Penting! Beri Dukungan pada Mama Pasca Melahirkan untuk Meredam Trauma
Trauma persalinan bisa membekas dalam ingatan, bahkan dalam waktu yang sangat lama
5 Juli 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada 1 Juli hingga 8 Juli adalah Australian Birth Trauma Awareness Week. Menurut Asosiasi Australian Birth Trauma Awareness, "Satu dari tiga perempuan mengidentifikasi kelahiran mereka sebagai trauma" dan "satu dari empat ibu pertama kali menderita kerusakan fisik luar biasa."
Trauma dan kerusakan fisik dapat terjadi terlepas dari jenis kelahiran yang kamu jalani, entah itu metode persalinan melalui vagina atau operasi caesar dan dengan atau tanpa intervensi terencana.
Sebagai bagian dari Australian Birth Trauma Awareness Week, ABTA meminta perempuan dan para orangtua untuk berbagi cerita mereka baik dalam rekaman video atau narasi tertulis. Korban trauma pasca persalinan ini juga diajak untuk menggunakan hashtag "#ABTA2018" dan "#yourstorymatters".
Kedua hashtag ini sangat kuat karena ini adalah kisah trauma saat persalinan yang dialami banyak perempuan. Bukan sekedar rengakan dan keluhan, ini adalah kisah nyata. Bukan untuk mencari pehatian, tapi ini cara para perempuan untuk saling menguatkan dan berbagi pengalaman.
Setiap hari selalu ada orang yang melahirkan.
Terlepas dari peningkatan risiko inkontinensia pascapersalinan, kira-kira setengah dari mereka yang lahir melalui persalinan normal akan mengalami sejenis prolaps organ panggul.
Penggunaan forceps menyajikan risiko khusus untuk avulsi lantai panggul (ketika otot panggul jauh dari tulang, menyebabkan kerusakan permanen), namun kurangnya pendidikan di sekitar pilihan kelahiran dan "apa yang terbaik" berarti masih sering dianggap lebih baik untuk keadaan darurat. intervensi caesar.
Sementara forceps merupakan alat bantu persalinan atau sebuah alat bantu melahirkan, yang berbentuk sepasang sendok besar dengan cara kerja mirip seperti tang. Alat ini berfungsi menjepit kepala bayi dan menariknya keluar dari jalan lahir.
Kurangnya ruang yang tersedia bagi kita yang telah melahirkan untuk menceritakan kisah kita secara jujur dan tanpa permintaan maaf adalah penting. Hal ini bisa jadi menyisakan trauma saat persalinan dan efeknya sangat besar pada hari-hari selanjutnya.
Berikut beberapa kisah yang diunggah melalu instagram beberapa orang Mama yang memiliki trauma dan perjuangannya masing-masing.
Editors' Pick
1. Kisah trauma Kelly Newman
"Saya adalah salah satu dari perempuan yang menyimpan trauma persalinan. Saya telah menderita secara mental dan fisik. Setelah kelahiran yang sangat traumatis, saya merasa sangat bersalah karena tidak terikat dengan bayi saya dan tidak menikmati momen keibuan saat-saat pertama, jadi saya berpura-pura segalanya baik-baik saja untuk waktu yang lama dan saya butuh waktu lama untuk mencari bantuan yang saya butuhkan. Saat saya mempersiapkan operasi tahap kedua untuk memperbaiki tubuh saya dari kerusakan besar yang disebabkan oleh persalinan, saya mendesak setiap perempuan yang mengalami pengalaman traumatis, apakah itu mental atau fisik untuk mencari bantuan dari seorang profesional atau bahkan baru mulai dengan berbicara dengan teman dekat atau anggota keluarga. Saya yakin itu akan sangat membantu. Perempuan seharusnya tidak harus menderita dalam keheningan."
2. Kisah trauma Penny Swavley
"Kami baru-baru ini menyambut bayi Theodore untuk keluarga kami, setelah masalah kesuburan dari kelahiran Archie sebelumnya, yang mana secara fisik membawa dampak traumatis, kami sangat diberkati untuk memiliki Theo dalam hidup kami.”
“Minggu ini adalah Birth Trauma Awareness Week (1 Juli - 8 Juli). "Di Australia, 1 dari 3 perempuan mengidentifikasi kelahiran mereka sebagai trauma dan 1 dari 4 Mama yang baru pertama kali melahirkan mengalami kerusakan fisik. Pengalaman ini sering meninggalkan dampak jangka panjang pada kesehatan fisik dan mental perempuan."