Tanggapan KPPPA Mengenai Ibu Menyusui di Indonesia Tidak Bahagia
Kurangnya dukungan menjadi salah satu penyebab ibu menyusui di Indonesia tidak bahagia
31 Juli 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apakah Mama mengalami tekanan dalam menyusui? Hal ini bisa saja disebabkan oleh stres, kelelahan, kurangnya dukungan dari keluarga, ketidaknyamanan fisik hingga depresi setelah melahirkan.
Menurut penelitian Health Collaborative Center for World Breastfeeding Week 2022, enam dari sepuluh ibu menyusui di Indonesia merasa tidak bahagia. Hal ini juga ditegaskan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA).
Dalam acara Sosialisasi Model Promosi Kesehatan Jiwa Berbasis Posyandu dan Tim Pendamping Keluarga di Semarang pada Senin (24/7/2023), Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga menyoroti masalah kesehatan mental yang rentan menimpa para ibu.
Bagi Mama yang penasaran, berikuti Popmama.com telah merangkum infomasi seputar tanggapan KPPPA mengenai ibu menyusui di Indonesia tidak bahagia yang dapat disimak di bawah ini.
Editors' Pick
1. Perlunya pemberian isu kesehatan jiwa pada suami
Perlu Mama ketahui, selama 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) seorang anak, sosok ibu berperan sebagai guru pertama dan utama bagi sang anak. Menurut Bintang, seorang istri dianjurkan untuk tidak stres karena dapat mengganggu pertumbuhan janin.
Bintang mengungkap para ayah, suami, dan pendamping laki-laki juga harus mendapatkan Sosialisasi Model Kesehatan Jiwa. Pasalnya, peran suami di rumah sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental istri, bahkan bagi mereka yang sedang hamil atau menyusui.
Peran seorang ayah sangat penting baik bagi istri maupun seluruh keluarga. Perlu Mama dan Papa ketahui, partisipasi aktif seorang ayah dalam mengasuh anak dan tanggung jawab rumah tangga dapat menghasilkan kehidupan keluarga yang lebih seimbang dan memuaskan.
2. Lokasi penerapan model promosi kesehatan jiwa
Salah satu tempat untuk mempraktikkan Model Promosi Kesehatan Jiwa adalah Rumah PELITA (Penanggulangan Stunting Lintas Sektor bagi Baduta) di Semarang Barat.
Rumah ini didedikasikan untuk melayani bayi stunting di bawah usia dua tahun dan berfungsi sebagai tempat penitipan anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya saat bekerja.
Model Promosi Kesehatan Jiwa Berbasis Posyandu dan Pendamping Keluarga sendiri diinisiasi oleh komunitas Wanita Indonesia Keren (WIK).
“Intervensi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan itu sangat penting. Posyandu dipilih menjadi target pertama pada Model Promosi Kesehatan Jiwa Berbasis Posyandu dan Tim Pendamping Keluarga karena Posyandu sudah terbukti melahirkan generasi yang tangguh dan memiliki kader yang baik. Kami pikir ini ide berani untuk lebih menguatkan pengetahuan para kader Posyandu yang sudah diakui keberhasilannya,” ungkap Bintang.