjelang Persalinan
- Ingin Cepat Pulih? Hindari 5 Makanan yang Dilarang setelah Melahirkan
- Baby Blues Syndrome Detected! Ini 5 Penyebabnya yang Harus Diketahui